Namun, perbedaan tersebut bukanlah hal yang final dan solid. Bukan tidak mungkin bahwa nilai-nilai dari berbagai jenis generasi itu saling dipertukarkan. Inilah mengapa sangat penting untuk meluangkan waktu bercengkerama dan bersinggungan dengan angkatan senior, dengan ayah, ibu, kakek dan nenek kita.
Generasi milenial saat ini terlalu terkooptasi dengan gadget dan tidak memberikan banyak waktu berharga untuk mendiskusikan topik-topik terkini yang relevan dengan orang tua mereka. Gap antar generasi pun semakin meruncing. Generasi Baby Boomers yang dikenal kolot pun pada gilirannya menggunakan gadget sebagai aktualisasi eksistensi mereka yang tidak atau kurang terpenuhi dari lingkungan dan keluarga terdekat. Dikarenakan nilai-nilai konservatif yang sejak awal sudah tertanam dalam diri mereka, maka melihat berita kontroversi akan memancing amigdala mereka dan kebetulan sekali berita-berita hoaks sering menggunakan headline yang sangat kontroversial.Â
Tulisan ini tentu tidak ingin mempersalahkan generasi manapun, namun mengingat berbagi tautan berita itu hanya semudah mengetukkan jari di layar smartphone, bahkan tidak sesulit menghafalkan password atau nama jalan, hal tersebut bisa dilakukan siapa saja dan generasi apa saja. Tulisan ini justru ingin mengingatkan kita untuk lebih aware bahwa ada generasi yang berbeda yang mungkin saja tinggal serumah dengan kita, dan kita ikut andil dalam perilakunya di sosial media.
---
Pustaka:
"Less than you think: Prevalence and predictors of fake news dissemination on Facebook" by Andrew Guess, Jonathan Nagler and Joshua Tucker in Science Advances. Published January 9 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H