Mohon tunggu...
Ety Budiharjo
Ety Budiharjo Mohon Tunggu... profesional -

Cinta Dengan Menulis, Menulis Dengan Cinta. My Blog is : etybudiharjo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lestari Wisata, Lestari Harta

25 Desember 2013   05:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:31 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dengan kekayaan alam dan pesonanya adalah suatu kisah nyata, bukan retorika belaka. Selain keindahan yang nampak nyata, Indonesia juga memiliki panorama alam yang tersembunyi. Pariwisata apa sih yang tidak ada di Indonesia ? Dari wisata gunung, sungai, laut, pantai, hutan, gedung, sejarah, religi bahkan wisata kulinerpun tersedia di Indonesia. Padahal semua itu merupakan potensi wisata yang tidak hanya melahirkan keindahan tapi juga memberikan nilai ekonomi secara signifikan. Dengan pariwisata, tiap daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya. Sayangnya masyarakat Indonesia masih setengah hati untuk mengeksplornya apalagi memanfaatkannya.

Jika kita mau bekerja dengan langkah positif, maka semua potensi wisata itu mampu memberikan kontribusi bagi meningkatnya perekonomian di suatu daerah di mana wisata itu berada. Sudah tidak dipungkiri lagi jika sektor pariwisata dapat menjamin nilai ekonomi suatu daerah atau negara menjadi stabil bahkan berlebih. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya negara yang mengandalkan devisa negaranya dari sektor pariwisata. Sebut saja Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Cina dan Italia. Negara-negara tersebut bisa menjadi kaya dan sejahtera dengan mengandalkan sektor pariwisatanya. Bagaimana dengan Indonesia ? Sayangnya Indonesia masih berada di urutan 34 dalam sektor pariwisata. Banyak faktor yang menyebabkan Indonesia sedikit sekali pendapatannya dalam pariwisata. Dan yang paling memprihatinkan adalah bahwa faktor terburuk dilakukan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri.

JAUH DARI LESTARI

Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke 5 di dunia, ternyata tidak sanggup untuk saling membantu dalam hal kesejahteraan. Bahkan sebaliknya, masih memupuk rasa individualisme yang tinggi, hal ini terbukti dengan sikap dan pola laku yang serakah dalam menyikapi potensi wisata di Indonesia. Padahal mereka semua sadar sikap individualisme dengan cara memonopoli sebuah daerah wisata akan mendatangkan kesenjangan sosial dan percikan permusuhan. Bukan saja memonopoli tapi juga merusak tatanan daerah wisata dengan cara mengeksploitasi besar-besaran dan sembarangan mampu melenyapkan tempat wisata tersebut. Padahal sejatinya daerah wisata itu harus mendapat perlindungan maksimal atau lebih jauh lagi yaitu dengan melestarikannya.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak keindahan sejumlah tempat wisata di Indonesia terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Seperti misalnya yang terjadi di Pulau Togean, Sulawesi Tengah, kesadisan itu terlihat dengan jelas. Kepulauan Togean yang memiliki pantai-pantai nan seksi, laut biru yang bening dan tenang, dengan ikan warna-warni yang bersembunyi di antara terumbu karang indah. Dan saat senja mulai datang, matahari menjadi bola merah yang tersipu malu siap tenggelam dalam laut keemasan. Nuansa alam laut di Kepulauan tersebut berubah menjadi sadis karena bersamaan dengan itu juga berlangsung pengrusakan alam bawah laut secara ekstrim. Lebih ekstrim lagi karena pengrusakan itu kerap didukung oleh elite politikus. Para politikus ini datang pada saat kampanye demi memperoleh suara, dengan cara mempersilahkan para nelayan mengebom terumbu karang dan berjanji melindunginya.

Kalau dulu, pengrusakan yang dilakukan oleh segelintir manusia hanya dengan mencorat coret atau mengotorinya dengan sampah, maka saat ini lebih parah lagi. Pemerintah pusat ataupun daerah lebih senang mendapatkan uang dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam. Beberapa cara eksploitasi itu adalah menebang hutan untuk diambil kayunya, seperti yang terjadi di Danao Toba, mengganti pohon dengan kelapa sawit yang memiliki nilai jual cepat. Belum lagi lahan wisata yang digali untuk diambil bahan-bahan tambangnya. Mereka menginginkan proses yang cepat mendatangkan keuntungan daripada menjaga atau melestarikannya.

BERAWAL DARI MENJAGA

Beberapa paparan tersebut di atas menambah deretan problem utama dari tidak berkembanganya pariwisata di Indonesia. Hal tersebut sangat jelas terlihat kekerdilan sikap dan kurangnya potensi yang kita miliki. Sebagai masyarakat awam saya hanya dapat menghimbau kepada pemangku kepentingan, untuk berusaha menjaga dengan serius situs-situs wisata yang terdapat di daerah masing-masing. Jika masih sulit untuk melestarikannya cobalah untuk memulai dari menjaga yang sudah ada. Sedikit demi sedikit cobalah untuk menggeser pola pikir dan menanamkan kesadaran bahwa keindahan alam itu perlu dijaga dan dilestarikan.

Kalau belum bisa menanam pohon, maka janganlah menebangnya atau jika belum bisa menjaga terumbu karang maka peliharalah. Ambillah kekayaan alam itu seperlunya dan secukupnya saja, tidak berlebih apalagi serakah. Kekayaan alam yang telah disediakan oleh Allah bukannya tidak bisa habis, bahkan bisa saja tidak ada sama sekali. Bayangkan, apabila anak cucu kita hanya mendengar cerita tentang keindahan terumbu karang dan ikan warna warni tanpa tahu yang sebenarnya.

Demikian pula bagi investor tambang, buang jauh-jauh pikiran untuk mengeruk sampai habis apa yang ada di dalam bumi. Mulailah dengan memikirkan dan mencari jalan untuk menemukan sumber alam yang terbarukan. Jujur saya akan katakan di sini, sulit rasanya bila kita juga tidak mengakui kenyataan jika sampai saat ini kita belum pernah memiliki menteri pariwisata yang kreatif dan visioner. Oleh sebab itu jangan heran jika peluangemas dari sektor pariwisata Indonesia banyak didominasi oleh investor asing, seperti yang terjadi di Raja Ampat, Papua.

Mengapa pula kita harus membayar mahal untuk menikmati keindahan alam yang notabene adalah milik kita sendiri ? Bukankah seharusnya kita sebagai tuan rumah berpacu untuk mendatangkan wisatawan asing ? Lagi-lagi problemnya ada dalam diri kita sendiri, kekerdilan dan kurangnya kerja keras membuat lemah semuanya. Masyarakat kita cenderung senang merusak tanpa mau memperbaiki apalagi melestarikannya. Bersama ini pula melalui Indonesia Travel saya berharap jangan hanya mempromosikan situs wisata saja, tapi libatkan elemen-elemen dari level bawah sampai atas untuk bergerak melestarikan wisata Indonesia. Misalnya dengan mengadakan ‘duta wisata’ yang diadakan di tiap-tiap daerah potensi wisata. Nah, dari ‘duta wisata’ inilah dirancang sebuah agenda yang mengkhususkan diri dalam hal pelestarian. Demikian saran dan masukan dari saya, semoga manfaat !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun