KASUS MINAT BELAJAR MURID V
Tak jarang, menjelang akhir pelaksanaan pembelajaran, ada peserta didik yang masih bermasalah dalam pembelajaran di kelas, sementara Penilaian Akhir Tahun (PAT) harus segera dibuat untuk dimasukan ke dalam e-raport. Berbagai pendekatan dan strategi sudah dilakukan di antaranya dengan menghubungi secara pribadi, membangun komunikasi dengan orang tua dan melakukan kunjungan ke rumah yang bersangkutan. Namun itu belum membuahkan hasil.
Terkait hal ini, ada satu contoh kasus yang dijumpai di lapangan saat melakukan kunjungan rumah (home visit) di salah satu murid. Dan ini adalah pengalaman pribadi Saya. Sebut saja murid V terindikasi melakukan pelanggaran terhadap disiplin sekolah. Murid yang bersangkutan jarang masuk sekolah dan banyak tugas yang tidak dituntaskan, sehingga banyak keluhan dari guru yang membersamainya.
Menyikapi hal tersebut, saya sebagai wali kelas bersama dengan guru BK melakukan kunjungan rumah. Ayah murid V bekerja sebagai penambang pasir, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Akan tetapi, kegiatan menambang pasir dihentikan dalam waktu yang tidak ditentukan, sehingga sangat mempengaruhi perekonomian keluarga.
Kehadiran saya dan guru BK mengunjungi V merupakan bentuk tanggung jawab dan kepedulian. Kekhawatiran peristiwa penting yang mendominasi kejadian pada murid SMK pada umumnya sebenarnya adalah alasan utama. Akan tetapi, kejadian tersebut tidak dialami oleh murid V. Setelah melakukan konseling, diketahui selain tidak memiliki sepeda motor untuk sekolah. Sepeda motor satu-satunya digunakan Ayah V untuk berkeliling menyuplai kelapa muda kepada pedagang es kelapa muda. Semenjak tambang pasir ditutup, Ayah V bekerja menyuplai kelapa muda.
Alasan lain yang disampaikan oleh murid V, sebenarnya ia tidak memiliki minat untuk belajar di jurusan tata busana. Murid menganggap bahwa ia merasa tidak memiliki kemampuan. Murid V mengaku bila sekolah di jurusan busana merupakan paksaan dan ancaman Ayahnya.
Kurangnya dukungan, arahan, dan motivasi dari orang tua tentu saja menyebabkan murid V
tidak memiliki motivasi belajar. Tugas-tugas sekolah tidak dikerjakan. Murid V juga termasuk siswa yang susah diajak berkomunikasi. Dalam interaksi dengan teman-temannya murid V juga terbilang menutup diri. Dia memilih untuk tidak aktif di grup kelasnya karena menumpuknya tugas-tugas sekolahnya.
Setelah dilakukan pendekatan dan komunikasi dengan orang tua, akhirnya murid V memutuskan untuk pindah sekolah sesuai dengan harapannya.
Daftar Tugas/Checklist Tugas Kolaborasi      Â
ANALISIS KASUS
Cerita tersebut memuat dilema etika. Di satu sisi, guru harus memilih apakah tidak memberikan nilai kepada peserta didik karena yang bersangkutan tidak mengerjakan tugas. Konsekuensinya sudah dapat dipastikan murid tersebut tidak berhasil dalam pembelajaran dan sekolahnya. Hal ini sesuai dengan prinsip rasa keadilan (justice) di mana semua murid yang belum mengerjakan dan menyelesaikan tugas dalam pembelajarannya seharusnya tidak mendapatkan nilai. Akan tetapi, prinsip ini bertentangan dengan rasa kasihan (mercy) mengingat kondisi nyata yang ditemui di lapangan di mana murid yang bersangkutan tidak mendapatkan haknya sebagai anak dalam hal pengasuhan dan edukasi dari keluarga.
Jika murid ini tidak diberikan nilai sehingga tidak bisa melanjutkan pembelajaran dan pendidikannya, maka masa depannya menjadi taruhan. Tetapi jika dia diberi nilai, maka akan membangun pandangan buruk bagi sekolah, bahwa tak mengerjakan tugas pun bisa lulus, sehingga kemungkinan ditiru oleh teman-temannya.
Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya. Oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
Dalam kasus ini nilai-nilai yang saling bertentangan adalah adil dengan tidak memberi nilai kepada murid V atau diberi nilai karena kasihan kepada murid V.
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
Orang-orang yang terlibat dalam situasi ini adalah murid V, orang tua, wali kelas, guru BK, dan guru mata pelajaran.
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
- Murid V tidak pernah mendapat dukungan, arahan, dan motivasi dari orang tua
- Murid V jarang masuk sekolah dan tidak pernah mengumpulkan tugas belajarnya
- Murid V memutuskan untuk pindah sekolah sesuai dengan harapannya.
Pengujian benar atau salah
- Uji Legal
- Dalam kasus ini tidak terdapat pelanggaran hukum. Situasi yang dihadirkan yaitu benar lawan benar yang merupakan konsep dilema etika.
- Uji regulasi
- Dalam kasus ini ada pelanggaran terhadap peraturan sekolah yaitu berkaitan dengan aturan pemberian nilai.
- Uji Institusi
- Dalam kasus ini ada hal yang salah, yaitu perasaan tidak enak dengan apapun keputusan yang diambil.
- Uji Publikasi
- Ada perasaan tidak nyaman karena sudah melanggar peraturan dan etika moral yang kita pedomani yaitu menjunjung tinggi nilai kebenaran. Dan jika terpublikasi menjadi tidak nyaman karena orang lain belum tentu tau apa masalah yang sebenarnya.
- Uji Panutan
- Tetap memberian nilai kepada anak yang bersangkutan.
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Paradigma yang terjadi pada situasi ini adalah rasa keadilan lawan rasa kasihan dan jangka pendek lawan jangka panjang.
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan
- Di satu sisi, guru harus memilih apakah tidak memberikan nilai kepada peserta didik karena yang bersangkutan tidak mengerjakan tugas. Konsekuensinya sudah dapat dipastikan murid tersebut tidak berhasil dalam pembelajaran dan sekolahnya. Hal ini sesuai dengan prinsip rasa keadilan (justice) di mana semua murid yang belum mengerjakan dan menyelesaikan tugas dalam pembelajarannya seharusnya tidak mendapatkan nilai. Akan tetapi, prinsip ini bertentangan dengan rasa kasihan (mercy) mengingat kondisi nyata yang ditemui di lapangan di mana murid yang bersangkutan tidak mendapatkan haknya sebagai anak dalam hal pengasuhan dan edukasi dari keluarga.
- Jangka Pendek lawan Jangka Panjang
- Dalam kasus ini guru harus tetap memberikan nilai agar murid bisa melanjutkan pembelajaran dan pendidikannya sebagai bekal masa depan dengan catatan tetap mengumpulkan tugas sesuai kesepakatan. Selain itu, Guru berusaha mengomunikasikan dengan orang tua untuk dapat mempertimbangkan minat belajar anak demi masa depan.
Melakukan Prinsip Resolusi
Prinsip penyelesaian dilemma yang digunakan dalam kasus ini adalah Care-Based Thinking (Berpikir Berbasis Rasa Peduli). Dalam hal ini masa depan murid V adalah yang paling utama. Dengan memberikan nilai, bisa menjadi bekal untuk mendapatkan sekolah baru sesuai dengan minatnya.
Investigasi Opsi Trilema
- Sebelum mengambil keputusan melibatkan guru BK, ketua jurusan, dan Kepala sekolah untuk melihat dari sisi murid yang bersangkutan apakah sikap belajarnya bisa berubah atau tidak berdasar situasi sosial yang dihadapi.
Buat Keputusan
Keputuasan yang diambil adalah menyarankan orang tua murid untuk mengakomodasi keinginan murid yaitu pindah sekolah mengingat bahwa murid yang bersangkutan tidak memiliki minat belajar di jurusan tata busana dan merasa kesulitan mengikuti kegiatan belajar. Guru tetap memberikan nilai sebagai bekal murid V untuk mencari sekolah baru dan menata masa depannya dengan catatan tetap mengumpulkan tugas sesuai kesepakatan.
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Apabila menemukan kasus yang sama di kemudian hari, akan menggali lebih dalam lagi latar belakang murid sebelum dibawa ke dalam rapat pleno.
Dengan semua analisis dan argument yang sudah dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tahapan pengambilan dan pengujian terhadap studi kasus pilihan, sudah  tepat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI