KEKERASAAN DAN PERUNDUNGAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA
Â
ESTI RIYANJANI
Prodi. FIS -- Pendidikan Sosiologi, Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
riyanjaniesti@gmail.com
PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan kualitas individu serta masyarakat secara keseluruhan. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kekerasan di lingkungan pendidikan telah menjadi isu yang mendesak dan memprihatinkan. Seperti yang ditekankan oleh (Suryadi, 2010: 73), kejadian kekerasan di sekolah mencerminkan ketidakseimbangan kekuasaan antara individu-individu di dalamnya, yang akarnya berasal dari struktur sosial yang lebih luas.
Sementara itu, kita juga harus memperhatikan apa yang disampaikan oleh (Aritonang  2018: 56) tentang pentingnya menciptakan lingkungan pendidikan inklusif dan aman. Namun, kenyataannya menunjukkan bahwa masalah kekerasan dan perundungan masih menjadi ancaman serius yang menghambat pencapaian tujuan tersebut.
Dengan mengacu pada pandangan para ahli dan pemikir di bidang pendidikan, tujuan tulisan ini adalah untuk menganalisis akar masalah kekerasan dan perundungan di lingkungan pendidikan Indonesia serta menyoroti urgensi perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi masalah ini dengan cara efektif. Dalam konteks ini, pemahaman tentang konsep dasar ilmu sosial dalam pendidikan akan membantu kita memahami kompleksitas serta mendesaknya masalah ini, sehingga dapat ditangani secara komprehensif dan berkelanjutan.
BAGIAN TEMUAN
Kekerasan dan intimidasi dalam konteks pendidikan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yang rumit. Dalam memahami hal ini, penting untuk diingat bahwa kekerasan dalam lingkungan pendidikan tidak hanya terbatas pada tindakan fisik semata, tetapi juga mencakup perilaku yang merugikan secara psikologis dan emosional. Pendekatan ini sejalan dengan konsep kekerasan yang lebih luas seperti yang diperkenalkan oleh (Suryadi, 2010: 73) , yang melampaui dimensi fisik semata. Ketidakseimbangan kekuasaan dan otoritas di lingkungan pendidikan sering menjadi pemicu terjadinya kekerasan dan intimidasi. Misalnya, kemungkinan seorang guru memiliki dominasi yang berlebihan terhadap siswa atau sebaliknya, kurangnya kemampuan administrasi sekolah untuk menangani kasus-kasus kekerasan secara tegas dapat mencerminkan adanya dinamika kuasa yang bisa disalahgunakan. Contoh nyata dari ketidakseimbangan ini adalah ketika siswa diintimidasi oleh guru atau penggunaan sanksi yang tidak sesuai untuk pelanggaran ringan oleh pihak sekolah.