Aku tengah duduk di antara pagar tanaman yang mengelilingi taman buatan di sebuah mall.
Melihat sepasang muda mudi yang tengah bercengkrama, entah sedang membicarakan apa.
Mereka terlihat bahagia, gugup dan tersipu.
Perlahan-lahan mereka berjalan mendekatiku, samar-samar kulihat wajah yang tidak asing bagiku.
"Maaf, aku belum bisa membuatmu bahagia. Semoga kamu mau menerimaku apa adanya."
"Bukan masalah, selagi kita masih berusaha mau mencoba untuk membahagiakan satu sama lain, itu bukan masalah buatku."
Terhenyak aku dibuatnya, setelah berhasil ditampar kembali ke bumi oleh realita.
Sepasang muda mudi yang kulihat barusan, adalah gambaran diriku dan kamu pada masa itu.
Di mana aku masih sedikit banyak percaya bahwa kamu dan aku akan sama-sama berusaha untuk membuat satu sama lain bahagia.
Mungkin aku yang terlalu tergesa-gesa atau kamu yang tidak mencoba berusaha, karena aku selalu berkata 'itu bukan masalah'.
Dan pada suatu waktu, ada hal yang menjadi masalah bagiku, kuutarakan dengan harapan kamu mau sedikit saja mencoba berusaha.
Salahku memang, mengapa pula sejak awal kuletakkan harapan itu di tanganmu.
Ah,
Seandainya kamu mau sedikit saja mencoba berusaha,
Seandainya saja aku tidak cepat lelah,
Mungkin kita akan berhasil dan tidak akan berpisah.
Namun semesta selalu bekerja dengan cara yang tak bisa aku duga,
Aku tidak pernah menyangka akan kelelahan selagi menunggumu berusaha.
Pada akhirnya, walaupun aku yang memilih untuk pergi karena merasa sia-sia,
Terkungkung dalam keadaan menyedihkan yang entah sudah berapa lama.
Tapi malam ini, aku telah sampai pada titik di mana aku mempertanyakan banyak hal.
Salah satu yang muncul dalam benakku, adalah pertanyaan,
"Untuk apa aku larut dalam keadaan yang menyedihkan ini?
Toh, aku telah pergi, dan kamu pun takkan datang lagi."
Malam ini, aku telah sampai pada sebuah titik penyadaran tentang realitas, bahwa terus larut dalam keadaan yang menyedihkan tidak akan mengubahnya jadi keadaan yang membahagiakan.
Malam ini, aku telah memutuskan bahwa aku akan mencoba untuk keluar dari arus keadaan yang menyedihkan ini.
Meski tanpa hadirmu terasa sepi,
Aku akan tetap menikmati kesendirian ini.
Aku akan istirahat sejenak,
Aku akan menepi.
Terima kasih untuk selama ini, maaf aku pergi.
Jakarta, 3 Januari 2019, 20.37 WIB
Esti.