Bahasa dan Umur
Berbicara tentang bahasa dan umur akan melibatkan hubungan keduanya, bahasa dan umur memiliki hubungan yang erat. Seorang penutur bahasa dapat menunjukkan identitasnya melalui gaya bahasa yang digunakan. seorang penutur bahasa memiliki perbedaan dalam gaya bahasa yang digunakan. Perbedaan itu mengambil posisi untuk mengambil peranan seperti siapa dan menempatkan diri sesuai dengan umur, gender, profesi, kelas sosial, etnis dan lain-lain yang menyebabkan terjadinya variasi bahasa.
Umur adalah suatu fakta biologis yang karakteristiknya berimplikasi pada berbagai organisasi sosial, seperti aturan umur sekolah, wajib militer, pengadilan anak, atau perlakuan khusus manula. Melalui umur dapat dijadikan kategori social yang sangat penting untuk menentukan hak dan kewajiban. Tiap umur memiliki label yang terdiri dari balita, orang berumur 20-60 tahun, dan orang diatas umur 60 tahun. Wujud label balita seperti person, child, youngster, boy, girl dan lain-lain. Wujud label orang berumur 20-60 tahun dan oran diatas 60 tahun seperti person, adult, man, woman, lady, oldster, dan lain-lain. Istilah orang tua dan anak kecil mengacu pada criteria bahwa orang tua selalu bijak, berwibawa, bawel, dan rapuh, sedangkan anak kecil selalu nakal, lucu, dan lompat-lompat.
Tuturan merupakan salah satu karakteristik yang dapat mengungkapkan penilaian umur dan membedakan satu kelompok umur dengan kelompok umur yang lain. Tuturan dilakukan menurut usia penutur sehingga ada kosa kata yang hanya dipahami oleh anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Tuturan bahasa sekaligus menunjukkan budaya dan adat istiadat. Tuturan bahasa sebenarnya juga mencerminkan status dari balita.
Berbicara kepada anak kecil dan manula harus mengetahui karakteristik keduanya. Sebenarnya kedua gaya bahasanya sama. yang mana gaya bahasa balita bercirikan nada lebih tinggi dari orang dewasa, pengucapannya lebih lambat, lebih banyak jeda, dan kata-katanya lebih jelas. berbeda dari orang tua karena memang masih pada tahap belajar. Sedangkan gaya bahasa manula memang sudah berpengalaman tetapi manula berada pada tingkat kemampuan komunikasi yang menurun.
Berbeda dengan bahasa generasi muda (remaja)barangkali yang paling banyak diteliti dari semua variasi umur. Intinya adalah bagaimana bahasa remaja itu mengandung fitur istimewa dari ujaran-ujarannya yang dapat dideskripsikan. Beberapa peneliti mengatakan bahwa yang paling penting dalam penelitian semacam itu adalah sebuah register remaja dapat membedakanbahasa remaja dari bahasa anak-anak disatu sisi dan bahasa orang dewasa disisi lain (widdi cuabe dan wooffitt,1995)
Remaja merupakan penutur yang kompeten dalam bahasanya dan tidak tertutup dalam pilihan bahasanya. Ketika menyerap bahasa dengan mengembangkan kosakata dan jarak statistiknya, mereka mengontrol secara penuh. Mereka sering memilih kata yang berbeda dari orang dewasa. Tidak salah ini dapat disimpulkan bahwa fungsi dan fitur yang menandai bahasa remaja adalah bentuk substandard, dialek dan logat, bahasa slang serta inovatif. Penggunaan bahasa remaja itu memiliki 3 fungsi utama, yaitu: (1) menyediakan bahasa untuk tujuan penutur, (2) memanifestasikan anggota kelompok dan membangun satu identitas yang berbeda.
Pemilihan bahasa sebagai cermin sebuah generasi
Bahasa dalam perspektif lintas generasi memperlihatkan bahwa setiap generasi memiliki “kreasi” bahasa yang berbeda dengan bahasa yang digunakan pendahulunya. Semua itu terjadi karena, (1) kebutuhan komunikasi lambat laun berubah dan memaksa setiap generasi baru melakukan pengenalan bahasa untuk disesuaikan dengan pengalaman mereka, (2) pada waktu tertentu kebutuhan dan kemampuan komunikasi dari generasi terkini berbeda dengan pendahulunya. Kedua fakta tersebut menjelaskan bahwa umur dan perbedaan generasi merupakan factor yang menyebabkan variasi khusus dalam pilihan bahasa.
Tidak dapat dipungkiri bahwa umur membedakan cara berbicara ada perbedaan kata yang digunakan. Seorang remaja tentu tidak akan berbicara seperti orang yang berumur 80 tahun. Setiap bahasa meliputi ungkapan, pengucapan kata, dan konstruksi yang telah dipakai dalam jangka waktu yang lama. Ungkapan, pilihan kata, dan konstruksi itu dipilih oleh penutur dari generasi yang berbeda dengan frekuensi yang berbeda pula. Lebih dari itu, ada bagian bahasa lebih pada tataran leksikal dan sintaksis yang dirasakan berbeda dari penutur yang “modern” dan yang “kuno”.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI