Mohon tunggu...
Esther Lima
Esther Lima Mohon Tunggu... -

No Biographical Info

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Mematikan Listrik Pompa Waduk Pluit, PLN Bisa Dipidana

11 Februari 2015   15:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 1653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_396163" align="aligncenter" width="624" caption="Akibat genangan banjir setinggi 30-40 cm di jalur lambat Jl. Letjen Suprapto, Jakpus, arus lalu lintas sementara dialihkan ke jalur cepat. Informasi dari pengguna Twitter citrahandayani diteruskan Twitter TMC Polda Metro Jaya. (WARTA KOTA)"][/caption]

Banjir Jakarta 9 Februari bukan banjir biasa. Level naiknya cepat sekali. Banyak area yang biasanya tidak banjir, kali ini terkena banjir. Penyebabnya salah satunya adalah dimatikannya listrik 10 pompa waduk Pluit. Sehingga, dari 12 pompa besar yang ada, tinggal 2 pompa yang bekerja.

Mengapa dimatikan? Apakah perlu dimatikan?

"Yah sekali-kali kebanjiran kan tidak apa-apa. Untuk rakyat yang lebih luas," ujar Direktur Utama PLN Sofyan Basir di Jakarta, Selasa Sofyan menegaskan, langkah pemutusan aliran listrik ke pompa oleh perseroan untuk mencegah penduduk sekitar pompa tersetrum. Sumber DISINI.

Jawaban tersebut dikonfirmasi oleh Ahok. Bahwa pihak PLN mematikan listrik pompa untuk mencegah penduduk sekitar pompa kesetrum.

"Kenapa naik terus, sejak pukul 07.00 WIB PLN matikan lampu di situ. Pompa nggak bisa jalan. Kalau pompa nggak jalan hujan terus ya naik dong air. Pertanyaannya kenapa PLN matikan lampu. Alasannya takut kesetrum, orang saya tanya udah banjir belum di situ," ujar Ahok geram di Balaikota, Jakarta, Senin (9/2/2015). DISINI.

Alasan mematikan listrik “untuk mencegah penduduk sekitar pompa tersetrum” rupanya menjadi instruksi. Sehingga jika ada pertanyaan, maka jawabnya senada, “agar penduduk tidak kesetrum”. Padahal pertanyaan Ahok “udah banjir belum disitu” PLN jawabnya “takut kesetrum”.

Terlihat sekali ini jawaban yang sudah dihafalkan. Celakanya, pertanyaannya adalah “udah banjir atau belum”, bukan “kenapa listrik dimatikan”. Jawaban dihafalkan ini kuat menunjukkan bahwa sebenarnya listrik tidak perlu dimatikan, tapi dimatikan dengan sengaja. Karena grogi, saat ditanya sudah banjir atau belum, maka jawabnya takut kesetrum.

Bagi yang tidak berada di Jakarta, berikut ini adalah peta waduk Pluit ke PLTU Muara Karang, pembangkit listrik yang mensuplai Jawa – Bali. Jaraknya hanya 5 menit dari tengah waduk. Atau sekitar 2,5 menit dari utara waduk ke PLTU Muara Karang. Jadi, kalau waduk Pluit banjir, maka PLTU Muara Karang juga banjir. Listrik Jawa-Bali shut down.

[caption id="attachment_350477" align="aligncenter" width="270" caption="Screen capture google map direction Waduk Pluit ke PLTU Muara Karang."]

14236182251156789052
14236182251156789052
[/caption]

Unsur kesengajaan mematikan listrik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. PLTU Muara Karang dan Waduk Pluit berada pada satu area. Sehingga mematikan listrik pompa merupakan alasan yang dibuat-buat, karena PLTU Muara Karang tidak banjir dan listriknya tidak dimatikan.

2. Mematikan listrik pompa malah mengakibatkan banjir, yang membuat warga bisa kesetrum via jalur listrik lain.

3. Menggunakan jalur listrik yang sama dengan jalur listrik umum untuk pompa air adalah kelalaian kerja yang dapat membahayakan keamanan umum.

Berikut ini KUHP yang memuat kejahatan yang membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang.

Pasal 187

Barang siapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, diancam:

1. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas timbul bahaya umum bagi barang;

2. dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain;

3. dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan meng- akibatkan orang mati.

Catatan:
Tulisan ini dibuat dengan rasa duka mendalam, karena sekolah anak saya diliburkan, selain akses masuk tertututup air, ibunya teman anak saya meninggal dunia kesetrum saat banjir besar 9 Februari kemarin.

.

- Esther Wijayanti -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun