Sejak masuk dalam perempat final, Chile yang berhadapan dengan tim Uruguay yang berada dalam grup B, sudah mulai menampakkan taringnya. Di bawah pelatih asal Argentina, Jorge Sampaoli timnas Chile dipaksa main menyerang. Sampaoli menerapkan sistem permainan dengan menghabiskan seluruh usaha pada waktu normal yaitu 90 menit sampai tuntas, ketimbang menentukan nasib lewat tendangan adu penalti. Arahan sang pelatih ini rasanya memang sangat merasuk ke dalam jiwa para pemain Chile.
Dalam laga menghadapi Uruguay ini, sang pelatih juga telah menyiapkan amunisi khusus. Amunisi yang disiapkan secara khusus ini bukan lagi pemain muda atau pemain yang sedang naik daun. Akan tetapi justru sebaliknya, pemain berusia 31 tahun ini sebenarnya sudah pernah mengumumkan pengunduran dirinya alias pensiun pada tanggal 17 Juni 2014 silam. Pengumuman resmi ini dirilis melalui akun twitternya.
Pemain yang namanya nyaris tenggelam di tengah gemerlap bintang sekelas Alexis Sanchez, Claudio Bravo dan Arturo Vidal tersebut adalah Jorge Valdivia. Bermain ditiga laga penyisihan grup A, Valdivia selalu menjadi pilihan pelatih Chile, Sampaoli. Penampilan Chile yang selalu bermain menyerang ini, tentu saja membuat para lawan bertindak hati-hati. Serangan yang dilakukan oleh Chile tak ubahnya seperti sengatan lebah, begitu penilaian dari pelatih Uruguay, Oscar Tabarez.
Perjalanan skuad besutan Sampaoli sampai ke babak perempat final memang bukan langkah mudah. Pada awal pertandingan, Chile harus menghadapi tim Ekuador yang keberadaannya di Copa Amerika 2015 ini dengan bermodalkan kemenangan telak atas Panama 4-0. Tapi sayang ditinjau dari segi materi pemain Ekuador di bawah asuhan pelatih Guastavo Quinteros ini masih kalah dibanding Chile. Sangat jauh berbeda dengan Chile di mana para pemainnya banyak bertabur bintang-bintang lapangan hijau, sebut saja ada Alexis Sanchez, Claudio Bravo ( Barcelona ), Arturo Vidal ( Juventus ), Gairy Medel ( Inter Milan ), David Pizzaro ( Fiorentina ) dan Eduardo Vargas ( Napoli ).
Masih permainan diklasemen sementara, hasil prediksi yang mensinyalir Ekuador bakalan menang telah pupus sudah. Nyatanya Alexis Sanchez berhasil memimpin rekan-rekannya mengusir Ekuador keluar dari rumput hijau dengan meraih kemenangan 2-0. Perjuangan perdana dari tim yang berjulukan La Roja ini, mampu membuat para pendukungnya gegap gempita. Estadion Nacional Julio Martinez Pradanoz, Santiago, Chile berubah menjadi hingar bingar. Laga yang dipimpin oleh wasit Nestor Pitana dari Argentina itu menyulutkan api kemenangan di dada para pemain Chile dan siap untuk melanjutkan pertandingan pada babak selanjutnya.
Banyak Faktor Pendukung
Sebenarnya aura kejayaan di ajang Copa Amerika 2015 ini sudah bertebaran di seantero negri, di mana Chile menjadi tuan rumahnya. Suntikan pendukung dari seluruh masyarakat Chile ditambah lagi dengan bintang lapangan yang bertaburan dalam timnas Chile merupakan modal awal yang baik. Tekad untuk meraih juara telah tertancap dalam dada setiap pemain Chile. Hal itu sangat dirasa wajar, karena sejak bergulirnya Copa Amerika untuk pertama kali pada 1916, Chile belum pernah juara.
Selama mengikuti turnamen sepak bola International tertua ( 99 tahun ) yang pernah ada ini, Chile pernah menorehkan prestasi tertinggi “hanya” empat kali menjadi finalis, yakni di tahun 1955, 1956, 1979 dan 1987. Dan di tahun 2015 ini tim yang menduduki peringkat ke-19 FIFA ( per 4 Juni 2015 ) ini siap menggempur lawan mainnya. Bahkan tekad dari seluruh pemain Chile, mereka akan diusir dari lapangan hijau tanpa pandang bulu alias dipermalukan dengan skor kalah telak 0. Berikut pernyataan dari beberapa pemain Chile :
“Saya optimis bisa juara, karena Chile tahun ini sebagai tuan rumah dan akan mendapat dukungan penonton”. ( Cristian Carrasco, penyerang asal Chile )
“Kami datang bersama kebanggan untuk mengenakan jersey ini ( timnas Chile )”. ( Claudio Bravo, kipper Chile )
Kebulatan tekad dan semangat berapi-api dari seluruh pemain Chile memang bukan sesumbar belaka. Dari tiga pertandingan di klasemen sementara, dua di antaranya Chile menang dengan mencukur habis Ekuador dan Bolivia. Sedangkan diperempat final, Uruguay juga dipermalukan dengan hanya menggondol angka nol.
Sebagai Negara yang sudah 36 kali berpartisipasi dalam Copa Amerika, Chile memang haus akan kemenangan. Bayangkan saja, selama 28 tahun Chile yang termasuk dalam zona Amerika Selatan ini harus menanggung malu selama bertahun-tahun, karena tidak satupun predikat diraihnya. Untuk kali ini Chile, meskipun diprediksi beberapa situs dunia, berpeluang kecil akan meraih kemenangan, namun semangat kemenangan tetap berapi-api.
Semangat kemenangan saja memang belum dirasa cukup untuk menaklukkan timnas Argentina dengan julukan Albicelestes, kekuatan bintang juga sangat mempengaruhi. Teknik penyerangan yang akan dilakukan oleh Chile, akan diperkuat oleh tendangan akurat dari Alexis Sanchez, pemain yang pernah bersemayam di kubu Arsenal sepanjang musim ini. Sejak memutuskan diri untuk bergabung dalam klub yang diarsiteki oleh Arsene Wenger ini, Sanchez telah menyumbangkan 22 gol.
Pertahanan dan penyerangan semakin kuat dengan pemain serba guna Arturo Vidal, yang bisa bermain di belakang maupun di tengah. Gaya bermainnya yang ulet dan tackling yang keras mengantarkan seorang Arturo Vidal menjadi ikon Juventus dengan julukan II Guerriero ( The Warriors ) oleh pers Italia. Bahkan pada tahun 2013 Vidal menempati peringkat ke 11 sebagai pemain sepakbola terbaik di dunia versi Bloomberg. Jadi kalau dilihat dari banyaknya faktor yang bisa mengantar Chile menuju kemenangan, maka prediksi saya 2-1 untuk Chile.
Sumber : www.ca2015.com
daily mail, soccerway, whoscored
etybudiharjo.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H