4. Extraversion personality
Individu yang exstravet memiliki kecenderungan membuat sensasi. Â Tipe ini memiliki lingkup pertemanan dan jaringan sosial yang lebih besar. Hal ini secara teknis dapat meningkatkan penggunaan smartphone pada individu yang ekstravet.
5. Neuroticism personality
Neurotisme tinggi ditandai dengan kecemasan, kekhawatiran, kemurungan, dan depresi. Pemilik kepribadian ini cukup emosional, mereka akan bereaksi kuat terhadap banyak rangsangan, dan merasa sulit untuk bersantai setelah mengalami pengalaman emosional. Individu dengan tipe ini akan cemas ketika tidak dapat menghubungi orang lain dan ketika tidak dapat menerima akses informasi melalui smartphone miliknya. (Indah Permata Sari, 2020:24)
Bagaimana dampak dari Nomophobia?
Berdasarkan Jurnal Penelitian dan Pengembangan PAUD dalam Riski Istiqowati, ketika anak sudah menggunakan gadget secara berlebihan, maka dalam segi perkembangan psikologisnya akan banyak terganggu, seperti:
- Perkembangan fisik-motorik yang seharusnya anak berkembang aktif dan kreatif namun karena lebih asyik bermain dengan gadget-nya perkembangan fisik-motorik terhambat, anak menjadi malas dan lambat bergerak.
- Perkembangan kognitif, anak menjadi kurang peka terhadap lingkungan karena sibuk dengan gadget.
- Perkembangan sosio-emosional, anak cenderung memilih diam dirumah atau bahkan hanya ditempat tidurnya sambil bermain gadget-nya. Yang seharusnya anak bermain dengan teman sebayanya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
- Perkembangan bahasa, karena anak hanya berinteraksi dengan gadget, anak menjadi tidak terbiasa berbicara dengan orang disekitarnya ataupun orang yang baru dikenalnya. (Rizki Istiqowati, 2020: 21)
Selain berdampak pada psikologis anak, nomophobia juga dapat menyebabkan menurunnya fungsi organ, seperti mata. Layar smartphone memancarkan sinar yang berbahaya bagi mata. Jika mata terus menerus terpapar sinar biru dapat menyebabkan sel retina pada mata rusak. Mata akan mudah lelah, terasa perih dan kualitas penglihatan terasa berkurang atau memudar. Mata yang tegang dapat memunculkan rasa gatal dan panas. Menghabiskan waktu dengan bermain smartphone juga memicu masalah pada tulang leher, yaitu rasa sakit karena terlalu lama menatap layar smartphone. Tidak jarang, anak-anak menghabiskan banyak waktu tanpa melakukan gerakan sedikitpun saat sedang asik bermain smartphone.
Bagaimana Teori Perkembangan Sigmund Freud?
Sigmund Freud dalam teori psikoanalisisnya menyebut elemen dari sifat manusia terdiri dari id, ego, dan superego. Ketiga elemen ini berpadu membentuk karakter seseorang. Freud menjelaskan bahwa pada dasarnya ketika manusia lahir, ia telah memiliki salah satu komponen kepribadian yaitu id. Menurut Freud, id adalah sumber dari libido dan insting dan menjadi sumber energy dari kedua komponen yang lain. Ini adalah bagian yang sangat berorientasi pada diri individu dan hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan yang memuaskan diri individu. Tindakan yang diambil oleh id diorganisasi seputar hasil tindakan yang bersifat memuaskan. Oleh karena itu, bagian ini diregulasi oleh pleasureprinciples. Dalam penjelasannya, Freud menyatakan bahwa Id tidak mengenal telah atau belum tercapainya gratifikasi tersebut, benar atau salahnya, dan tidak ada komponen waktu seperti sudah terjadi pada masa lalu, sekarang, atau pada masa yang akan datang. Seperti pada bayi, dorongan id hanya muncul dan membutuhkan gratifikasi. Karena tidak ada konsep realitas dalam id, Freud menyebutnya primary process thinking. Munculnya dorongan disebut sebagai terciptanya sebuah ketegangan yang mendorong untuk bertingkah laku dalam rangka mengurangi ketegangan tersebut.
Ego adalah elemen dari kepribadian yang membantu individu untuk mengecek realitas diluar dirinya dalam hubungannya dengan dorongan yang dialaminya. Kalau ia merasa lapar, apakah ada makanan untuk dimakan? Jika ada, apakah ia bebas untuk mengambilnya atau harus menahan lapar dahulu hingga diizinkan untuk mengambil makanan itu? Untuk memutuskan, seorang individu yang makin dewasa akan menggunakan pertimbangan rasional, memori, persepsi, dan rekognisinya untuk memuaskan dorongan dan menurunkan ketegangan yang terjadi. Dengan demikian, ego merupakan mekanisme control terhadap impuls yang berasal dari Id. Ego menjembatani antara kecenderungan berperilaku dengan realitas yang ada dalam konteks perilaku tersebut.
Superego adalah komponen ketiga yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk dapat hidup beradab. Komponen ini lebih bersifat tidak disadari dan kita peroleh sejak masa kanak-kanak. Ini adalah mekanisme control terhadap impuls Id yang kedua yang didasarkan atas keyakinan kita tentang yang baik dan yang buruk, yang benar dan salah. Komponen ini sering disebut sebagai moralitas internal, kata atau suara hati, yang telah dipelajari oleh anak-anak sejak bayi hingga usia 5-6 tahun. (Irwanto, 2018: 193-194)