anak. Saya bersyukur mendapatkan amanah dari Allah berupa anak. Saya meyakini bahwa menjadi seorang ibu adalah ibadah. Derajat ibu yang sangat mulia sudah di nashkan di dalam Al-Qur’an dan Al Hadits.
Saya ibu dari tigaSelain sebagai ibu, saya juga menjadi perempuan yang bekerja di sebuah Lembaga Pendidikan. Tentu tidak mudah mendapat pekerjaan yang dobel. Sebagai ibu dan sebagai wanita karier. Tentu banyak ibu yang seperti saya. Harus memiliki kesadaran dan kesabaran untuk selalu menguatkan diri.
Dari ketiga anak yang paling susah adalah cerita menyusui anak ketiga. Saat saya mengandung anak ketiga, saya harus menjalani pengobatan hyperthyroiditis. Kelenjar gondok yang mengalami ketidakwajaran hormon TSH yang tinggi.
Semula saya tidak mengetahui bila saya mengidap hypertiroid. Baru karena gejala berat badan yang menurun drastis, dan rambut yang rontok secara tidak wajar. Saya memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam dan di vonis terkena tiroid.
Setahun pengobatan saya hamil. Saat hamil dibawah pengawasan dua dokter, dokter penyakit dalam dan dokter kandungan. Secara medis akhirnya diputuskan untuk melahirkan secara operasi sc.
Meski lahir normal, anak saya disarankan oleh dokter untuk tidak mendapat ASI dari ibunya, karena hasil tes kadar tiroiditis anak menurun. Sehingga di mungkinkan anak menderita penyakit down syndrome atau kelemahan otak. Secara mental saya benar benar terpukul. Sebagai ibu saya menginginkan yang terbaik bagi anak yakni dengan memberikan ASI untuk anak, secara  medis saya disarankan untuk tidak memberikan ASI karena prediksi yang akan terjadi pada anak ini.
Setelah seminggu dalam masa penuh kebimbangan, antara memberikan ASI eksklusif atau tidak, saya mengambil inisiatif untuk mendatangi dokter anak lain sebagai second opinion. Alhasil ada advise yang sangat masuk akal menurut saya. Anak tidak hanya bisa dilihat dari laporan medis diatas kertas. Dia butuh bonding dengan orang tuanya terutama ibunya. Dengan cara menyusui setelah 2 jam saya mengonsumsi obat tyroid.
Saya putuskan untuk tetap menyusui anak dengan kondisi tetap dalam pengobatan. Dengan selalu mengawasi perkembangan anak dari waktu ke waktu. Bersyukur sekali karena yang diprediksi oleh dokter tidak terjadi kepada anak saya. Sekarang tumbuh menjadi anak normal dengan segala kelebihannya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H