Mohon tunggu...
Edi Tempos
Edi Tempos Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya lahir di sumatera selatan, pernah tinggal di jambi. Lalu sekarang berada di jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Menghitung Ulang, Uang Logam Tjiptadinata Effendi

4 Oktober 2016   21:00 Diperbarui: 4 Oktober 2016   21:20 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resep kaya secara instan, kembali ditontonkan. Tulisan ini bukan untuk menambah ruwetnya Marwah Daud Ibrahim, seorang intlektual yang katanya lulusan s3 Amerika, yang dijadikan ketua yayasan berhubungan dengan Taat Pribadi konon sudah mengkadali banyak orang, dengan jurus menggandakan uang, dan pada akhirnya harus menghadapi tuduhan otak perencana pembunuhan dari jaringannya sendiri.

Tulisan ini lebih untuk menanggapi tulisan pak Tjiptadinata Effendi, dengan judul "Mau Gandakan Uang Hingga 100 Kali Lipat Tanpa Tipu Tipuan? Ini Caranya" Konon dalam kebetulannya pak Tjiptadinata menyimpan uang logam nominal Rp.100, bertajuk tahun 1973 dan bergambar rumah gadang. Kebetulan logam jenis ini saya pernah juga mencarinya, ketika itu musim "batu cincin". Uang logam nominal Rp.100 tahun 1973 ini, diyakini mengandung logam perak,-kalau dilebur dan dijadikan gagang cincin menjadi menarik. 

Karena memiliki nilai tambah untuk membuat gagang cincin, juga untuk kelekksi,-uang seratus ini  memiliki nilai ekonomis. Harganya menurut pak Tjipta berkisar sepuluh ribu sampai lima belas ribu rupiah/keping. Kalau mengikuti matematikanya Pak Tjipta, nilainya naik sampai 100 kali lipat atau 150 kali lipat bahkan.

Saya jadi teringat dengan matematikanya nenek saya. Terutama untuk membeli atau menjual sesuatu aset.Kalau kita anggap logam pak Tjipta ini adalaj aset, ditahun 1975an harga emas pergram sekitar Rp.3,000.00 Atau setara dengan 30 keping logam nominal rp.100. Selanjutnya pada 2016 ini, harga emas pasaran berkisar Rp.550,000/gram. 

Seandainya logam nominal seratus rupiah ini bernilai sepuluh ribu rupiah, maka pak Tjipta perlu melepas 55 keping logam untuk menukarkan dengan 1gram emas. 

Jadi kalau menggunakan matematika nenek saya, simpanan pak Tjipta ini tidak naik, justru turun, Pada tahun 1975 kalau pak Tjipta menggunakan logamnya untuk membeli emas, 2000 logamnya pak Tjipta,- bisa membeli 600 gram emas. Kini kalau pak Tjipta melego logamnya dengan harga sepuluh ribu rupiah/keping tidak cukup untuk membeli 400 gram emas.

Apakah jurus pak Tjipta yang menyimpan uang logamnya selama 40 tahun naik 100 kali lipat ?

Kalau menurut matematika nenek saya justru turun.

Ah, mungkin kalkulator nenek saya tidak sama dengan kalkulatornya pak Tjipta. Semoga tulisan ini tidak menambah ruwet Anya Geraldine atau mungkin juga Kim Kardashian  yang sedang galau minggu-minggu ini

Benar ngak pak Tjipta ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun