Entah kenapa saya sering salah menyebutkan sempit dan sumpit. Dua kata itu tentu sangat berbeda. Yang satu adalah kata sifat, yang satunya lagi adalah kata benda.
Kata sempit adalah lawan dari kata luas atau lebar. Digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan terbatasnya ruang. layaknya antara satu tembok pembatas dengan tembok pembatas lainnya punya jarak yang sedikit. Terlalu sempitnya ruang, bisa menyebabkan apapun yang berada di antara ruang itu menjadi terjepit.Â
Sedangkan kata sumpit menjelaskan jenis alat bantu makan yang cara operasinya adalah dengan cara menjepit makanan.Â
Karena sama-sama membuat terjepit, mungkin saja kelahiran kedua kosakata itu punya korelasi. Mungkin loh ya...
Kaitannya dengan artikel ini adalah, bahwa hampir dua bulan ini, saya merasa memiliki ruang gerak yang sempit.Â
Komitmen untuk mendukung himbauan pemerintah untuk stay di rumah saja selama pandemi, terasa fine fine saja di awal. Tetapi setelah hampir dua bulan, rasa terjepit itu mulai muncul.
Rasa ini semakin menguat di sesi olahraga saya sore ini. Setelah berminggu-minggu vakum latihan yoga bareng dengan teman-teman se-klub, dan hanya bisa stretching beberapa pose seadanya di rumah. Klub latihan yoga saya, akhirnya membuka sesi latihan online lewat Zoom Meeting.
Sebelum sesi dimulai, sambil menunggu anggota klub lainnya bergabung, instruktur meminta saya untuk mencari tempat yang pas agar matras bisa terlihat di layar Zoom. Saya menggeser-geser matras hingga mentok namun tak bisa sepenuhnya tampak di layar.
"Sempit Mbak" kata saya ke instruktur.
Beliau akhirnya mengalah dan memulai sesi itu. Namun gurat wajahnya dari layar Zoom tampak sedikit tidak puas karena tak bisa leluasa melihat gerakan saya, sehingga tak bisa mengoreksi bila nantinya ada kesalahan pose.
Begitulah kalau olahraga di ruang apartemen yang memang terbatas. Sudah bisa membentangkan  matras yoga saja sudah sangat bersyukur. Padahal di kondisi normal, saya selalu melakukan yoga di tempat latihan yang luas.
Kondisi pandemi ini memang seperti sumpit yang menjepit semua orang. Kita seperti ada di sebuah mangkok raksasa yang dibatasi oleh batang-batang sumpit itu. Kesempitan ruang-ruang pencaharian hidup, ruang-ruang interaksi sosial langsung, ruang-ruang hiburan dan eksplorasi diri.
Tapi sesempit apapun kondisinya, tetaplah melakukan hal-hal bermakna dan merawat diri dengan segala kesederhanaan yang kita miliki.Â
Dalam pengalaman saya hari ini, melakukan gerakan yoga dengan maksimal adalah salah satu cara merawat diri itu.
Di Ramadan, kesempitan itu tak perlu lah dipersoalkan. Lagipula, kesempitan ruang beryoga tak ada apa-apanya dibanding mereka yang tidak punya ruang sama sekali untuk bermukim.
Tuhan, angkatlah kesempitan dari orang-orang, dan bukalah lebar-lebar jalan penghidupan bagi mereka yang merasakan sulitnya kesempitan itu.
--
Catatan 17 Ramadan 1441H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H