3. Manajer cafe mengatakan sudah mencoba mengecap kopi, rasanya pahit, lidah kebas, mual, kopi berbau kimia. Tidak dijelaskan kapan kejadian tersebut, siapa saksinya.
Kesimpulan atas kedua informasi di atas:
1. Cafe tetap buka sepanjang proses penyidikan, TKP sudah tidak steril. Bukti sianida tidak ditemukan.
2. Dalam rekonstruksi, pelayan membereskan gelas-gelas. Tidak diketahui apa yang terjadi dengan gelas-gelas yang dibereskan karyawan, serta kapan dan bagaimana caranya manajer cafe mengamankan barang bukti.
3. Dalam rekonstruksi tidak terlihat kapan Bapak Salihin hadir di TKP bersama menantu bulenya yang bernama Hans datang mencium bau kopi.
4. Dalam rekonstruksi tidak terlihat hubungan antara kopi Mirna - kopi yang dicicipi Manajer Restoran - kopi yang dicium Hans dan Salihin - kopi yang dimiliki Polisi. Tidak ada bukti bahwa kopinya sama.
5. Puslabfor baru datang tanggal 11 Januari, 5 hari setelah kejadian tewasnya Mirna.
6. Pernyataan Kombespol Krishna Murti di hadapan awak media sebagai berikut, "pemilik kafe berinisiatif mengamankan kopi sisa yang ada di gelas Mirna sebagai barang bukti", cukup menunjukkan bahwa barang bukti yang dimiliki oleh polisi adalah barang bukti pemberian/ hadiah dari manajer cafe. Bukan barang bukti sitaan. Dengan demikian, barang bukti yang digunakan oleh polisi sebagai dasar penyidikan adalah tidak otentik.
7. Tidak samanya keterangan saksi terhadap bau kopi mirna menunjukkan kopi yang dicium oleh Hans, Salihin dan Manajer cafe, adalah kopi yang berbeda. Yang satu kopi jamu, yang lain kopi kimia.
8. Ciri-ciri keracunan sianida adalah, mula-mula ada peningkatan frekwensi pernapasan, lalu kepala merasa nyeri, sesak napas, dan perubahan perilaku, cemas, agitasi, dan mengeluarkan banyak keringat. Tanda akhir dari keracunan sianida, ialah tremor dan kejang-kejang, lalu tak sadarkan diri, gagal napas dan henti jantung. (Sumber: Sianida di Kopi Mirna: Racun Ajaib Tak Berbau Tak Berwarna. Tempo.co)
Ciri-ciri kondisi Mirna saat dibawa ke klinik tidak sesuai dengan ciri-ciri orang terpapar racun sianida. Dalam hal ini, pernapasan Mirna justru lebih lambat, tidak tremor dan kejang-kejang, melainkan menjadi kaku.