"Es jeruk kandungan utamanya air, teh manis juga air, dan yang engkau minum sekarang juga air. Untuk menjadi es jeruk engkau harus bersabar menyiapkan jeruk, es dan gula. Sedangkan teh manis, engkau harus mengolah air, teh dan gula. Begitu pula dengan air yang sekarang engkau minum, sebelumnya  harus menanaknya dan menuangkannya ke dalam gelas agar dapat diminum. Semuanya engkau minum di rumahku tanpa bosan, karena disajikan dengan berbeda tiap harinya dan disiapkan dengan baik oleh istriku."
"Maksudnya apa?" Dinu memotong.
"Rasa bosanmu, karena engkau tidak sabar untuk mengambil hikmah dari setiap gerak hidupmu. Padahal Allah menganugerahkan nikmat yang berbeda setiap waktu dan melayanimu dengan baik setiap saat, gratis!"
Dinu terdiam, jawaban yang membuatnya malu karena ia tidak mampu melihat air dalam es jeruk. Melihat kasih sayang Allah dalam hidupnya. Melihat cinta Tuhan, yang menganugerahkan bermacam-macam kesenangan yang berbeda setiap saat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H