Masih ingat dengan pepatah lama "mulutmu, harimaumu?" Yang kira-kira bermakna, kata-katamu bisa membunuhmu. Salah sedikit, hal-hal buruk menimpa anda. Sekarang ini, agaknya pepatah tersebut mulai tergantikan. "Jarimu, harimaumu". Jaman di mana media sosial sekarang menjadi raja, kurang bijak menggunakan jari-jari ketika menggunakan media sosial bisa mengakhiri hidup kita.Â
Masih ingat Florence? Mahasiswi S2 yang terang-terangan menghina Kota Jogja di akun path-nya yang berujung pada penjara. oke..permintaan maaf Florence sudah diterima, tetapi hukum tentu tetap berlanjut. Kali ini kembali terulang. Tidak belajar pada kasus Florence, seseorang dengan akun "Mamah Queen" membuat geger dunia facebook dengan statusnya. Akun Mamah Queen, membuat post yang menghina suku asli Kalimantan. Bermula dari rasa kesal, karena salah seorang sepupunya depresi, dan "katanya" sampai mau bunuh diri karena tunangan sepupu yang juga kawan karibnya tersebut "direbut" oleh wanita dari suku asli Kalimantan tersebut, Mamah Queen ini mengungkapkannya dengan terang-terangan pada status pribadinya. Bukan masalah kebenciannya tersebut, tapi hastag yang dia pakai pada status pribadinya yang membuat gerah kawan-kawan di friendlist yang bersangkutan (kebetulan saya salah satu teman Mamah Queen di dunia maya, jadi saya tahu status juga komentar-komentarnya). Bukan satu dua orang yang mengingatkan agar dia menghapus statusnya dan meminta maaf, termasuk saya, tetapi rupanya tidak digubris. Dengan terang-terangan yang bersangkutan menantang untuk mendatangi rumahnya yang katanya berada di Simpang 2 Kota Medan. Seandainya yang bersangkutan mau berbesar hati meminta maaf, masalah selesai dan tidak akan berbuntut panjang karena salah satu kawan yang berasal dari suku tersebut berbesar hati tidak akan memperpanjang jika ada permintaan maaf kepada publik. Namun rupanya gengsi masih mempengaruhi Mamah Queen. Tidak ada permintaan maaf, yang bersangkutan masih tetap kekeh dengan pendiriannya. Viral berbicara, screenshot status yang dibuat di akun pribadinya beredar dimana-mana. Beberapa pihak berusaha mendamaikan, tetapi sayangnya emosi masih berbicara.Â
Perkembangan terakhir yang saya dapatkan dari akun kawan yang aktif dalam perkumpulan suku asli Kalimantan tersebut, kasus ini akan dibawa ke jalur hukum terlebih dahulu. Saya berharap, jangan sampai hukum adat apalagi hukum rimba yang berbicara. Teringat pada kasus sampit, sungguh mengerikan apabila hal tersebut sampai terulang. Banyak kawan yang berasal dari suku yang sama dengan Mamah queen tersebut menyesalkan arogansi yang dilakukan. Beberapa yang kebetulan mencari rejeki di Kalimantan juga mengkhawatirkan imbas kalau kasus ini tidak segera diselesaikan. Apalagi kalau bukan keselamatan. Kekhawatiran tersulutnya emosi gara-gara satu orang yang tidak bertanggungjawab. Tindakannya bukan hanya bisa mencelakakan dirinya sendiri, tapi juga orang lain.
Saya sengaja tidak menampilkan atau mengunggah foto screenshot yang ada disini. Karena khawatir akan memperkeruh keadaan. Saya berharap ini akan berakhir baik, keikhlasan meminta maaf menjadi satu-satunya pilihan agar situasi bisa lebih baik. Kawan-kawan suku Dayak hanya perlu permintaan maaf. Jangan sampai ada mandau melayang, ataupun hukum adat mereka yang berbicara mengingat situasi semakin memanas. Pelajaran, hati-hati dengan jarimu karena dia bisa menjadi harimau untuk hidupmu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H