Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Gaya hidup dan humaniora dalam satu ruang: bahas buku, literasi, neurosains, pelatihan kognitif, parenting, plus serunya worklife sebagai pekerja media di TVRI Maluku!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Parents, Ini Cara Memutus Mata Rantai Perundungan

12 April 2019   17:33 Diperbarui: 13 April 2019   21:12 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : kimbiggio.com

Perilaku perundungan atau yang terkenal dengan istilah bullying acapkali diabaikan oleh orang tua, guru dan masyarakat. Mencuatnya satu demi satu kasus membuat kita mau tidak mau harus kembali mengevaluasi cara pandang masyarakat terhadap tindakan-tindakan yang berpotensi sebagai perundungan.

Perilaku ini harus dilihat sejajar dengan perilaku-perilaku patologi sosial lainnya pada anak dan remaja seperti, tawuran dan narkoba. Masyarakat harus sepakat bahwa perundungan merupakan sebuah lingkaran setan, dan karenanya adalah sebuah urgensi untuk segera memutuskan  mata rantai lingkaran ini.

Lantas apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua, guru dan masyarakat untuk turut memutus mata rantai perundungan ini? Berikut adalah hal-hal yang bisa kita lakukan :

  1. Dengarkan anak-anak. Dorong anak-anak untuk berbicara tentang sekolah, acara sosial, anak-anak lain di kelas, hingga perjalanannya berangkat dan pulang sekolah, sehingga anda dapat mengidentifikasi masalah yang mungkin mereka alami.

  2. Tanggapi keluhan anak-anak tentang intimidasi dengan serius. Menyelidiki keluhan yang kelihatannya kecil dapat mengungkap keluhan yang lebih parah. Anak-anak sering takut atau malu untuk memberi tahu siapa pun bahwa mereka telah diintimidasi, jadi dengarkan keluhan mereka.

  3. Perhatikan gejala-gejala yang menunjukkan bahwa anak-anak mungkin menjadi korban bullying, seperti menarik diri, penurunan nilai, pakaian yang sobek, atau meminta uang jajan atau bekal tambahan.

  4. Beri tahu sekolah atau organisasi terkait dengan segera jika anda berpikir bahwa anak-anak anda dibully. Pengasuh yang waspada dapat dengan cermat memantau tindakan anak-anak anda dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan keselamatan anak-anak anda.

  5. Bekerjasamalah dengan orang tua lain untuk memastikan bahwa anak-anak di lingkungan anda diawasi dengan ketat dalam perjalanan mereka ke dan dari sekolah.

  6. Jangan menggertak anak anda sendiri, baik secara fisik maupun verbal. Gunakan tindakan disiplin non-fisik, yang ditegakkan secara konsisten, alih-alih mengejek, berteriak, atau mengabaikan anak-anak anda ketika mereka bertingkah buruk. Ingat bahwa anak-anak merekam dan mencontoh tindak-tanduk orang tuanya

  7. Bantu anak-anak mempelajari keterampilan sosial yang ia butuhkan untuk berteman. Anak yang percaya diri dan banyak akal serta memiliki banyak teman cenderung tidak akan diganggu atau menindas orang lain.

  8. Puji dan ucapkan terima kasih untuk kebaikan anak-anak terhadap orang lain. Biarkan anak-anak tahu bahwa kebaikan dihargai. Don't take it for granted. Jangan menganggap bahwa hal baik yang mereka lakukan adalah sudah seharusnya, tetapi berikan apresiasi yang pantas untuk meng-encourage mereka melakukan hal baik lebih sering dan lebih banyak lagi.  

  9. Ajari anak cara menyelesaikan argumen tanpa kata-kata atau tindakan kekerasan.

  10. Ajari anak-anak keterampilan perlindungan diri untuk menunjukkan caranya berjalan dengan percaya diri, tetap waspada dengan apa yang terjadi di sekitar mereka, dan untuk membela diri secara lisan.

  11. Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk berbicara tentang intimidasi, mungkin ketika menonton TV bersama, membaca dengan keras, bermain game, atau pergi ke taman atau menonton film.

  12. Ketahuilah bahwa pelaku bullying mungkin bertindak karena perasaan tidak aman, marah, atau kesepian. Jika anak anda seorang bully, bantu sampai ke akar masalahnya. Carilah strategi khusus yang dapat anda gunakan di rumah dari seorang guru, konselor sekolah, atau psikolog anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun