Konferensi Kerjasama Negara-Negara Asia Timur untuk Pembangunan Palestina baru saja diadakan di Jakarta. Untuk menegaskan solidaritas kepada rakyat Palestina, dan membantu Palestina untuk merdeka dan berdaulat. Dalam pertemuan tersebut, Jepang memberikan bantuan kepada Palestina sebesar US200 juta dan USD 6,2 juta untuk pembangunan kawasan industri pertanian.
Sementara itu, Presiden Yudhoyono dengan PM Palestina Rami Hamdallah menandatangani nota kesepahaman di bidang politik, ekonomi dan pendidikan. Indonesia akan mencari peluang kerja sama di bidang minyak dan gas, atau lainnya. Dalam bidang pariwisata, Presiden menyebutkan, ada lebih dari 40,000 warga Indonesia yang berkunjung ke Palestina untuk wisata. Jumlah ini akan ditambah setiap tahunnya.
Pernyataan Presiden agak membingungkan. Bagaimana Presiden dapat menjanjikan penambahan wisatawan Indonesia untuk berkunjung ke Palestina serta kerja sama ekonomi, sementara Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel?
Saat ini, Palestina berada di bawah kekuasaan Israel. Sehingga untuk memasuki wilayah Palestina, apakah melalui Jordan, atau melalui Israel, kita akan tetap melewati imigrasi Israel sebelum mencapai Palestina.
Terlepas dari urusan politik antarnegara yang di luar interest saya, mari kita jalan-jalan saja ke Palestina. Melihat-lihat, ada apa di Palestina. Menuju Palestina, saya melalui Israel. Wilayah Palestina, terlihat mencolok, karena merupakan area yang dipagari.
.
[caption id="attachment_298043" align="aligncenter" width="450" caption="Wilayah Palestina dilihat dari Israel: dipagari."][/caption]
.
Memasuki Palestina dengan bis, kami diperingatkan untuk tidak memotret perbatasan. Oleh karenanya saya tidak memotret. Proses masuk wilayah Palestina ternyata biasa saja. Melewati gerbang yang dijaga oleh tentara. Di mana di sisi-sisi gerbang ada menara di mana ada tentara juga di atas menaranya. Seorang tentara membuka portal, lalu bisnya masuk. Sopir menyerahkan surat. Sudah. Gitu saja. Seperti masuk komplek perumahan. Tidak pakai paspor. Bahkan kita tidak turun bis sama sekali.
Setelah melewati gerbang, baru saya memotret dari dalam bis. Seperti inilah bentuk tembok dan menara penjaga setelah memasuki kawasan Palestina.
.
[caption id="attachment_298044" align="aligncenter" width="384" caption="Tembok Palestina."]
.
Dari sini, kami mampir dulu di restoran yang menjual masakan Indonesia. Nasi, soto ayam, ayam goreng tepung, perkedel kentang dan telur dadar. Rasanya pas sekali. Rasa Indonesia.
.
[caption id="attachment_298045" align="aligncenter" width="478" caption="Restauran yang menjual masakan Indonesia di Palestina."]
.
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan.
.
[caption id="attachment_298046" align="aligncenter" width="450" caption="Pemukiman yang berada di pebukitan ini terlihat indah."]
.
.
[caption id="attachment_298048" align="aligncenter" width="477" caption="Situasi dalam kota tidak buruk-buruk amat. Malah menyenangkan."]
.
.
[caption id="attachment_298050" align="aligncenter" width="417" caption="Para wanita Palestina. Pakaiannya seperti wanita Indonesia. Banyak juga mobil buatan Korea di sini."]
.
[caption id="attachment_298051" align="aligncenter" width="450" caption="Agak semrawut. Mobil dan manusia saling berdesakan."]
.
[caption id="attachment_298053" align="aligncenter" width="450" caption="Toko-toko di sisi-sisi jalan yang menjual barang kelontong. Mirip situasinya dengan di Indonesia."]
.
[caption id="attachment_298054" align="aligncenter" width="449" caption="Akhirnya kita tiba di area wisata religi. Ini adalah gereja bersejarah, bukan eksklusif tempat ibadah untuk umat kristen. Jadi siapa saja, beragama apapun boleh masuk."]
.
[caption id="attachment_298055" align="aligncenter" width="334" caption="Hari telah sore. Waktunya kembali ke hotel. Mau naik kendaraan ini?"]
.
- Esther Wijayanti -