Mohon tunggu...
Estri Priabietyam
Estri Priabietyam Mohon Tunggu... -

Move to alive UIN Sunan Kalijaga/Ilmu komunikasi/2015

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lincah Tegasnya Pemuda Tak Tampak Lho

3 September 2015   23:39 Diperbarui: 4 September 2015   07:10 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

“Laeela..Laeela..Laee..”. Asingkah kata itu di telinga Anda?. Banyak dari kalangan remaja yang tidak senang untuk menarikan tarian yang bersyair tersebut, salah satu alasannya ialah monoton. Justru para remaja menyukai tari-tarian yang mengharuskan tubuh untuk meliuk-liuk, wild and free. Banyak hal penting yang tersirat dalam gerakan tarian ini.

Tari yang berasal dari Aceh ini tidak semudah membalik telapak tangan, karena membutuhkan kekompakan yang ekstra, satu orang salah maka akan seterusnya salah, dan itu sangat jelas terlihat. Tari Saman dikembangkan oleh Syekh Saman yang berasal dari suku Gayo di Aceh Tenggara. Gerakannya pun sebenarnya begitu sederhana dan lincah, hanya saja kita harus memegang satu kunci, yaitu kekompakkan. Peran kekompakkan sangat dijunjung di sini. Betapa malunya jika sedang tampil di hadapan para tamu terhormat dan melakukan banyak kesalahan. Tari Saman ditarikan dengan duduk bersimpuh dan setiap penari duduk secara bersebelahan tanpa jarak, hal itu akan mempermudah berlangsungnya tarian, namun ada beberapa gerakan yang tidak harus duduk merapat. Tidak hanya duduk, ada pula setengah berdiri, gerakan itu dilakukan ketika menarikan gerakan ombak. Tari Saman banyak memerankan gerakan tepuk tangan. Syair lagunya menggunakan bahasa Gayo dan bahasa Arab yang diselingi lafaz Allah, bahkan pujian-pujian Ketuhanan. Gerakannya dinamika, bertempo dari lambat ke cepat. Penarinya berjumlah puluhan bahkan ratusan (untuk acara-acara tertentu yang dikhususkan), dahulu penarinya adalah laki-laki namun pada era kini sudah banyak kaum hawa yang menarikannya, dan dua atau lebih penyanyi, serta penabuh hadrah. Tari Saman memiliki ciri khas dengan pakaian yang warna-warni, biasanya warna merah dan hijau. Penari memakai celana hitam dan sarung yang disulam, serta hiasan kepala.

Tari Saman menurut mereka.....

Seorang mahasiswi berpendapat bahwa, "tari Saman itu tarian yang membutuhkan konsentrasi penuh dan kekompakan yang luar biasa. Sulit sih sulit, tapi indah dipandang".

Adapula pendapat kedua  adalah, "Tari kekompakkan yang ditarikan ramai-ramai dan memiliki makna religius di dalamnya, syairnya pun mengandung pujian-pujian".

Pendapat ketiga, "Tari ini berstruktur dan sulit. Tarian ini unik, bagus dan memiliki ciri khas. Temponya pun kadang berubah-ubah. Tingkat kekompakan menjadi nomor satu, karena jika ada yang tidak kompak satu orang pun akan terlihat sekali. Intinya orang akan dapat mengenal tari Saman dengan mudah hanya dengan melihat sekilas saja".

Pendapat-pendapat itu terlontar dari para mahasiswa, dari pemuda, dari pemudi. Mengapa harus mereka? Karena saya ingin tahu, "Apa sih Tari Saman di mata mereka".

Seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya, bahwa menari Saman itu membutuhkan kekompakan dengan gerakkan tegas. Di waktu MA saya dan teman-teman sering diminta untuk menampilkan tarian ini di acara-acara tertentu, bully dimana-mana, mereka adalah orang yang iri dengan keberhasilan yang kami rintis sejak nol. Biasanya kami diminta tampil pada acara ulang tahun MAN Negara, MTQ di gedung Istanbul (Jembrana, Negara, Bali), buka puasa bersama, acara kelulusan di sekolah, dan yang membuat kami begitu bangga adalah dipercaya untuk tampil sebagai pembukaan pada Silaturahmi Delegasi Bas Belia Mabims Brunei Darussalam, Singapura, Indonesia, Malaysia pada tanggal 26 Oktober 2014 di  gedung serba guna MAN Negara. Suatu hal terhormat bisa mengenalkan tarian ini kepada Negara tetangga.

Bagaimana? Tidakkah Anda tertarik dengan tarian ini?

Pada zaman kini, tidak banyak yang berminat untuk melestarikan budaya bangsa, karena pengaruh globalisasi membuat para penikmat terlena, semisal mereka lebih senang dengan budaya bangsa lain. Baik tidak ada salahnya untuk menyukai hal-hal tersebut, tapi tidak sadarkah bahwa sedikit demi sedikit budaya darah sendiri lengser?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun