Mohon tunggu...
Eti Rohmawati
Eti Rohmawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Aktif sebagai Kepala MTs Arrosidiyah Sumberagung Rejotangan Tulungagung, Pengelola blog : rohmawati551@blogspot.com Wiriting with joyful

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melejitkan Potensi Belajar Anak

25 September 2022   12:39 Diperbarui: 25 September 2022   12:45 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada tiga kata kunci dalam membahas pembelajaran terutama pembelajaran di sekolah. Guru, murid dan materi pembelajaran. Ketiganya saling terkait. Ada siswa namun tidak ada guru maka materi yang disampaikan di kelas tidak maksimal. 

Demikian juga bila ada guru namun siswanya tidak antusias maka materi pembelajaran tidak bisa diterima dengan baik.

Dalam teori multiple intelegence nya Howard gadner tidak ada anak yang bodoh. Anak memiliki bakat dan potensi masing masing yang perlu dikembangkan. Anak yang mengalami nilai yang kurang memuaskan atau pemahaman yang tidak sesuai dengan yang diinginkan pengajarnya memiliki banyak factor. 

Menurut howard bisa jadi pengaruh metode guru, sumber belajar, sarana dan prasarana dan motivasi anak dalam belajar.

Dokpri
Dokpri

Dalam acara yang digelar oleh Yayasan Arrosidiyah 24 September 2022 dalam rangka menemukan ruh guru dalam memberikan Pendidikan kepada anak didik, didatangkan pakar spiritual, beliau seorang dokter, kepala bagian bidang medis, keperawatan, keuangan dan kepegawaian di sebuah rumah sakit milik pemerintah kabupaten Blitar. Dikenal dengan panggilan Dokter Hadi. 

Seorang dokter yang sangat humble, berkharisma dan banyak menangani pasien anak-anak bermasalah dalam belajar.

Kami yang berada di lingkungan Yayasan terdiri dari Pendidikan anak usia dini, (RA) Pendidikan dasar  (MI) dan Pendidikan menengah (MTs), seluruh guru diajak duduk bersama dan mendengar serta sambung rasa dengan dokter ini. Beliau memberikan pengalamannya menjadi pemateri di beberapa tempat. 

Dokter ini menggunakan pendekatan yang menyenangkan saat memberikan materi yakni dengan mengajak kita berpersepsi. Sehingga materi materi yang diberikan dapat diterima dengan akal kita masing masing.

Teori yang dipergunakan oleh dokter ini bukanlah menggunakan teori otak, namun menggunakan teori hati. Dengan menyentuh hati, membuat lekatan didalam hati, kita akan menemukan kunci "anchor" untuk anak bisa menerima sebuah materi dengan baik dan tidak mudah lupa. 

Bahkan melekat pada dirinya sampai kapanpun. Kita sebagai pendidik terkadang melupakan hal penting dalam mengawali pembelajaran, yakni menyiapkan kondisi anak untuk belajar. Saking menjadi biasanya anak biasanya langsung diajak kepada buku pelajaran tanpa kita menyadari anak tersebut sudah siap belajar apa belum.

Anak memiliki otak yang terbelah  menjadi dua, sepersepuluh bagian itu dinamakan otak sadar dan sepersembilanpuluh bagiannya adalah otak bawah sadar. Otak sadar ini merespon perintah dengan menerima atau menolak. Namun di Sembilan puluh persen otak ini tidak bisa di perintah tapi bisa di kondisikan. Bertanggung jawab terhadap perilaku baik dan buruk. 

Disadari atau tidak selama ini yang kita olah adalah yang sepuluh persen dari otak. Kita belum maksimal dalam memberdayakan yang selebihnya itu

Padahal apabila bisa masuk dalam sembilan puluh persen otak anak ini, niscaya anak akan melejit potensinya.  Batasan antara kedua otak ini dinamakan area kritis. Ada tekhnik tekhnik tertentu untuk bisa menginterkoneksikan keduanya sehingga bersambung dan berhubungan.

Peran guru sesunggunya sangat penting dalam proses anak membuka area kritis ini. Guru tidak hanya perlu menghabiskan materi pembelajaran, mengisi kognitif anak dengan materi yang diampunya. Namun bagaimana guru melakukan proses pembelajaran dengan bekal iman, ilmu dan amal. Tidak cukup dengan itu namun disertai dengan Ikhlas. Tidak cukup dengan ikhlas tapi dengan konsisten.

Konsistensi guru yang ikhlas dalam menyampaikan ilmu secara terus menerus, akan mewujudkan peningkatan mutu. Baik dalam pembelajarannya dan mutu sekolahnya. Inilah yang dinamakan continuous improvement process.  

Kita tidak bisa memungkiri bahwa setiap tujuan pasti ada penghalangnya, kita perlu terus belajar untuk menjadi ahli dibidang kita masing masing dan tentu kita juga tetap berpegang pada aturan yang membatasi supaya selalu pada rel yang telah kita tentukan tujuannya. Apabila kita telah mampu merasakan bahagia saat melaksanakan tugas kita sebagai pendidik itulah kita telah menemukan surga yang didahulukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun