Memasuki awal pendakian via Sawit, harus melewati anak tangga yang cukup panjang. Di sisi kanan dan kiri, disuguhkan pemandangan perkebunan.
Di jalur via Sawit terdapat percabangan jalur, yaitu Sawit jalur baru dan Sawit jalur lama. Untuk jalur lama, akan melewati pos 1, 2, dan mata air. Kali ini, saya memilih via sawit baru.
Terdapat kesalahan memilih waktu tanggal mendaki, saat itu terdapat curah hujan yang tinggi di Jawa Tengah. Pendakian terpaksa dimulai dengan mengenakan jas hujan, ketika sampai di Pos 1 Kemuning pada pukul sembilan pagi, jas hujan baru dapat dilepaskan, tetapi kabut belum menghilang.
Tiba di Pos 2 Dewa Ndaru lima belas menit kemudian dan di Pos 3 Watu Wayang pada pukul sembilan lebih empat puluh lima menit.
Kabut sesekali menipis dan hilang, ketika kabut sedang menghilang terlihat hamparan sawah yang sangat luas. Namun, hal ini tidak bertahan lama karena kabut lebih sering menebal apalagi semakin mendekati puncak.
Jarak pandang menjadi lebih pendek dan harus menambah ketelitian dalam melangkah. Jalur yang dilalui juga licin karena basah bekas hujan tadi. Beberapa kali ditemui orang yang terburu-buru lalu jatuh terpeleset.
Tiba di puncak tertinggi Gunung Andong pukul sepuluh lebih lima belas, tanpa melalui Puncak Makam. Kabut masih cukup tebal, pemandangan tidak terlihat sama sekali. Saya tidak berhenti lama di sini, hanya makan makanan ringan dan berfoto, setelah itu melanjutkan ke Puncak Alap-alap.
Ketika tiba di Puncak Alap-alap diketinggian 1.692 mdpl, hujan kembali turun deras. Saya meneduh di warung yang ada di sana sembari membeli gorengan dan memakan perbekalan yang dibawa. Cukup lama hujan tersebut, lalu ketika belum sepenuhnya reda, saya dan teman-teman memutuskan turun karena risau jika sampai ke kota asal terlalu larut.
Tidak melewati jalur yang sama karena memilih mengikuti rombongan yang lain yang turun melalui Gogik. Menimang dari hujan deras yang baru saja turun sehingga jalur pendakian pasti sangat licin sehingga lebih baik bergabung dengan rombongan yang lain.
Turun dari gunung, hanya berhenti sekali untuk istirahat. Walau menggunakan jas hujan, baju dan sepatu sudah sepenuhnya kotor akibat beberapa kali terjatuh karena licinnya jalur. Ketika sudah hampir sampai, hujan kembali turun deras ditambah dengan angin. Namun, hal itu malah membuat sepatu dan celana kami menjadi bersih kembali.