Pemilihan kata atau cara penyampaian dari pengarang awalnya sulit dimengerti karena mengandung banyak perumpamaan serta majas, tapi lama-kelamaan bahasa yang digunakan menjadi ringan atau bahasa sehari-hari yang mudah dipahami.
* AMANAT
- Amanat yang berada didalam novel : "Dalam hidup ini kita tidak selalu mengerjakan apa yang kita cintai, namun kita dapat belajar untuk mencintai apa yang kita kerjakan." (Halaman 20)
"Kiranya benar bahwa hari paling penting dan paling bahagia dalam hidup manusia adalah hari ketika dia tahu untuk alasan apa dia dilahirkan ke muka bumi ini." (Halaman 90)
- Amanat keseluruhan : "Dalam kondisi sesulit apapun, sebaiknya kita tidak menghalalkan segala cara karena hal itu tidak menjamin membuat hidupmu menjadi lebih baik dan terselesaikannya masalah."
"Jujur itu memang pahit dan terkadang justru menyakitkan, tapi pasti akan selalu ada hal baik dari setiap kejujuran."
Biografi Penulis
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung pada tanggal 24 Oktober 1982. Ia dikenal sebagai seorang penulis novel yang karyanya diangkat ke layar lebar teater musikal.
Andrea Hirata adalah lulusan S1 Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah menyelesaikan studi S1 di UI, pria yang kini masih bekerja di kantor pusat PT Telkom ini mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Universit de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.
Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cumlaude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah.
Pada tahun 1997, Andrea Hirata resmi menjadi pegawai PT Telkom. Niatnya untuk menuliskan pengabdian sang inspiratornya kembali membuncah manakala dia menjadi relawan untuk korban tsunami di Aceh. Ketika dia melihat rumah, sekolah, dan berbagai bangunan yang ambruk, memorinya akan masa kecilnya dan tentu saja, Bu Mus memantapkan hatinya untuk menuliskan perjuangan guru tercintanya itu ke dalam sebuah karya sastra. Kemudian, Â Andrea Hirata berhasil membuat novel Laskar Pelangi hanya dalam waktu tiga minggu.