Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Gaya hidup dan humaniora dalam satu ruang: bahas buku, literasi, neurosains, pelatihan kognitif, parenting, plus serunya worklife sebagai pekerja media di TVRI Maluku!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid Jingjue Kota Nanjing, Destinasi Wisata Religi Islam di Tiongkok

1 Mei 2020   00:39 Diperbarui: 1 Mei 2020   00:38 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan sajadah di tempat sholat jamaah perempuan. (Sumber: travel.detik.com)

Mendengar kata masjid, kita sontak akan membayangkan sebuah bangunan ibadah umat muslim yang identik dengan kubah besar diapit oleh menara azan dengan kubah yang lebih kecil namun menjulang begitu tinggi. Begitulah juga anggapan saya dulu terhadap bangunan masjid. Sebuah anggapan yang langsung dipatahkan ketika di tahun 2012 saya berkesempatan melanjutkan studi S2 di Nanjing, ibukota provinsi Jiangsu, Tiongkok.

Tinggal sebagai mahasiswi muslim di Tiongkok, ada satu tempat yang sering sekali saya kunjungi selain asrama, kampus dan perpustakaan tentunya. Tempat itu adalah Masjid Jingjue di Jalan Shenzhou, Distrik Qinhuai Kota Nanjing.

Tulisan ini ingin menelusuri lagi memori saya tentang Masjid tua yang dulunya sering saya kunjungi saban Jumat dan terutama sekali saat Ramadan itu

--

Masjid Jingjue, merupakan masjid paling bersejarah dan terbesar, dari tiga masjid yang ada di kota Nanjing. Masjid ini didirikan atas perintah Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming pada tahun 1388. Pembangunan masjid selesai pada tahun 1392.

Digadang-gadang sebagai salah satu dari 10 Masjid terbesar di Tiongkok, dan memiliki sejarah lebih dari 600 tahun, menjadikan bangunan Masjid Jingjue bukan hanya menjadi tujuan peribadatan umat Islam di Nanjing, namun juga destinasi bagi para wisatawan lokal maupun internasional. 

Masjid ini pernah mengalami setidaknya  10 kali renovasi baik penyempitan maupun perluasan areanya dikarenakan berbagai kondisi politik di Nanjing.

Meskipun sejak awal dibangun telah dimaksudkan sebagai masjid, arsitektur Masjid Jingjue ini tidak menggunakan arsitektur bangunan masjid pada umumnya yang dominan dengan kubah besar dan tinggi menjulang di antara bangunan-bangunan lainnya.

Kubah yang ada di Masjid Jingjue terlihat hanya sebuah kubah kecil di depan jalan, sebagai penanda ada bangunan ibadah umat islam. Itupun seiring lajunya pembangunan pemukiman, agak terhalang dengan bangunan rumah susun, apartemen dan pertokoan di sekeliling area masjid ini.

Kubah kecil masjid Jingjue (Sumber : travel.detik.com)
Kubah kecil masjid Jingjue (Sumber : travel.detik.com)

Sedangkan dari pintu gerbang hingga ke area sholat kekhasan seni arsitektur oriental justru yang sangat terasa. Pemandangan yang seolah menceritakan sendiri sejarah panjang bangunan ibadah ini.

Memasuki pagar masjid, pengunjung disambut dengan gerbang tua dengan arsitektur khas Tiongkok. (Dok. Husnullah Yuzarsif)
Memasuki pagar masjid, pengunjung disambut dengan gerbang tua dengan arsitektur khas Tiongkok. (Dok. Husnullah Yuzarsif)

Melewati gerbang kita akan melihat jejeran papan pengumuman dikombinasi dengan perdu tanaman di sekeliling area masjid. Nuansa asri dan bersih sangat terasa.

Pelataran Masjid Jingjue yang asri. (Dok. Sabeer Aboobacker)
Pelataran Masjid Jingjue yang asri. (Dok. Sabeer Aboobacker)

Terdapat dua bangunan utama dengan dinding dan pilar berwarna merah seperti klenteng, namun begitu masuk ke dalamnya yang tampak adalah hamparan karpet dan tikar sholat khas Tiongkok.

Bangunan utama Masjid Jingjue. (Dok. Shabeer Aboobacker)
Bangunan utama Masjid Jingjue. (Dok. Shabeer Aboobacker)

Arsitektur di dalam bangunan utama Masjid, tempat sholat jamaah lelaki. (Dok. Shabeer Aboobacker)
Arsitektur di dalam bangunan utama Masjid, tempat sholat jamaah lelaki. (Dok. Shabeer Aboobacker)

Hamparan sajadah di tempat sholat jamaah perempuan. (Sumber: travel.detik.com)
Hamparan sajadah di tempat sholat jamaah perempuan. (Sumber: travel.detik.com)

Selain bangunan sholat utama untuk jamaah lelaki, dan bangunan di belakangnya yang dikhususkan untuk perempuan, tampak ada beberapa bangunan terpisah yang lebih banyak digunakan untuk menyimpan dokumen sejarah dan literatur mengenai Islam di Tiongkok.

Beberapa bangunan di area Masjid Jingjue (Sumber : islamichina.com)
Beberapa bangunan di area Masjid Jingjue (Sumber : islamichina.com)

Bangunan dengan dinding abu-abu di dalam foto di atas adalah dapur dan aula makan. Bangunan ini biasanya digunakan pada saat Ramadan sebagai tempat berbuka dan sahur bersama yang disediakan secara gratis oleh pengurus Masjid.

Ibu-ibu pengajian Masjid Jingjue lah yang biasanya datang menyiapkan takjil dan makan malam untuk dibagikan kepada siapa saja yang datang.

Di samping bangunan itu, ada juga semacam gazebo tradisional Tiongkok, tempat untuk bercengkerama yang biasanya digunakan para pengunjung menunggu rekannya sholat ataupun sekedar duduk-duduk beristirahat setelah menjelajahi lokasi masjid.

Sudah empat tahun berlalu semenjak terakhir kali saya mengunjungi Masjid ini. Kabarnya sampai sebelum pandemi Covid-19 melanda Tiongkok, Masjid ini masih sangat ramai dikunjungi.

---

Catatan 7 Ramadan 1441H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun