Mohon tunggu...
Christida Wastika
Christida Wastika Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Senantiasa berusaha mencari keunikan di anatara yang biasa dan berusaha menuliskannya dalam rangkaian kata-kata yang terbaca :D

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kampungku yang Kucinta

28 Oktober 2013   13:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:56 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kampungku yang kucinta, pujaan hatiku.." (Handai taulanku berada di luar kota..)

Peringatan hari kemerdekaan Indonesia sudah beberapa bulan berlalu tapi tekad dan semangatnya tetap menyala. Siapapun (orang Indonesia lho ya) pasti menantikan tanggal 17 Agustus. Kenapa? Karena itu tanggal merah dan semuanya libur (kecuali yang dapat bagian shift). Setiap orang punya cara dan upaya untuk mengisi waktu-waktu di sekitar tanggal merah itu. Misalnya saja acara jalan sehat yang digelar di kampung saya.

Peserta Jalan Sehat Tujuh Belasan Mulai dari ibu-ibu dasawisma yang sangat bersemangat jalan sambil ngobrol, tanya udah capek atau belum atau sekedar "mengejek" yang lebih muda,"Mosok wis kesel?" (Masa udah capek?). Rutenya cukup jauh dari lapangan kampung memutari kompleks kampung trus ke barat menuju kampung tetangga yang penuh sawah dan melewati beberapa kuburan, sekolah TK, masjid dan banyak papan pengumuman. Jalan yang dilalui dominan sudah beraspal, sebagian paving (konblok) dan sebagian kecil jalan setapak. Saat melalui area persawahan jalannya juga sudah mudah dilalui kendaraan mulai dari sepeda sampai mobil jenis pick-up.

Jalan di area sawah kampung tetangga Jalan sehat terus berlanjut. Jalanan kampung masih sepi tapi ada pula yang sudah berhura-hura seperti kampungku.
Tujuh belasan di kampung tetangga Perjalanan terus berlanjut dari anak-anak masih mau jalan digandeng ibunya sampai akhirnya memohon minta digendong. Cukup jauh? Egag juga sih sebenarnya, cuma karena gag pernah jalan jauh akhirnya menggeh-menggeh juga. Setelah kelelahan semua kembali lagi ke tempat start, yaitu lapangan kampung.
Lapangan Kampungku
Sekalian promosi warung tetangga belakang rumah :) Awalnya lapangan kampung berada di sebelah selatan lapangan yang sekarang. Karena yang punya tanah membangun bangunan di tanah tersebut dan lapangan lain yang terletak di sebelah timurnya menjadi 3 rumah jadilah lapangan berada di tempat yang sekarang. Sewaktu tidak ada lapangan yang bisa digunakan lomba tujuh belasan diadakan di jalan masuk kampung, lebih tepatnya di jalan sebelah selatannya masjid. Yap, itulah jalan sehat dan secuplik profil kampungku. Masih penasaran? dateng aja ke rumahku :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun