CEO Twitter, Jack Dorsey, pun angkat bicara menanggapi perkataan Zuckerberg.
 "Kami akan terus menunjukkan informasi yang salah atau sengketa tentang pemilihan umum secara global. Dan kami akan mengakui bila ternyata ada kesalahan yang kami buat."
Dorsey menampik bahwa upaya pemeriksaan fakta menjadikan media sosial selayaknya wasit kebenaran, seperti yang dituding Zuckerberg.
"Niat kami adalah untuk menghubungkan titik-titik pernyataan yang bertentangan dan menunjukkan informasi dalam perselisihan sehingga orang dapat menilai sendiri. Lebih banyak transparansi dari kami sangat penting sehingga orang dapat dengan jelas melihat alasan di balik tindakan kami." Jelasnya
Sebelumnya di hari Selasa (26/5), Twitter menempelkan pemberitahuan cek fakta pada salah satu tweet Presiden Trump untuk pertama kalinya.Â
Saat itu Presiden Trump menulis tentang klaim bahwa surat suara melalui e-mail akan meningkatkan risiko penipuan dan kecurangan pemilihan.Â
Hasil cek fakta Twitter memperingatkan pengguna bahwa terlepas dari klaim presiden tersebut, "tidak ada bukti" bahwa pemberian suara melalui e-mail akan meningkatkan risiko penipuan dan bahwa para ahli mengatakan surat suara sangat jarang dikaitkan dengan kecurangan pemilu.
Tentu saja, hasil pemeriksaan fakta itu bukanlah pendapat pribadi dari orang-orang yang bekerja di Twitter. itu adalah  hasil cek dan riset dengan data, penelitian, serta pendapat para ahli.Â
Maka pernyataan Zuckerberg tentang wasit kebenaran sangat tidak beralasan. Itu lebih terdengar seperti koar-koar seorang kapitalis yang tidak ingin merugi.
---