Mohon tunggu...
Ety Budiharjo
Ety Budiharjo Mohon Tunggu... profesional -

Cinta Dengan Menulis, Menulis Dengan Cinta. My Blog is : etybudiharjo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Resensi Buku] Hidup Yang Lebih Berarti: Tidak Ada Alasan Untuk Berbuat Kebaikan

18 Mei 2016   19:40 Diperbarui: 19 Mei 2016   05:19 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Judul Buku                          : Hidup Yang Lebih Berarti
  • Penulis                                 : 20 Blogger Kompasiana
  • Penerbit                              : PT. Elex Media Komputindo
  • Tebal                                    : x + 190 halaman
  • Cetakan                               : 2015
  • ISBN                                     : 978-602-02-7978-7

Beberapa hari lagi umat muslim akan menyambut datangnya bulan Ramadhan atau bulan puasa. Bulan yang selalu dikaitkan dengan segala keberkahan dan keistimewaan ini memang sangat dinantikan oleh seluruh umat muslim di  dunia. Sejatinya pada bulan Ramadhan semua umat muslim saling berlomba-lomba dalam menunaikan kebaikan demi mendulang pahala. Begitupun dengan saya, sebulan menjelang bulan puasa banyak yang saya persiapkan. Persiapan utama tentu saja fisik dan jiwa, karena ini menyangkut peningkatan ibadah.

Bicara soal amal ibadah saya langsung tercenung, pasalnya setahun belakangan ini saya merasa belum maksimal dalam beribadah. Lah ko bisa ? Yang saya maksud belum maksimal di sini, bahwa ibadah saya masih dilakukan untuk diri sendiri saja. Padahal untuk orang seusia saya, seharusnya ibadah yang dilakukan sudah meluas dan melibatkan banyak orang.

Dan beberapa hari lalu, sepulang nonton film saya mampir ke toko buku Gramedia di kawasan Blok M. Saya memang sudah niatkan dalam hati untuk membeli buku yang bisa menambah semangat agar saya bisa berbuat lebih. Karena sudah diniatkan, maka saya langsung menuju rak buku bertema tentang kisah-kisah inspiratif.

Sebenarnya saya bisa saja membaca atau browsing di internet untuk mencari kisah-kisah inspiratif. Tapi sayangnya mata saya sudah terlalu lelah menatap layar. Selang berapa lama, mata saya tertumbuk pada buku berwarna kuning orange. Warna cerahnya membuat buku ini mudah didapat dan tentu saja dikenali. Setelah proses bayar membayar, buku berjudul “Hidup Yang Lebih Berarti” sudah menjadi milik saya. Penasaran dengan isinya, sambil menyantap sate padang langganan saya mulai membaca halaman demi halaman. Belum sampai habis memang, karena saya sengaja akan meneruskan membacanya di rumah.

Buku yang diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo ini ditulis secara keroyokan oleh 20 blogger Kompasiana. Bagi saya, sudah tak asing lagi mendengar nama Kompasiana. Oleh karenanya, COO Kompasiana Pepih Nugraha berkenan memberikan Sebuah Pengantar. Dalam tulisannya beliau menyorot soal ide dan kreatifitas yang dilakukan oleh orang kesohor di dunia. Sebut saja Bill Gates, tulisnya--Gates punya ide dan kreatifitas cemerlang yang berhasil mengubah dunia komputer di kemudian hari. Sampai-sampai ada anggapan komputer tidak akan hidup tanpa sentuhan Gates.

Sampai pada baris ini, saya sedikit bingung apa hubungannya Bill Gates dengan buku ini. Saya lalu melanjutkan membaca satu paragraf lagi. Hingga saya menemukan benang merah dari buku ini yang menjadi temanya yaitu “Dayakan Indonesia”. ( Halaman vi )

Oooh...ternyata saya tidak salah memilih buku, buku setebal 190 halaman ini berisi kisah-kisah sosok inspiratif di seluruh wilayah Indonesia. Tidak cukup sampai di situ saja, sosok inspiratif yang dikisahkan dalam buku ini mayoritas sudah berlanjut usia. Bagaimana dengan segala keterbatasannya mereka berjuang mencoba memberdayakan kembali disisa-sisa usianya.

“Banyak orang mengaku mau berusaha, tetapi waktu ditunjukkan jalan keluar untuk maju muncul banyak alasan. Tidak berani melangkah dengan alasan belum ada pengalaman. Padahal tujuannya melangkah biar ada pengalaman. Perjalanan memang pahit tapi banyak orang merasa buntu di tahap itu dan tidak mencari jalan keluar.” Demikian ujar Hanggono—pengusaha Getuk Marem asal Magelang.

Kegigihan Hanggono dalam menjalankan bisnisnya diapresiasi oleh BTPN dengan dianugerahi predikat “Jagoan” sebagai wirausahawan inspiratif yang bernilai dalam sebuah program pemberdayaan Purnabakti Nasional. ( Halaman 12 )

Saya baru membaca satu dari dua puluh kisah inspiratif tentang pemberdayaan Indonesia, dan saya sudah merasa  teriris. Namun begitu saya tidak mau hanya sekedar teriris, perlahan tapi pasti timbul semangat dalam diri. Oleh karena itu saya sangat merekomendasikan buku ini bagi semua orang yang merasa terbelenggu oleh stigma negatif bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa. Atau mungkin orang yang merasa dirinya belum berbuat apa-apa seperti saya. Lebih jauh, bagi mereka yang sudah berusia di atas 40 tahun biasanya terdapat sindrom merasa diri tak berdaya. Singkatnya buku ini bisa dimiliki oleh siapapun, para pensiunan, purnawirawan, pedagang, karyawan eks PHK dan mahasiswa. 

Soal gaya bahasa jangan ditanya deh, ceritanya mengalir, enak dibaca dan mudah dimengerti. Bukankah buku ini ditulis oleh warga biasa, dengan begitu para penulis benar-benar bertemu langsung dengan narasumber. Di sinilah letak kelebihan buku ini, sentuhan dari narasumber benar-benar terasa sampai ke pembaca. Kisah Bu Siti Rochanah misalnya, ia berhasil bangkit dari kesedihan sepeninggal suami yang menjadi tulang punggung keluarga. Kompasianer Agung Budi Santoso, menuliskan kisah Bu Siti dengan bahasa sederhana, menyentuh hingga semangat kembali. ( Halaman 68 )

Keunikan buku ini bukan hanya sekedar menceritakan perjalanan usaha saja. Tapi juga jatuh bangun dalam mencapai kesuksesan. Saya cukup terhenyak setelah tahu bahwa banyak sekali masyarakat Indonesia yang memiliki daya juang cukup tinggi. Emang sih bukan berjuang melawan penjajah lagi tapi melawan diri sendiri. Bangkit dari keterpurukan dan keniscayaan menjadi andalan kisah dalam buku ini.

Sedikit saja kekurangan dari buku ini, kisah-kisah yang disajikan masih didominasi oleh pengusaha di Pulau Jawa. Sedangkan di luar Jawa hanya satu dua kisah saja, semoga dalam buku berikutnya hal ini bisa diperhatikan kembali. Saya juga menemui kesalahan cetak, di halaman 17 berupa paragraf yang loncat. Tapi itu tidak mengurangi kekhusukan pembaca, karena buku ini sarat dengan inspirasi.

Terakhir, masuk dalam kategori inspiratif buku ini sukses membuat pembaca paham bagaimana caranya menjadi diri lebih berdaya guna. Pembaca juga diajak untuk bisa mengaktualisasikan diri terutama dalam kondisi dan situasi yang tak biasa. @etybudiharjo

Rating Buku : 

****  4 dari 5 bintang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun