Hanya keledai yang jatuh dua kali ke lubang yang sama.Â
Pepatah itu mengisyaratkan agar orang belajar dari kesalahannya. Tetapi haruskah sampai dibatasi kesalahan yang dilakukan itu cukup sekali? Bila sampai lebih dari sekali maka apakah benar kategori otak kita adalah otak keledai?
Nyatanya, dalam pembelajaran tidak cukup hanya sekali melakukan kesalahan. Sejak kecil ketika kita baru belajar berjalan, kita butuh jatuh berkali-kali sebelum akhirnya bisa berdiri tegak dan berjalan tanpa sempoyongan.Â
Kita juga butuh berkali -kali salah melafalkan bunyi sebelum akhirnya pandai merangkai kata. Proses yang sama berlaku bagi segala pembelajaran lainnya.
Namun tentunya, ada orang-orang yang bisa langsung mengenali kesalahan sejak kali pertama, ada yang butuh beberapa kali sebelum akhirnya tersadar, dan ini bukan berarti mereka adalah keledai.
Psikolog Jason Moser mempelajari mekanisme saraf yang beroperasi di otak orang ketika mereka melakukan kesalahan. Moser dan kelompoknya menemukan sesuatu yang menarik.Â
Ketika kita membuat kesalahan, sinapsis neuron menyala. Sinapsis adalah sinyal listrik yang bergerak di antara bagian otak saat pembelajaran terjadi.
Moser menemukan ada dua respon potensial otak atas kesalahan. Yang pertama, yang disebut respon ERN (Error related negativity) atau juga Ne, yakni peningkatan aktivitas listrik yang diperkirakan terjadi ketika otak mengalami konflik antara respon yang benar dan kesalahan.Â
Menariknya, aktivitas otak ini terjadi terlepas dari sadar tidaknya orang tersebut bahwa ia telah membuat kesalahan.
Respon kedua, disebut ERP (Error Related Positivity) atau Pe, adalah sinyal otak yang dianggap mencerminkan perhatian sadar terhadap kesalahan. Ini terjadi ketika ada kesadaran bahwa kesalahan telah dibuat dan perhatian secara sadar diberikan pada kesalahan tersebut.
Implikasi dari temuan Moser adalah bahwa hanya dengan melakukan kesalahan saja otak kita akan bekerja dan berkembang. Percikan otak akan terjadi, otak akan memanas dan tumbuh ketika kita membuat kesalahan, bahkan jika kita tidak menyadarinya.Â