Copa Amerika 2015 yang digelar di Estadion Nacional Julio Martinez Pradanoz, Santiago, Chile baru saja berakhir. Namun euphoria berbagai rasa masih terdengar di mana-mana, baik itu kekecewaan atau kegembiraan. Semua tumpah ruah di Negara para peserta yang ikut berkompetisi dalam laga empat tahunan itu. Banyak sekali peristiwa yang bisa direkam dari perhelatan akbar sepak bola International zona Amerika Selatan, di antaranya pemberian predikat pemain terbaik dalam laga tersebut.
Namun pemberian predikat pemain terbaik itu tidak selamanya ditanggapi positif oleh para pemain terpilih, sebut saja Lionel Messi yang menolak pemberian penghargan itu. Kapten dari skuad Argentina itu merasa kecewa berat karena mimpinya untuk meraih gelar kehormatan pupus oleh Chile. Sungguh sebuah akhir drama yang cukup tragis, di mana Lionel Messi menjadi pemain inti dalam timnas Argentina.
Beda Argentina, beda Chile, saya yang sejak awal menjagokan tim ini merasa senang bahwa prediksi saya benar. Karena banyak faktor eks yang dimiliki oleh Chile dalam ajang Copa Amerika 2015 ini. Salah satu faktor eks yang dimiliki oleh Chile yaitu para pemainnya, di mana mereka masing-masing personel memiliki gaya permainan berbeda dan selalu menampilkan kejutan memukau. Permainan mengejutkan itu bukan saja memukau pelatihnya tapi juga para penonton. Tendangan atau trekling yang tak terduga terkadang diperlihatkan oleh pemain Chile.
Berikut ini saya ingin menampilkan profile, karier dan sepak terjang dari kipper alias penjaga tiang mistar merangkap kapten Chile, Claudio Bravo. Saya terkesan dengan sang kapten yang menyimpan ambisi untuk menunjukkan bahwa timnasnya mampu meraih juara setelah 99 tahun tanpa gelar. Dan ini terbukti pada final Copa Amerika 2015 kemarin, sang kapten telah membayar lunas janjinya itu. Sekalipun sang kapten memiliki ambisi untuk juara namun, semua itu tidak tergambar sedikitpun di raut wajahnya.
Semua dilalui dengan kekuatan tanpa emosional, hal inilah yang ditularkan pada seluruh rekan-rekan satu timnya. Sampai akhirnya sang kapten berhasil menjadikan Chile pemenang pada Copa Amerika 2015 ditambah lagi gelar buat dirinya sendiri. Semua itu juga tak lepas dari tangan dingin sang pelatih Jorge Sampaoli. Nah, sekarang kita simak yuk rangkuman yang saya buat dari berbagai sumber tentang aktivitas sepak menyepak sang kapten.
Claudio Bravo
Pemain yang memiliki nama lengkap Claudio Andres Bravo Munoz ini rela harus berhadapan dengan rekan satu klubnya—Lionel Messi dalam ajang Copa Amerika 2015 kemarin. Meskipun Bravo dan Messi tergabung dalam satu klub Barcelona—dikenal dengan sebutan Barca, Claudio Bravo melihat sangat sulit untuk mengambil bola dari kaki kidalnya Leo, panggilan akrab Messi. Dari situlah Bravo langsung berpikir untuk mencari cara menghentikan langkah Messi, tapi bukan dengan menguntitnya terus menerus selama 90 menit jam tanding.
Keyakinan Bravo tetap tinggi, dia ingin memberikan yang terbaik bagi timnasnya, jadi seminimal mungkin dia harus bisa menghambat gerak Messi agar tidak lolos dari pemain belakang Chile.
Peran ganda yang dipegang oleh pemain yang lahir di Viluco, Chile pada 13 April 1983 ( 32 thn ) ini memang sangat beralasan. Selain sebagai kapten, Bravo juga didapuk menjadi penjaga gawang alias kipper bagi timnasnya.
Sebagai penjaga gawang, Bravo mempunyai figur yang lincah, tenang dan berpengalaman di bawah mistar. Itulah alasannya, mengapa Barcelona berani meminang Bravo untuk di tempatkan di bawah mistar klub ini. Selain gerak tangan dan kaki, insting bolanya juga sangat akurat, melampaui kecepatan dari gerak tangan kakinya. Penalti di Copa Amerika 2015 kemarin adalah bukti bahwa instingnya itu lebih cepat. Bravo bersikap sangat bijak setelah melakukan penyelamatan krusial saat berhasil menghalau tendangan gelandang Argentina, Ever Banega. Hingga pada akhirnya keakuratan instingnya itu mengantarkan dirinya terpilih menjadi penjaga gawang terbaik di laga Copa Amerika 2015 lalu.
Perjalanan Karier Claudio Bravo
Awal karier yang dilalui oleh Bravo dimulai dari Akademi Klub Top Chile bernama Colo-colo Junior. Permainan Bravo yang memukau pelatih mengantarnya terpilih untuk memperkuat skuad utama klub tersebut selama empat tahun. Dalam klub tersebut Bravo menempati posisi sebagai pemain utama dan selalu bermain sebagai Starting Eleven.
Sejak tahun 2002 sampai 2006, Bravo terus mengembangkan dirinya dengan mengikuti berbagai pertandingan. Pada tahun 2004, Bravo masuk ke dalam timnas Chile-U23 dengan 7 kali tampil, lalu semakin menanjaknya usia, Bravo langsung memperkuat timnas Chile dengan 87 kali tampil. Total penampilan Bravo selama empat tahun memperkuat timnas Chile menjadi 123 kali pertandingan. Bahkan di tahun 2006 Bravo berhasil meraih penghargaan Torneo Apertura, ini adalah penghargaan pertama yang diraihnya.
Pada tahun 2006, Bravo pindah ke Real Sociedad di Spanyol sebagai perjalanan karier selanjutnya. Selama hampir 8 tahun ( 2006 – 2014 ) langkah Bravo dipersepakbolaan dunia makin tak terbendung. Bravo terus menerus menunjukkan eksistensinya yang semakin terarah dengan tampil bermain sebanyak 237 dalam pertandingan resmi. Bravo menjadi skuat utama diklub tersebut. Tanggal 14 Februari 2010, menjadi catatan sejarah paling penting dalam hidup seorang Bravo. Karena pada tanggal tersebut Bravo mencetak satu-satunya gol di sepanjang karirnya saat melawan Gimanstic de Tarragona melalui tendangan bebas dalam 229 pertandingan.
Dan kecemerlangan kariernya ini, dia tunjukkan dengan gelar Segunda Division yang diraihnya pada tahun 2009 – 2010. Namun sayang tendangan bebasnya ini berakibat fatal, Bravo mengalami cedera lutut, akan tetapi bukan Bravo namanya kalau dia tidak menggenapkan sisa pertandingannya. Dalam kondisi cedera lutut Bravo masih bermain dalam 25 kompetisi lagi untuk membantu timnya menyelesaikan kejuaraan dan kembali ke divisi utama.
Kariernya terus melejit, hingga akhirnya sebuah klub sepakbola ternama berniat untuk mengajaknya bergabung. Bukan suatu kebetulan jika pada saat itu klub terbesar tersebut sedang membutuhkan seorang penjaga gawang handal.
Dan pada tanggal 25 Juni 2014, melalui laman resmi klub tersebut, dirilis sebuah pengumuman bahwa Claudio Bravo telah resmi bergabung. Klub yang tidak diragukan lagi kebesaran dan ketenarannya itu bernama Barcelona. Nilai kontrak yang didapat dengan bergabungnya Bravo di Barca tidak tanggung-tanggung, bahkan mencapai nilai fantastis, yaitu sebesar 12 juta Pondsterling. Dalam catatan sepakbola dunia, nilai yang diraihnya itu menjadikan Bravo sebagai kipper termahal ke 7. Biaya transfer yang fantastik telah dibuktikan oleh Bravo dengan menggondol piala Zamora Trophy di musim pertamanya bersama klub asuhan Luis Enrique itu. Sebuah penghargaan sebagai kipper terbaik dalam ajang Liga Spanyol. Sungguh sebuah bulan madu yang manis dan catatan sejarah penting dalam karier sepakbola Bravo.
Dalam klub barunya ini, Bravo harus bersaing dengan rekannya satu klub yang baru saja direkrut untuk menempati posisi utama, yaitu Marc-Andre Ter Stegen. Persaingan ini tidak membuat Bravo gentar, tapi sebaliknya semakin bersemangat untuk menjadi yang terbaik. Akhirnya kemampuannya berlenggok di bawah mistar gawang, berhasil menyingkirkan saingannya saat Barca berlaga di Copa del Rey pada musim yang sama. Lagi-lagi dalam ajang bergengsi tersebut Bravo meraih gelar sebagai penjaga gawang terbaik.
Penampilan demi penampilan terus digulirkan sepanjang musim di Liga Spanyol. Untuk Barca, Bravo benar-benar mempersembahkan permainan terbaiknya, Ia hanya memiliki waktu istirahat sedikit sekali, yaitu di jornada terakhir saat Barca bersua dengan Deportivo La Coruna. Saat itu Bravo digantikan oleh kipper ke tiga yang dimiliki oleh Barca, Jordi Masip. Akan tetapi penampilan Bravo tetap masih unggul dan selalu dinanti-nantikan oleh penggemar dan fans fanatik Barca. Dalam 37 pertandingan, Bravo hanya kebobolan 19 gol lebih sedikit dari klub lain yang kebobolan 18 kali dan terjadi pada musim 1993 – 1994. Jadi dengan kata lain, dalam 20 tahun terakhir Bravo hampir dikatakan berhasil dalam hal menjaga pertahanan gawang. Hal ini untuk kesekian kalinya Bravo menorehkan sejarah persepakbolaan dunia.
Rekor lain yang dicatat oleh Bravo adalah dalam hitungan menit, Claudia Bravo sanggup menjaga mistar gawangnya selama 754 menit tidak terkoyak satupun. Pencapaian ini telah melampaui rekor yang disandang oleh Pedro Maria Artoa pada musim 1977 - 1978. Selain itu, Bravo juga tercatat sebagai penjaga gawang pertama Barca yang bia melakukan clean sheet dalam 23 pertandingan. Untuk kesekian kalinya Bravo mengungguli dua kipper legendaris Barca, Victor Valdes ( 2004 – 2005 dan 2008 – 2009 ) serta Andoni Zubizarreta ( 1988 – 1989, keduanya berada pada urutan ke dua dalam melakukan clean sheet pada 20 laga.
Persembahan Bravo dapat dibilang terus menerus menggulirkan permainan yang fantastik, apalagi jika dilihat dari rasio kebobolan.
Dalam kedudukan rasio tersebut, Bravo mengendalikan hanya 0,51 gol per pertandingan. Dirinya berada di urutan ke tiga dalam urusan rasio kebobolan Liga Spanyol. Sedangkan dua kandidat lain ada Victor Valdes yang memiliki rasio kebobolan 0,5 gol per pertandingan pada musim 2010 – 2011, tapi dengan catatan tampil sebanyak 32 kali. Urutan rasio tertinggi dipegang oleh Paco Liano, kipper milik Deportivo La Coruna denga mencapai angka rasio kebobolan 0,47 kali pada musim 1993 – 1994.
Begitulah pencapaian dari seorang penjaga mistar yang dikagumi oleh banyak lawan maupun penggemar.
Selain nomor punggung 1 Bravo juga kerap memakai nomor punggung 13, terutama untuk pertandingan di luar timnas Chile. Kegigihan dan kepiawaiannya mengakomodir rekan-rekannya baik dalam timnas maupun klub mengantarkan Bravo menjadi yang terbaik. Pencapaian yang baru saja diraihnya dalam ajang Copa Amerika 2015 kemarin merupakan prestasi kesekian kalinya. Nama besarnya akan terus dicatat dalam sejarah dunia sepakbola, sesuai dengan namanya Bravo alias “yang terbaik”. Bravo…Bravo…Bravo…!
etybudiharjo.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H