Saat ini, mencari pekerjaan menjadi sebuah tantangan yang semakin sulit. Persaingan yang ketat di pasar kerja menuntut para pencari kerja mempunyai keunggulan dan strategi yang kuat atau mapan secara skill. Mencari pekerjaan bukan hanya untuk mendapatkan penghasilan, namun sering kali penuh dengan tantangan dalam perjalanannya hingga kadang menimbulkan berbagai tragedi atau penuh dengan frustasi pada seseorang yang sedang mencari kerja.
Datang dari kehidupan pribadi saya yang pernah merasakan ketatnya dunia mencari kerja hingga menciptakan sebuah tragedi. Sebuah pengalaman yang mengajari saya betapa pentingnya membangun skill untuk mempercayakan para HRD atau perusahan di luar sana bahwa saya juga bisa kini dan waktu yang akan datang.
Dibawah ini merupakan beberapa kegagalan atau tidak keberuntungannya saya dalam dunia mencari kerja yang mungkin bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua.
Gagal Menjadi Jurnalis
Salah satu profesi yang ingin saya duduki adalah menjadi seorang jurnalis. Namun siapa sangka di balik keinginan menjadi seorang jurnalis, ada sebuah problame yang terjadi saat mencari pekerjaan pada profesi tersebut.
Jadi saya pernah gagal menjadi jurnalis pada dua media yang waktu itu saya lamar dan saya menawarkan diri. Namun kali ini saya hanya menceritakan pada satu media saja yang waktu itu saya menawarkan diri.
Pada 2023 lalu, saya pernah menawaarkan diri untuk menjadi bagian dari salah satu media berita online yang kantornya berpusat di kota ambon. Jadi awalnya ada salah satu teman saya waktu KKN sekaligus teman satu fakultas merupakan jurnalis pada media yang saya maksud dan saya sering melihat dia update berita-berita di beberapa sosial medianya.
Hingga suatu ketika saya menawarkan diri untuk menjadi bagian dari pada media tersebut sebagai jurnalis (wartawan) lewat teman saya tadi yang waktu itu wilayah liputnya di kota ambon dan saya menawarkan untuk wilayah liput di buru selatan. Dan pada saat itu ia mengiayakan tawaran saya namun ia harus meminta persetujuan dari atasannya.
Karena terlalu lama menunggu persetujuan dari atasannya, saya minta solusi dari teman saya tadi bahwa saya harus bagaimana dan ia meminta saya untuk tetap melakukan peliputan tanpa legalitas (Id Card dan surat tugas) dan hasil peliputannya share ke dia dalam bentu tulisan lewat WhatsApp.Â
Pada saat itu saya tidak bisa mengiayakan permintaan teman saya tersebut lantaran yang pertama, ketika terjadi masalah dengan saya di lapangan pastinya saya tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada legalitas dan yang kedua, pada beberapa acara formal di buru selatan ketika ada jurnalis yang ingin liput, harus menunjukan Id Card dan/atau surat tugas.
Ketika itu dia tidak pernah merespons chat saya lewat WA lagi, sehingga jalan pintasnya adalah saya menghubungi dia bahwa saya akan ke kota ambon membicarakan hal ini lebih lanjut karena pada saat itu saya sementara di namrole dan saat itu juga dia merespon pesan saya di WA. Ia meminta saya untuk mengikutinya peliputan di lapangan dengan tujuan sebagai pengalaman. Namun saat di kota ambon dia tidak pernah menjembatangi saya dengan atasannya atau bahkan tidak memberikan penjelasan soal legalitas saya nanti (Id Card dan surat tugas).
Selang beberapa waktu saya harus kembali ke namrole buru selatan karena ada keperluan yang harus saya laksanakan. Setibanya di buru selatan, taman saya tadi tidak pernah mambalas pesan saya di WA, lebih parahanya lagi akhir 2023 kemarin, dia membalas pesan saya bahwa "mohon maaf saya tidak bisa janji karena media kami baru saja merekrut 5 orang sebagai jurnalis." Sakit hati dong mendengar pesan tersebut. Perjuangan saya dikalahkan oleh 5 orang tadi dan saya merasaa seakan-akan di PHP.
Pertanyaan Interview Kerja yang Berbeda dengan Teman-teman yang Lain
Datang dari salah satu perusahaan ternama juga yang waktu 2023 kemarin mengadakan interview pada calon karyawan sebagai Fronliner yang telah lolos tahap pemberkasan dan saya merupakan salah satu diantaranya. Interview yang dilaksanakaan pada saat itu adalah secara online.
Ketika HRD menanyakan satu persatu calon dengan pertanyaan yang terbilang cukup banyak juga pastinya saya sedikit deg-degan dengan giliran saya nantinya. Karena sistem interviewnya per kelompok kalu tidak salah 7 sampai 8 orang per kelompok, jadi pastinya saya mendengar apa dan berapa pertanyaan yang diajukan oleh HRD kepada para calon frontliner.
Pada saat tiba giliran saya waktu itu urutan ke 5 atau 6, HRDnya hanya menanyakan 1 pertanyaan yakni perkenalkan diri sementara yang lain sampai 5 pertanyaan dan sikap HRD waktu itu seperti tidak fokus atau menyimak apa saya sampaikan (perkenalan diri) dan waktu itu sudah overtihingking pasti tidak lolos.Â
Betul saja saya tidak lolos dan itu saya tidak mengetahui dari perusahaanya karena mereka tidak menginformasi nama-nama yang lolos atau tidak lolos padahal saat itu HRD nya menampaikan akan diumumkan bagi yang lolos maupun tidak lolos pada WA atau medsos mereka tetapi saya mengetahuinya dari teman saya bahwa mereka dihubungi untuk tahap wawancara 2.
Hasil TPA yang Tak Kunjung Kabar
Jadi ada salah satu perusahaan ternama di Maluku yang waktu 2022 lalu telah melakukan rekrutmen pegawai tetap. Waktu itu saya baru lulus beberapa bulan lalu sekitar 4 atau 5 bulan berlalu dan saya mencoba untuk mengikuti proses rekrutmen tersebut yang di awali dengan pengumpulan berkas secara langsung di perusahaan tersebut.
 Namun apakah kalian tahu pengumuman hasil berkasnya lebih dari 1 tahun yakni pada 28 oktober 2023 dan ternyata saya salah satunya yang lolos dan saat itu juga saya langsung didatangi oleh salah satu perusahan tersebut di cabang namrole buru selatan.Â
Akhirnya diberitahukan untuk mengikuti Tes Potensi Akademik (TPA) namun hingga saat ini belum ada hasil TPA tersebut. Padahal waktu itu setelah melewati 1 bulan dari tahap TPA saya sempat konfirmasi dengan salah satu panitia rekrutmen dan ia menyampaikan bahwa dalam minggu ini akan diumumkan hasil TPA dan yang lolos atau tidak akan diinfokan melalui WA masing-masing calon atau pada media sosial perusahaan.
Kadang saya sering bertanya apakah memang saya yang tidak layak atau mereka yang tidak percaya? Dan kadang jawabannya adalah mungkin saya yang kurang layak. Kadang juga jawabannya adalah mungkin juga mereka tidak percaya. Karena setidaknya ketika saya menjadi bagian dari mereka maka saya akan profesional, tekun dan bertanggung jawab dalam bekerja walaupun mungkin minim secara skill yang dibutuhkan.
Hingga kini saya berpikir untuk harus terus mengembangkan skill saya untuk menunjukan kepada mereka bahwa saya bisa.
Pengalaman organisasi kampus atau diluar kampus yang begitu banyak saya ikut untuk mengembangkan diri saya ternyata tidak beruntung dalam dunia mencari kerja.
Sebenarnya masih ada beberapa juga terkait pengalaman mencari kerja yang ingin saya bagikan di artikel ini namum mungkin di lain waktu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H