rewang dalam perspektif psikologi indigenous: sebuah kajian tentang solidaritas sosial dan kearifan lokal
Rewang merupakan tradisi gotong royong atau kerja bakti yang sering ditemui dalam berbagai komunitas adat di Indonesia, terutama di pedesaan. Kegiatan ini melibatkan masyarakat yang saling bekerja sama tanpa imbalan uang, namun dengan tujuan untuk membantu satu sama lain dalam menjalankan suatu kegiatan, seperti pernikahan, khitanan, atau acara adat lainnya. Dalam konteks psikologi, rewang dapat dianalisis melalui perspektif psikologi indigenous, yang menekankan pentingnya nilai-nilai sosial, kearifan lokal, dan hubungan antar individu dalam masyarakat tradisional.
1. Psikologi Indigenous dan Konteks Sosial Budaya
Psikologi indigenous merujuk pada pendekatan psikologi yang memperhatikan nilai-nilai, norma, dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat lokal. Pendekatan ini menekankan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya, terutama dalam konteks budaya dan sosial yang khas. Dalam hal ini, rewang bisa dipandang sebagai praktik sosial yang mencerminkan hubungan interpersonal yang kuat dan berlandaskan pada kearifan lokal, di mana solidaritas dan kebersamaan menjadi landasan utama.
2. Solidaritas Sosial dan Kepedulian dalam Tradisi Rewang
Dalam perspektif psikologi, solidaritas sosial adalah konsep yang menunjukkan bagaimana individu berperan dalam menjaga kesejahteraan bersama dalam masyarakat. Rewang, sebagai salah satu manifestasi solidaritas sosial, mengajarkan nilai pentingnya saling membantu tanpa pamrih. Kegiatan ini memperkuat hubungan antar individu, yang tidak hanya membantu dalam bentuk fisik, tetapi juga mempererat ikatan emosional dan memperkokoh rasa persatuan.
Menurut teori psikologi sosial, dukungan sosial yang diberikan dalam bentuk bantuan praktis dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis, mengurangi stres, dan memperbaiki kualitas hidup individu. Dalam hal ini, rewang tidak hanya berfungsi sebagai aktivitas sosial, tetapi juga sebagai mekanisme untuk menjaga kesehatan mental dalam komunitas.
3. Kearifan Lokal dan Identitas Komunitas
Rewang juga mencerminkan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat adat. Dalam psikologi indigenous, kearifan lokal merupakan salah satu aspek yang sangat dihargai karena ia tidak hanya berhubungan dengan cara-cara hidup tradisional, tetapi juga dengan cara pandang masyarakat terhadap kehidupan. Rewang, dalam hal ini, menjadi media untuk menjaga identitas komunitas serta melestarikan tradisi dan nilai-nilai yang ada.
Dalam masyarakat yang menerapkan rewang, adanya rasa keterikatan dengan komunitas dapat memberikan rasa aman dan diterima. Hal ini dapat dilihat dalam perspektif psikologi hubungan, di mana rasa diterima dalam kelompok atau komunitas menjadi kebutuhan psikologis dasar bagi setiap individu. Melalui rewang, individu tidak hanya bekerja bersama, tetapi juga merasakan kebermaknaan dalam hidup mereka melalui kontribusi terhadap kesejahteraan bersama.
4. Peran Keluarga dan Pembelajaran Sosial dalam Rewang
Rewang sering kali melibatkan partisipasi keluarga dalam setiap kegiatan, di mana nilai-nilai kebersamaan diajarkan sejak dini. Dalam psikologi perkembangan, keluarga memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai sosial anak-anak. Melalui aktivitas rewang, anak-anak belajar tentang pentingnya bekerja sama, saling menghargai, dan menolong sesama. Selain itu, mereka juga belajar tentang penghargaan terhadap tradisi dan cara-cara hidup yang lebih kolektif, yang berbeda dengan orientasi individualis yang kerap ditemui dalam masyarakat modern.
5. Psikologi Komunitas dan Kesehatan Mental
Dari perspektif psikologi komunitas, kegiatan seperti rewang memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental anggota komunitas. Interaksi sosial yang terjadi selama kegiatan ini menciptakan rasa kebersamaan yang mendalam, yang pada gilirannya dapat menurunkan perasaan kesepian dan meningkatkan rasa kesejahteraan. Selain itu, terlibat dalam kegiatan sosial seperti rewang juga membantu mengurangi stres, kecemasan, dan meningkatkan perasaan kontrol terhadap lingkungan sekitar. Kegiatan gotong royong dalam rewang juga memberi rasa penting pada individu bahwa mereka adalah bagian dari suatu sistem yang lebih besar. Hal ini memperkuat rasa kebermaknaan hidup dan meningkatkan harga diri, karena individu merasa dihargai dan dibutuhkan dalam komunitas.
6. Tantangan dalam Konteks Modernisasi
Meskipun rewang masih dilaksanakan di banyak daerah, globalisasi dan modernisasi telah memengaruhi pola-pola kehidupan tradisional ini. Masyarakat yang semakin individualistis dan sibuk dengan kehidupan pribadi seringkali mengurangi partisipasi dalam kegiatan kolektif seperti rewang. Dari perspektif psikologi, hal ini dapat memengaruhi kualitas hubungan sosial dalam masyarakat dan memperburuk rasa keterasingan atau depresi, yang bisa terjadi ketika individu merasa terisolasi atau tidak terhubung dengan komunitas.
Kesimpulan
Rewang adalah contoh nyata dari praktek sosial yang mendalam dalam tradisi psikologi indigenous, yang menekankan pada pentingnya solidaritas sosial, kearifan lokal, dan hubungan antar individu dalam membentuk kesejahteraan psikologis komunitas. Melalui rewang, individu tidak hanya belajar tentang nilai-nilai kebersamaan, tetapi juga merasakan manfaat psikologis dari partisipasi dalam kegiatan sosial yang mempererat hubungan antar anggota komunitas. Dalam menghadapi tantangan modernisasi, penting bagi masyarakat untuk menjaga tradisi ini sebagai bagian dari warisan kultural yang memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan mental dan sosial mereka.
Dengan demikian, rewang bukan sekadar sebuah tradisi, tetapi juga sarana yang vital dalam menjaga kesehatan mental dan sosial dalam masyarakat yang penuh dengan nilai-nilai kebersamaan dan saling peduli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H