Pendahuluan
Sejaktahun 2010wacana tentang Bonus Demografi mulai disorot oleh beberapa Negara di dunia, terutama Negara yang berpenduduk padat, tanpa kecuali Indonesia. Oleh karenanya sejak tahun 1989 PBB telah menetapkan tanggal 11 Juli sebagai Hari Kependudukan Sedunia. Melalui moment Hari Kependudukan Sedunia ini, sejatinya tiap Negara mereview kembali program-program kependudukan. Hal ini juga berlaku bagi Indonesia, di mana Indonesia masih menempati urutan ke – 4 penduduk terbanyak, setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.
Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai angka 237,6 juta jiwa. Sejalan dengan itu, laju pertumbuhan penduduk Indonesia berada pada kisaran 1,49% atau rata-rata bertambah 3,2 juta /tahun. Sehingga di tahun 2014 ini perkiraan jumlah penduduk Indonesia adalah 251,4 juta jiwa. Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat signifikan ini akan membawa Indonesia pada kondisi menguntungkan namun juga merugikan. Kondisi yang akan dihadapi oleh Indonesia dalam 10 atau 20 tahun ke depan adalah apa yang sering disebut sebagai Bonus Demografi.
Apakah yang dimaksud dengan Bonus Demografi ?
Bonus Demografi adalah suatu keadaan negara di mana jumlah usia produktifnya ( 15 – 64 th) lebih banyak dibanding usia non produktif ( 0 - 4 dan >65 ). Bonus Demografi di Indonesia sudah mulai dari tahun 2010, keadaan ini akan berlangsung hingga tahun 2030, bahkan maksimal 2035. Sebagaimana sudah penulis singgung di atas, bahwaBonus Demografi inidapat menguntungkan juga merugikan. Oleh sebab itu kita tidak boleh berlama-lama hanya berkutat pada teori kependudukan saja. Gerak cepat untuk segera mengambil langkah – langkah penanganan secara efektif dan berkesinambungan amat diperlukan. Sepertinya semua elemen bangsa dari hulu ke hilir harus mampu mengisi/mengantisipasi dalam menghadapi Bonus Demografi ini.
Permasalahan
Bonus Demografi yang sudah diprediksi oleh banyak ahli kependudukan bakal terjadi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Di Indonesia sendiri tercatat akan memiliki jumlah penduduk usia produktif sekitar 69 persen atau 175 juta jiwa dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal ini berarti, Indonesia akan memiliki jumlah usia produktif atau usia angkatan kerja yang sangat besar. Dari usia produktif tersebut, terdiri dari para remaja ( 15 – 20 thn ) dan generasi muda ( 20 – 27 thn ). Sedangkan sisanya ditempati oleh usia non produktif yaitu usia anak - anak dan lansia. Usia non produktif ini menjadi sebuah beban yang akan ditanggung oleh usia produktif. Nah, dari sinilah permasalahan itu muncul. Banyaknya usia produktif dapat menimbulkan permasalahan social apabila tidak dikelola dengan baik.Dampak – dampak negatif pun akan bermunculan, seperti meningkatnya pengangguran, stabilitas keamanan, tidak terpenuhinya lembaga pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Dampak negatif ini tentu saja akan merambat pada skala nasional, yang berakibat pada perpecahan bangsa.
Sudah barang tentu, kita sebagai warga Negara tidak menginginkan dampak negatif terjadi pada Bangsa ini. Sebab itu sangat diperlukan pengelolaan yang baik, merata dan berkesinambungan. Jadi, pekerjaan rumah bangsa ini adalah mengelola Bonus Demografi tersebut yang tidak lain berupa Sumber Daya Manusia. Bukankah bangsa ini terkenal dengan Sumber Daya Alam yang melimpah ? Apalah artinya semua Sumber Daya Alam itu jika manusianya tidak dapat mengolah dengan baik.Dan untuk mengelola Sumber Daya Alam tersebut dibutuhkan manusia-manusia yang ahli dan berkompeten dalam bidangnya.
Pada akhirnya titik terang tentang pengelolaan Bonus Demografi terpecahkan. Tentu saja dalam mengelola Bonus Demografi ini tidak bisa dilakukan sendiri. Butuh kerjasama yang baik antara Pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Bahkan pihak swasta pun dapat ikut ambil bagian dalam memanfaatkan Bonus Demografi agar lebih terarah.
Sejatinya Bonus Demografi ini dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin baik oleh Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah. Akan tetapi pemanfaatan ini bukan tanpa syarat dan kerja keras. Semuanya dapat direalisasikan dengan menyiapkan kebijakan-kebijakan seperti : memperkuat investasi di bidang kesehatan, pendidikan, kemandirian pangan, ketenagakerjaan dan sebagainya.
Peran BKKBN
Sebagai badan lembaga Pemerintah, BKKBN harus berada di garis terdepan dalam menyongsong Bonus Demografi ini. BKKBN harus bisa menjadi pioneer atau penggerak untuk mengoptimalisasi Bonus Demografi. Selain terus menjalankan program-proram yang sudah ada, BKKBN juga harus menyiapkan terobosan baru. Adapun terobosan yang bisa penulis sarankan di sini adalah :
1.Program Pengendalian Pertumbuhan Penduduk ( KB )
Keluarga Berencana atau sering disingkat KB adalah program jangka panjang yang terus menerus digalakkan. Rasanya hampir seluruh masyarakat Indonesia sangat mengenal program andalan BKKBN dalam menekan angka kelahiran. Sebagaimana yang penulis ketahui, program KB ini lebih menitik beratkan kepada kaum ibu. Kebanyakan produk-produk berupa alat kontrasepsi ini hanya diperuntukkan bagi kaum ibu, sebut saja ada pil, suntik, spiral dan lainnya. Berdasarkan analisa sederhana yang penulis lakukan, sebaiknya kaum bapak juga didorong untuk menggunakan alat kontrasepsi. Meskipun sudah dilaksanakan namun hasilnya masih sangat minim.
Sepertinya saat ini edukasi kepada kaum bapak harus lebih digiatkan, misalnya dengan mengadakan acara nonton bola atau pertandingan olah raga. Pengalaman yang penulis dapat dari kaum ibu di lingkungan, mereka sudah memiliki kesadaran tinggi untuk ber KB. Mungkin ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi BKKBN untuk menyeimbangkan edukasi tentang program KB.
2.Program Peningkatan Gizi Bagi Ibu Hamil dan Menyusui
Bukan tanpa sebab, apabila penulis ingin sekali memperkenalkan program peningkatan gizi bagi ibu hamil dan menyusui. Entah ada atau tidak, tapi melalui pengamatan yang penulis lakukan baik itu di Puskesmas atau di Posyandu, rasanya program ini masih belum nyata. Padahal sebagaimana diketahui bahwa ibu hamil dan menyusui memerlukan gizi berlipat – lipat. Dalam hal ini BKKBN bisa menggandeng pihak swasta untuk berperan serta, seperti produsen susu atau suplemen. Pemenuhan gizi yang baik dan seimbang bagi ibu hamil dan menyusui sangat mutlak diperlukan, karena bakal manusia yang akan dilahirkannya bisa menjadi manusia sehat jasmani dan rohani.
3.Mensosialisasikan Bonus Demografi Kepada Remaja
Karena Bonus Demografi ini akan didominasi oleh usia produktif yaitu remaja dan angkatan kerja, maka sudah selayaknya mereka juga mengetahuinya. Selain mensosialisasikan tentang Bonus Demografi, ada baiknya BKKBN juga mengadakan pelatihan industri kreatif bagi remaja dan angkatan kerja. Seperti beberapa program yang penulis sarankan di atas, BKKBN juga dapat menggandeng pihak terkait atau pihak swasta.
4.Memberikan Penghargaan Bagi Propinsi Yang Berhasil Menekan Angka Pertumbuhan
Mudah-mudahan kali ini penulis tidak ketinggalan informasi dari BKKBN. Kalau ada piala Adipura untuk kota terbersih, maka selayaknya BKKBN juga memberikan apresiasi kepada kota atau propinsi yang berhasil menekan angka kelahiran. Kegiatan ini akan menggerakkan seluruh kepala daerah ikut mensosialisasikan program yang dibuat oleh BKKBN. Bukan hanya itu saja, kepala daerah juga berkewajiban mengetahui bahwa Bonus Demografi itu harus menjadi perhatiannya. Merekapun harus dapat memanfaatkan Bonus Demografi di daerahnya masing-masing, sehingga mengurangi beban BKKBN. Dengan begitu BKKBN dapat menyusun program selanjutnya atau menggerakkan daerah lainnya.
Peran Masyarakat
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa keberhasilan sebuah program harus dilakukan dengan dua arah. Tidak ada program yang berhasil dengan sendirinya, semua harus ikut berperan demi sebuah keberhasilan. Oleh sebab itu program – program yang dicanangkan oleh BKKBN sudah sepantasnya diapresiasi oleh masyarakan keseluruhan. Bukankah Bonus Demografi yang terjadi juga melibatkan semua pihak ? Dibutuhkan kesadaran yang tinggi dari masyarakat, bahwa Bonus Demografi yang akan kita hadapi bukan lagi sebuah wacana tapi bisa menjadi bencana.
Dan bencana ini pula yang akan dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia umumnya dan Indonesia khususnya. Sekilas dapat dibayangkan oleh kita, perebutan makanan, kesehatan, pekerjaan dan lainnya. Situasi ini juga akan berakibat pada persaingan global, yang mau tidak mau seluruh masyarakatpun menghadapinya. Bisnis yang tidak sehat, kecurangan dan tidak menutup kemungkinan saling berambisi untuk melawan. Apalah artinya sebuah program jika masyarakat bersikap apatis. Diperlukan sebuah kemauan tinggi agar semua program berjalan dengan baik sesuai dengan target.
Penutup
Penulis sangat optimis jika pengelolaan Bonus Demografi dilakukan dengan serius, maka akan berpotensi menumbuhkan ekonomi. Apalagi tahun 2015 bangsa ini akan menghadapi MEA ( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) di mana persaingan dan keterbukaan akan jelas terlihat. Kalau selama ini masyarakat Indonesia selalu menjadi konsumen dari produk-produk Negara lain, maka kedepannya tidak lagi seperti itu. Bonus Demografi yang akan disongsong oleh Indonesia memberikan peluang bahwa masyarakat Indonesia bisa menjadi masyarakat produsen. Masyarakat yang berhasil melahirkan karya-karya bergengsi dengan produk handal. Mari kita tunjukkan bahwa Bonus Demografi Indonesia mampu melahirkan energi kreatif untuk bisa menjadi subjek. Masyarakat bangsa ini mampu menyejahterakan dirinya dan meluaskannya pada negara-negara lain.
@etybudiharjo
Sumber :
http://lihatbumi.blogspot.com/2012/11/bonus-demografi.html
http://intisari-online.com/read/bonus-demografi-peluang-atau-petaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H