Pola asuh orang tua merupakan penerapan kebiasaan orang tua dalam memerlakukan anak dan bagaimana orang tua menjalin hubungan dengan anaknya. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Anak yang lahir sulung atau anak pertama cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan dengan adik-adiknya.
Anak tengah sering menjadi mediator dan pecinta damai. Anak bungsu cenderung paling kreatif dan biasanya menarik. Anak tunggal atau si anak semata wayang biasanya sering merasi terbebani dengan harapan yang tinggi dari orangtua mereka terhadap diri mereka sendiri.
Intelegensi mempengaruhi penyesuain diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intelegensinya semakin baik penyesuain dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).
Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat di dalamnya kemampuan-kemampuan yang spesifik. Adapun kemampuan-kemampuan spesifik ini memberikan pada setiap individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya suatu pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Adapun ciri-ciri intelegensi yaitu      :
- Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung).
- Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap diri dan pemecahan masalah yang timbul dari padanya.
Setiap individu memiliki kemampuan, minat, dan bakat yang dapat dikelompokkan guna menunjang efektifitas pendidikan. Setiap individu juga memiliki tingkat kemampuan intelektual dan kognitif yang dapat dikelompokkan terutama bidang pengetahuan sehingga proses pendidikan dapat lebih efisien.
Perbedaan-perbedaan antara satu dengan yang lainnya juga kesamaan-kesamaan diantara siswa merupakan cirri-ciri dari semua pelajaran pada satu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan tekhnik-tekhnik pendidikan ditetapkan, hendaknya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Adapun perbedaan tersebut seperti:
- Perbedaan Kognitif, kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap siswa memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Yang artinya ia menguasai segala sesuatu yang di ketahui, dalam arti dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya.
- Perbedaan Kecakapan Berbahasa, bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap siswa dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa sangat di pengaruhi oleh factor kecerdasan dan factor lingkungan serta factor fisik.
- Perbedaan Kecakapan Motorik, kecakapan motorik atau kemampuan psikologi motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
- Perbedaan Latar Belakang, perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi untuk menguasai bahan.
- Perbedaan Bakat, bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat, sebaliknya bakat tidak berkembang sama, maka lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
- Perbedaan Kesiapan Belajar, individu pada umur yang tidak sama tidak selalu berada pada tingkat persiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.
- Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender, istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama. Jenis kelamin merujuk kepada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan, sementara gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan berupa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibangun secara social budaya. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut yang lain yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. Hubungan gender dengan prestasi di kelas banyak menarik minat peneliti. Menurut Gallagher (2001), meskipun laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam perkembangan fisik, emosional, dan intelektual, namun sebenarnya tidak ada bukti yang berhubungan dengan hal tersebut.
- Perbedaan Kepribadian, kepribadian adalah pola perilaku dan cara berfikir yang khas yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.
Menurut Prasetyo dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa, factor-faktor yang mempengaruhi sikap social adalah sebagai berikut:
Factor indogen
Adalah factor yang mempengaruhi sikap social individu yang datang dari dalam dirinya sendiri. Factor pada diri individu itu sendiri seperti factor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati. Dalam hal ini dibedakan menjadi tiga factor yaitu :
- Factor Sugesti
- Sugesti adalah proses seorang individu didalam berusaha menerima tingkah laku maupun perilaku orang lain tanpa adanya kritikan terlebih dahulu. Dapat dikatakan sugesti dapat mempengaruhi sikap social seseorang sedangkan individu yang tidak mau menerima keadaan orang lain, seperti tidak merasakan penderitaan orang lain, tidak bisa bekerja sama dengan orang lain dan sebagainya.
- Factor Identifikasi
- Identifikasi dilakukan kepada orang lain yang dianggapnya ideal atau sesuai dengan dirinya. Individu yang mengidentifikasi dirinya seperti orang lain akan mempengaruhi perkembangan sikap social seseorang, seperti cepat merasakan keadaan atau permasalahan orang lain yang mengalami suatu problema. Menurut Sarwono dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial (1997: 88), "anak yang menganggap keadaan diriy seperti persoalan orang lain ataupun keadaan orang lain seperti keadaan dirinya akan menunjukan perilaku sikap social yang positif, mereka lebih mudah merasakan keadaan orang sekitarnya, sedangkan anak yang tidak mau mengidentifikasikan dirinya lebih cenderung menarik diri dalam bergaul sehingga lebih sulit untuk merasakan keadaan orang lain".
- Factor Imitasi
- Imitasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik. Sikap seseorang yang berusaha meniru bagaimana orang yang measakan keadaan orang lain maka ia berusaha meniru bagaimana orang yang merasakan sakit, sedih, gembira, dan sebagainya. Hal ini penting didalam membentuk rasa kepedulian social seseorang.
Factor Eksogen