Mohon tunggu...
Ety Budiharjo
Ety Budiharjo Mohon Tunggu... profesional -

Cinta Dengan Menulis, Menulis Dengan Cinta. My Blog is : etybudiharjo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Aditya Cipta Gumelar, Menggagas Malas Jadi Welas Asih

23 Januari 2016   19:52 Diperbarui: 24 Januari 2016   11:52 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain pajak, sektor pariwisata juga memiliki potensi yang besar sebagai penyumbang pendapatan pada suatu Negara atau daerah. Itulah sebabnya Kabupaten Pangandaran memegang misi untuk menjadikan Kabupaten Pangandaran menjadi kabupaten pariwisata yang mendunia pada tahun 2025 nanti. Bukan hanya itu misi lain yang akan dibidik oleh Kabupaten Pangandaran adalah tempat tinggal aman dan nyaman berlandaskan norma agama bagi penduduknya.

Rasanya misi yang dituju oleh Kabupaten Pangandaran bukan sebuah ilusi atau omong kosong belaka. Hal ini dikarenakan mengingat Kabupaten Pangadaran memiliki potensi wisata yang besar, seperti yang sudah banyak dikenal yaitu : cagar alam pananjung, pantai batu hiu, pantai batu karas, pantai madasari, pantai karapyak, wisata sungai green canyon, citumang dan santiren.

Ternyata bukan hanya sektor pariwisata saja, Kabupaten Pangandaran juga memiliki potensi pendapatan lainnya di bidang pertanian seluas 51.903 Ha di mana sekitar 26 persennya berada di wilayah Pangandaran. Bidang perikanan berupa tambak, kolam dan sawah ditambah lagi dengan ikan hasil dari tangkapan nelayan sebanyak 2.220 ton bernilai produksi 43,03 milyar ( tahun 2012 ). Hal ini disinyalir menjadi sebuah potret potensi perikanan yang menjanjikan untuk dikelola dan mampu meningkatkan taraf hidup penduduk Kabupaten Pangandaran.

Melihat hal ini sejatinya penduduk di Pangandaran sudah dapat dikatakan hidup berkecukupan dengan segala fasilitas. Namun, konsep di atas kertas ternyata tak sesuai dengan realitanya. Kemiskinan masih menjadi momok yang menghantui sebagian dari masyarakat Pangandaran. Dari kemiskinan itulah timbul gejolak sosial lainnya seperti terganggunya kesehatan, pengangguran dan pendidikan.

Aditya dan Pantang Malas

Salah satu yang terkena dampak dari kemiskinan itu seperti yang sudah saya ceritakan di atas. Beruntung Pangandaran memiliki sosok Aditya yang lahir 32 tahun silam. Hati dan jiwa seorang Aditya tergerak melihat potret masyarakat di sekitarnya menderita, tergerus oleh kemiskinan. Awal yang berat juga sangat dirasakan oleh Aditya, maklum ia juga bukan orang kaya raya atau pengusaha sukses. Bermula dari niat untuk membantu masyarakat di sekitarnya, Aditya mulai menyisihkan penghasilannya sebagai jasa penyunting video dan musik. Uang yang disisihkannya pun tak banyak, hanya berkisar antara 200 – 300 ribu rupiah saja.

Apalah artinya uang segitu karena banyaknya masyarakat yang harus dibantu. Tapi kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi ?” begitulah pikir Aditya. Sebenarnya rencana ini sudah sejak lama dipikirkannya, tapi karena banyak pertimbangan belum juga terlaksana. Berhubung niatnya sudah bulat barulah pada awal Oktober tahun lalu, Aditya merealisasikan mimpinya itu. Bukan mimpi berkunjung ke destinasi dunia dengan segala gempitanya tapi mimpi untuk berbagi dan menolong sesamanya.

                                            

Ah, maaf sampai di sini saya benar-benar tidak bisa membendung air mata dan jiwa saya. Ada haru dan trenyuh di sana. Jiwa welas asih yang terukir dalam diri seorang Aditya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dengan segala keterbatasan Aditya berusaha untuk memberi apa yang tak dipunya.

“Saya juga orang susah Mbak, tapi saya tidak malas. Saya malah nggak suka melihat orang di sekitar saya malas-malasan. Mereka banyak mengeluh tentang hidup susah, tapi ko nggak mau usaha,”begitu ujar Aditya lewat chat nya. “Makanya saya harus mulai dari diri sendiri dulu, setelah itu baru saya ajak teman-teman yang lain. Alhamdulillah sekarang banyak yang mau ikut dengan kegiatan saya,”katanya lagi.

Sampai sekarang langkah Aditya sudah berhasil menginspirasi sekitar 30 orang lebih untuk bergabung. Seperti yang dikatakan Aditya, mereka juga awalnya susah untuk diajak gabung. Rata-rata dari mereka merasa malu karena belum kenal satu sama lain. Maklum usia mereka memang masih usia belia yaitu belasan tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun