Menurut beberapa sumber, Bumi yang kita tempati ini usianya sudah mencapai sekitar 7,753 milyar tahun (tahun 2020). Usia yang sudah teramat tua dan terkesan rapuh.
Demikian juga dengan panas yang kita rasakan saat ini salah satunya adalah karena lapisan ozon bumi yang telah rusak, diakibatkan karena ulah kita sendiri, antara lain akibat limbah/emisi yang dikeluarkan akibat pembakaran unsur tertentu, Â seperti asap pabrik, polusi udara akibat asap kendaraan bermotor, Â gas karbon, metan hasil bakaran sampah, efek rumah kaca dan lain-lain. Selanjutnya, silahkan kita hitung, ada berapa jumlah kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (BBM) di Indonesia sebagai penghasil emisi berbahaya ini?
Populasi penduduk  yang bertambah, mengakibatkan bumi tempat kita berpijak ini, dirasakan semakin sempit saja. Tumbuhan, yang diciptakan Tuhan layaknya untuk membantu keperluan manusia, jumlahnya semakin lama semakin berkurang. Kita lupa, bahwa pepohonan inilah yang dapat mengubah karbon menjadi oksigen untuk tubuh kita. Oksigen adalah untuk kehidupan. Bagaimana jadinya jika manusia kehabisan oksigen?
Sekarang ini kita masih dapat menghirup oksigen untuk kelangsungan hidup kita. Tetapi bagaimana dengan generasi anak cucu kita? Jika kehidupan dan lingkungan tidak dikelola dengan baik, tentu berbagai  persoalan kehidupan, akan lebih berat  mereka rasakan dibandingkan kondisi sekarang.
Masalah sampah saja, sekarang ini kita sudah mulai kebingungan akan dibuang kemana lagi. Tempat Pembuangan Sampah telah menggunung setinggi bukit. Mencari tempat lain apakah mudah? Tentu saja sangat sulit menemukan wilayah yang bersedia untuk dijadikan sebagai  tempat pembuangan sampah akhir.
Sampah kamu, ya tanggung jawabmu, bukan tanggung jawabku, Â demikian teriak warga setempat.
Seiring dengan laju pertambahan penduduk,  jumlah emisipun akan bertambah,  menyebabkan berbagai persoalan lingkungan lainnya, seperti perubahan iklim yang tidak menentu dan  jika dibiarkan terus menerus, akan menyebabkan pemanasan global hingga berdampak pada kekeringan atau bahkan bencana banjir itu sendiri adalah salah satu akibat dari adanya pemanasan global dan seterusnya, hingga memunculkan ketidakstabilan ekonomi.
Mari kita mengingat kembali, ketika tiga puluh tahun yang lalu, kita belum merasakan efek pemanasan global  sekarang ini. Tetapi sekarang, kita dapati hampir semua rumah tangga menggunakan pendingin udara (AC) atau alat pendingin ruangan lainnya,  demi mendapatkan udara sejuk dan nyaman, sehingga energi listrikpun banyak terkuras.  Kita ingin serba praktis dan cepat. Hampir semua rumah memiliki kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (BBM). Betul, bukan?Â
Sungguh aneh, padahal di negara pembuat sepeda motor seperti Jepang, tidak kita jumpai kendaraan beroda dua ini di jalanan. Hanya satu-dua saja.  Kebanyakan warga menggunakan sepeda atau berjalan kaki menuju stasiun kereta atau bus. Ya, karena fasilitas transportasi yang sangat memadai telah tersedia, seperti  sarana transportasi yang ramah lingkungan layaknya MRT, yang telah ada ditanah air kita belakangan ini.
Akankah bisa seperti ini di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 272 juta jiwa? Ditambah tata kelola wilayah yang belum tertib.
Kesimpulannya, Pekerjaan Rumah kita masih menumpuk.  Sehingga tidak aneh rasanya, Program menjadikan  Indonesia Net-Zero Emission, perlu waktu panjang, yaitu pada tahun 2060.