[caption id="attachment_363886" align="aligncenter" width="522" caption="Sumber: Asian Highway 2, Wikipedia"][/caption]
Kamis, 30 April 2015, dalam satu hari Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dimulainya pembangunan tol Trans Sumatera sepanjang 140,410 km dan tol Solo – Kertosono sepanjang 176,7 km. Sebagai pembanding, selama masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) jalan tol dibangun sepanjang 300 km.
Proyek infrastruktur yang baru saja diresmikan oleh Jokowi, merupakan proyek kerjasama antara negara-negara Asia dan Eropa serta United Nations Economic and Social Commission for Asia and The Pacific (ESCAP) untuk meningkatkan sistim jalan bebas hambatan di Asia. Disebut juga The Asian Highway Project (AH).
Asian Highway Project dicetuskan oleh PBB pada tahun 1959, dengan kesepakatan yang ditandatangani oleh 32 negara termasuk Indonesia. Merupakan proyek jalan tol sepanjang 140.000 km (87.500 miles) melintasi 32 negara. Bertujuan untuk meningkatkan jalur perdagangan domestik dan internasional.
Asian Highway Project dibiayai diantaranya oleh Jepang, Cina dan Asian Development Bank. Jalan tol Solo-Kertosono yang ground breakingnya diresmikan oleh Jokowi kemarin, merupakan bagian dari Asian Highway Project, yaitu Asian Highway 2 (AH2), yang mencakup 10 negara yaitu Indonesia, Singapore, Malaysia, Thailand, Myanmar, India, Bangladesh, Nepal, Pakistan dan Iran. Dengan rute dari Denpasar ke Koshravi, Iran. Dimana dalam AH2, termasuk di dalamnya tol laut yang menghubungkan Jakarta - Singapore.
Sementara jalan tol Trans Sumatera dari Lampung ke Aceh adalah proyek Asian Highway 25 (AH25).
Untuk Indonesia, AH 2 mencakup beberapa paket pekerjaan, yaitu :
Bali Mandara Toll Road (Bali Toll Road)
Trans-Java Toll Road, terdiri dari: (1) Jakarta-Tangerang Toll Road, (1) Tangerang-Merak Toll Road, (1) Jakarta-Cikampek Toll Road, (1) Cikampek-Palimanan Toll Road, (1) Palimanan-Kanci Toll Road, (1) Kanci-Pejagan Toll Road, (1) Pejagan-Pemalang Toll Road, (1) Pemalang-Batang Toll Road, (1) Batang-Semarang Toll Road, (1) Semarang City Toll Road, (16) Semarang-Solo Toll Road, (15) Solo-Kertosono Toll Road, (15) Kertosono-Mojokerto Toll Road, (15) Surabaya-Mojokerto Toll Road, (1) Surabaya-Gempol Toll Road, (1) Gempol-Pasuruan Toll Road, (1) Pasuruan-Probolinggo Toll Road, (1) Probolinggo-Situbondo Toll Road, (1) Situbondo-Banyuwangi Toll Road
Pelengkap Trans-Java Toll Road: (4) Cipularang Toll Road, (3) Padaleunyi Toll Road, (3) Cileunyi-Dawuan Toll Road, (15) Solo-Yogyakarta Toll Road, (6) Kanci-Purwokerto-Cilacap Toll Road
Jembatan yang termasuk dalam AH 2: Jembatan Suramadu, Jembatan Selat Bali,Jembatan Selat Sunda
Kode angka menunjukkan kode paket proyek jalan tol tersebut, seperti untuk jalan tol Solo-Kertosono yang ground breakingnya baru diresmikan kemarin memiliki kode nomor 15, dapat anda lihat di google map sebagai berikut:
[caption id="attachment_363884" align="aligncenter" width="560" caption="Screen capture dari Google Map"]
Perhatikan jika anda melihat jalan-jalan di google map, anda akan melihat kode-kode angka di situ, yang merupakan program Asian Highway Network. Seperti jalur Surakarta ke Kertosono di atas, anda bisa melihat kode angka 15.
Kembali ke Grand Design AH2 dan AH25. Ini mega proyek yang sudah ditandatangani bersama pada tahun 1959.
Seperti kita ketahui bersama, di dalam dunia proyek, kita sering dengar ada jual beli proyek. Dapat dikenali jika anda melihat ada pemenang tender, atau perusahaan yang ditunjuk, bukannya mengerjakan proyek tersebut, malah menjualnya ke pihak lain. Sementara down payment yang sudah diterima raib. Akibatnya proyek jalan tol mangkrak. Karena dokumen penunjukannya diperjual belikan, sementara kontraktornya tidak punya cukup dana backup untuk menjalankan proyeknya. Berapa banyak proyek jalan tol mangkrak di Indonesia?
Pengelola jalan tol yang ada saat ini diantaranya PT. Jasa Marga, PT. Citra Marga Nusaphala Persada (Siti Hardijanti Rukmana), PT. Marga Mandala Sakti (Hutomo Mandala Putra), PT. Bosowa Marga Nusantara (Jusuf Kala), PT Semesta Marga Raya (Bakrie), dan beberapa lainnya yang pemiliknya itu-itu saja.
Isu anti asing, anti Cina, anti syiah, anti tol laut, merupakan isu yang baru, yang bertahun-tahun lalu tidak pernah menjadi persoalan. Isu ini perlu ditanamkan di masyarakat sebagai amunisi jika diperlukan untuk mencegah mega proyek seperti ini dijalankan oleh lawan politik.
Tulisan ini, dapat menjadi pedang bermata dua. Isu anti Syiah dan antek asing bisa saja diangkat untuk menjegal proyek AH2. Namun dapat juga membuka pemahaman, bahwa sebelum ada isu-isu tersebut, proyek ini sudah dibuat blue print nya dan ditandatangani 32 negara beserta Asian Development Bank ada tahun 1959.
Kalau sudah tandatangan dengan bank puluhan tahun lalu, kenapa proyeknya baru dilengkapi sekarang? Kemana raib dana dari bank yang dahulu?
Semoga proyek infrastruktur yang dijalankan oleh Presiden Joko Widodo dapat berjalan lancar, tepat waktu, dan tahan 100 tahun.
Selamat dan Sukses, Presiden Joko Widodo!
.
- Esther Wijayanti -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H