“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api nerakayang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At Tahrim: 6).
Seorang tabi’in, Qatadah, ketika menafsirkan ayat ini mengatakan,
“Yakni,hendaklah engkau memerintahkan mereka untuk berbuat taat kepada Allah danmelarang mereka dari berbuat durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menerapkan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan dan bantulah mereka untuk menjalankannya. Apabila engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, maka peringatkan dan cegahlah mereka.” (Tafsiral-Quran al-’Azhim 4/502).
Juga terdapat di dalam hadist, dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, bahwa dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy,IV/6, hadits no. 2751 dan HR Muslim, Shahîh Muslim, VI/7, hadits no. 4828).
Seiring berjalannya waktu, anak-anak juga memerlukan untuk bergaul dengan teman-teman yang otomatis dengan lingkungan sekitar dia berada. Bagaimana lingkungan juga turut berperan dalam tumbuh kembang anak ? Anak adalah pembelajar yang sangat baik. Dia akan cepat menyerap informasi-informasi yang berada disekitarnya.Baik itu perilaku orang lain, ataupun kebiasaan-kebiasaan yang ada disekitarnya. Apabila perilaku/kebiasaan yang ada di lingkungan tersebut baik,maka akan lebih mudah bagi anak untuk berperilaku baik, demikian pula sebaliknya.
Ketika mencermati ayat berikut,“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. ” (Ali Imran /3 : 110) serta membandingkan dengan kondisi kaum muslimin saat ini, tentu akan kita dapati bahwa keadaan kaum muslimin saat ini justru dalam keadaan terbelakang, lemah, terpuruk. Pastilah ada kesalahan yang telah kaum muslimin lakukan. Syarat untuk menjadi umat yang terbaik telah jelas disebutkan dalam ayat tersebut, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Saya akan mengutip dua hadist yang tersohor, yang pertama adalah dari Abu Sa’idal-Khudri ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Iika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman” (HR Muslim). Serta yang kedua adalah dari Hudzaifah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Demi Dzat yang menguasai diriku, kamu harus memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, atau kalau tidak maka Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari sisi-Nya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya tetapi Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR Tirmidzi).
Sudah disinggung di awal pembahasan, kita hidup di lingkungan yang apatis, yang masa bodoh akan kerusakan-kerusakan, penyimpangan-penyimpangan yang terjadi disekitar kita. Selama penyimpangan tersebut tidak terjadi di keluarga kita. Namunkita lupa, jika anak-anak kita, saudara-saudara kita akan menganggap lumrah penyimpangan tersebut dikarenakan sudah terbiasa melihatnya. Sehingga cepat ataupun lambat penyimpangan itu pula akan berdampak bagi keluarga kita. Dasar dari setiap interaksi didalam Islam adalah dikarenakan iman kepada Allah. Allah pula mengingatkan kita supaya saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Atau...seperti ancaman dalam hadist diatas, Allah akan mengirimkan kepada kalian siksa dari sisi-Nya, kemudian kalian berdoa tetapi tidak dikabulkanNya.
Mengenai negara, apakah negara juga turut andil dalam pendidikan anak-anak sebagai penerus bangsa ? Tentu saja negara sangat berperan akan hal ini. Negaralah yang mengatur kurikulum-kurikulum sebagai dasar sistem pendidikan di sekolah. Negara pula yang menentukan konten-konten yang layak untuk ditampilkan di media, baik itu media cetak, sosial ataupun media-media lainnya. Negara juga yang menentukan kebijakan-kebijakan yang secara tidak langsung berimbas kepada sistem pendidikan, semisal perda-perda pelarangan miras yang justru dicabut oleh negara dikarenakan menghambat pariwisata.
“Ingatlah,setiap orang dari kalian adalah pemelihara dan setiap orang dari kalianbertanggung jawab atas pemeliharaannya. Pemimpin yang memimpin masyarakat adalah pemelihara dan dia bertanggungjawab atas rakyatnya. (HR al-Bukhari,Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad).