Saya gelagapan. Kalo mau pengen mah, banyak. Manusiawi kan, kalo pengan punya rumah, mobil, bisa belanja apapun tanpa perlu mikir utang kartu kredit. Tapi herannya, ga ada satu pun keinginan itu yang benar-benar nyantol dalam benak saya dan ingin saya kejar mati-matian. Mungkin saya yang agak lemot dan kurang kreatif kali, jadi lama banget mikirnya.
Dia melanjutkan lagi, "Fotolah impianmu itu, lalu pasang di lemari kamarmu, atau tempat yang sering kamu singgahi di rumah, untuk mengingatkanmu, bahwa kamu harus mengejar mimpimu,"
Saya masih puyeng, apa ya yang menjadi mimpi terbesar saya dan harus dipasang besar di lemari pakaian.
"Kalo aku, kupasang gambar mobil Mercedez Benz seri... (saya lupa)," katanya lagi. "Suatu hari nanti aku pasti meraihnya."
"Tapi kamu keliatan cape ya, cari downline kesana sini," tukas saya mengalihkan pembicaraan tentang mimpi yang bikin saya puyeng. Sebenarnya lebih ke arah prihatin sih, melihat lingkaran matanya yang menghitam, badannya yang kurus, dan juga melihat sibuknya dia setiap ketemu orang selalu menjadi bahan prospek.
"Gapapa, Es. Demi mimpiku, ini semua pasti akan ada imbal baliknya," katanya tetap bersemangat. Setelah itu, "Jika aku cape, aku akan minum ....." mulai deh promosi produk lagi.
Well, semua orang punya caranya masing-masing untuk meraih mimpinya kan. Â Tapi terkadang, yang merasa mimpinya sudah tercapai atau meyakini sebuah jalan untuk meraih mimpi, memaksakan orang lain untuk menempuh cara yang sama. Bisa jadi saya ga cocok dengan mengejar mimpi ala MLM itu tadi. Inti sebenarnya sama, bahwa kita harus bekerja keras, hanya cara penyampaiannya saja yang berbeda. Sementara saya sibuk mencari mimpi apa yang perlu dipajang besar-besaran, ternyata hati dan otak terus berkembang (meningkat kualitasnya) sejalan dengan asupan gizi yang masuk. Hati kita, meski ga bisa dilihat secara kasat mata, akan membantu menentukan apakah mimpi kita sebenarnya, sesuai dengan makanan yang anda suapkan ke dalamnya.
"Mimpi, adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia,
Berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya..."
Di salah satu episode Oprah Winfrey Show, Will Smith bilang,
"Aku selalu kuatir tentang masa depanku. Jika aku tak bekerja, makan apa aku nanti. Jika kerjaanku berakhir, bagaimana masa tuaku nanti," dan pikiran itu ternyata tetap tak bisa diubah hingga saat ini. Padahal tau sendiri kan siapa Will Smith. Bukankah penghasilannya sebagai actor Hollywood yang super tinggi itu, bisa digunakan untuk modal usaha, bikin franchise, ato bahkan persiapan hari tua. Kata actor ini, mencuplik dari bukunya Kiyosaki, itu semua adalah mindset yang akan melekat sampe setua apapun usia kita.