Mohon tunggu...
Esti sahara dini
Esti sahara dini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Memahami Profil Konselor dalam Layanan Bimbingan Konseling: Pentingnya Kualitas Konselor

29 Mei 2024   10:27 Diperbarui: 29 Mei 2024   10:30 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Layanan bimbingan konseling telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern, dengan konselor sebagai profesional yang berperan penting dalam membantu individu mengatasi berbagai masalah emosional, psikologis, dan perilaku. Proses konseling tidak hanya bergantung pada pengetahuan dan keterampilan teknis konselor, tetapi juga pada kualitas pribadinya yang kokoh. Dalam artikel ini, akan membahas tentang pentingnya pemahaman akan profil konselor dalam layanan bimbingan konseling, serta bagaimana kualitas personal konselor dapat memengaruhi kesuksesan proses konseling itu sendiri.

Konselor sebagai sebuah profesi sudah pasti memiliki standar kualitas. Salah satu kualitas konselor adalah kualitas pribadi konselor. ABKIN (Asosiasi Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia) merumuskan bahwa salah satu komponen standar kompetensi yang harus dijiwai dan dimiliki oleh konselor adalah mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat

3. Memiliki kesadaran diri dan komitmen terhadap etika professional

4. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat tugas dan secara eksternal antarprofesi

5. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.(Fuad, 2009) 

Kualitas pribadi yang ideal bagi seorang konselor mencakup sejumlah karakteristik penting. Ini termasuk memiliki motivasi hidup yang kuat, nilai-nilai hidup yang jelas, kepekaan terhadap kebutuhan klien, kemampuan untuk berempati, stabilitas emosional, dan keahlian dalam memberikan bantuan. Dalam konteks layanan bimbingan konseling, konselor harus dapat berempati, memberikan perhatian positif tanpa syarat, serta menghormati klien. Kepribadian yang kokoh ini juga berdampak pada kemampuan konselor untuk lebih memahami situasi klien, membentuk hubungan yang efektif, dan memfasilitasi perubahan yang positif. (Haolah et al., 2018)

Kualitas pribadi seorang konselor memang memiliki dampak yang signifikan dalam keberhasilan proses konseling. Menjadi konselor bukan hanya tentang memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis, tetapi juga tentang memiliki karakteristik pribadi yang memungkinkan mereka untuk benar-benar terhubung dengan klien secara emosional dan memahami kebutuhan serta tantangan yang dihadapi oleh klien tersebut.

Pembentukan kualitas pribadi tidak dapat disamakan dengan proses memperoleh pengetahuan tentang perilaku dan keterampilan terapeutik. Kualitas kepribadian berkembang melalui interaksi yang terus-menerus antara faktor genetik, lingkungan, dan cara unik seseorang dalam mengintegrasikannya, membentuk identitas yang unik. Pendidikan dan pelatihan lanjutan lebih cenderung memengaruhi pertumbuhan dalam segi kuantitatif daripada kualitatif. Dengan kata lain, mereka tidak banyak membantu individu berkembang menjadi diri mereka sendiri. Untuk menjadi seorang konselor yang efektif, penting untuk mengembangkan pemahaman diri, memahami klien, mengetahui tujuan konseling, dan memahami proses konseling. Pembangunan hubungan konseling merupakan aspek krusial dalam penyelenggaraan layanan bimbingan konseling. Seorang konselor tidak dapat membentuk hubungan yang kuat antara dirinya dan klien tanpa memiliki pemahaman yang cukup tentang diri sendiri dan klien, memahami tujuan layanan, serta menguasai proses konseling.

Kualitas pribadi sangat terkait dengan perilaku profesional, yang minimal mencerminkan tiga aspek utama. Pertama, perilaku profesional tidak terbatas pada konteks konseling saja, tetapi juga terlihat dalam segala situasi di mana konselor berinteraksi. Kedua, ada perbedaan antara apa yang dibicarakan dalam konteks profesional dan apa yang secara faktual ditampilkan oleh konselor. Ketiga, setiap individu yang mengklaim sebagai konselor harus patuh pada kode etik profesi mereka. Konselor profesional terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan, dan mereka mematuhi norma dan nilai-nilai, baik spiritual maupun sosial. Perilaku profesional dipengaruhi oleh keyakinan dan nilai-nilai yang memengaruhi integritas kepribadian konselor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun