Perkembangan Teknologi Membuat Krisis Bernalar Kritis
Pengertian teknologi Secara etimologis, kata "teknologi" berasal dari bahasa Yunani, yaitu "technologia" di mana kata tech berarti keahlian dan logia berarti pengetahuan.
Akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, kecakapan tertentu, pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni.Â
Lalu apa yang dimaksud dengan teknologi (technology)? Secara umum, pengertian teknologi adalah ilmu pengetahuan yang memelajari keterampilan dalam menciptakan alat, metode pengolahan, dan ekstraksi benda, untuk membantu menyelesaikan berbagai permasalahan dan pekerjaan manusia sehari-hari.
Berpikir kritis merupakan berpikir secara logis dan sistematis dalam membuat keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Berpikir kritis adalah proses, di mana kita mengidentifikasi suatu masalah, mengobservasi, menganalisis, mengevaluasi, merefleksikan, menyimpulkan dan membuat keputusan. Skill untuk berpikir kritis sangat penting untuk kita aplikasikan. Dalam kehidupan sehari-sehari kita selalu dihadapkan pada permasalahan atau isu-isu, ada yang mudah dipahami, ada yang sulit untuk dimengerti, ada yang tidak terlalu berpengaruh pada hidup kita dan ada yang berpengaruh dalam hidup kita. Dari permasalah atau isu-isu tersebut tidak semuanya dapat kita hadapi dengan cara berpikir biner (kondisi berpikir yang hanya mengenal dua sisi dan hanya dapat memilih salah satu).
Sering kali permasalahan atau isu-isu tersebut bersifat kompleks, maka dari itu dibutuhkan suatu skill untuk kita dapat memutuskan keputusan yang matang dan bijaksana yaitu berpikir kritis. Berpikir kritis masuk ke salah satu skill yang harus kita punya di abad ke-21. Berpikir kritis tidak hanya berlaku saat kita sekolah, berkuliah, atau saat kita bekerja, namun kita harus dapat berpikir kritis setiap hari, khususnya dalam bidang teknologi.
Memasuki era globalisasi dewasa ini membawa perubahan bagi kehidupan manusia melalui teknologi dan informasi yang kian mudah. Artinya, manusia tidak perlu repot-repot pergi jauh untuk sekadar memperoleh informasi ataupun untuk mengetahui suatu kabar berita. Dengan mudahnya mendapatkan informasi melalui teknologi digital yang semakin mempermudah manusia. Dari berbagai kemudahan tersebut, akibatnya manusia cenderung lalai dalam memilih informasi.
Nalar kritis manusia "ditumpulkan" oleh segala macam kemudahan yang ditawarkan oleh internet. Â Kebohongan ataupun kebenaran pada suatu informasi tidak lagi menjadi perhatian manusia. Seberapa trending atau viral suatu informasi lah yang menjadi tolak ukur dipedulikannya informasi tersebut.
Nalar berpikir kritis manusia harus direkonstruksi kembali saat ini, terlebih ketika berita bohong berhasil merusak tatanan nilai sosial dan budaya manusia. Rekonstruksi nalar manusia pada era post-truth pada dasarnya berkaitan dengan penggunaan lagi nalar kritis manusia untuk merumuskan kebenaran sejati. Nalar berpikir kritis ini dibangun dengan kemampuan manusia untuk bertanya pada dirinya sendiri dan mengevaluasi informasi-informasi yang beredar di sekitarnya.
Pemikiran kritis manusia harus mau sedikit "bersusah payah" untuk mengecek kebenaran setiap informasi yang disajikan agar terhindar dari pemikiran praktis. Kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan internet tampaknya sudah begitu kuat meracuni kehidupan manusia pada masa ini dan sulit dipisahkan. Dengan demikian, kemajuan teknologi internet perlu di imbangi dengan wawasan dan nalar berpikir kritis yang benar agar berita kebohongan dapat dihindari. Socrates mengatakan, "wawasan yang benar akan mengantarkan pada perilaku yang benar dan hanya yang berperilaku benar yang akan menjadikan orang berbudi luhur". Dunia terhubung melalui peralatan elektronik sehingga memungkinkan individu menjelajah ruang secara tak terbatas. Akses pengetahuan/ informasi dalam masyarakat digital seperti saat ini memungkinkan masyarakat menerima informasi secara cepat.
Dengan berbagai konsep yang ditawarkan oleh globalisasi secara luas dan terbuka, dapat dipastikan akan memengaruhi pemikiran, tindakan dan pedoman nilai moral manusia. Mau tidak mau, kehadiran teknologi digital menjadikan manusia saat ini seperti budak dari teknologi, kondisi yang terus berkembang dari hari-kehari tersebut akan berdampak sedikit demi sedikit membawa perubahan pemikiran, tindakan, sosial budaya dan pedoman nilai moral manusia. Bahkan, saat ini kita memasuki masa di mana kebenaran menjadi hal yang tidak penting, yang terpenting adalah dipercayai banyak orang.
Salah satu argumen penting yang menjadi dasar bahwa pentingnya membangun nalar kritis adalah masih banyaknya berseliweran berita yang belum jelas kebenarannya melalui media digital. Oleh karna itu, penting untuk menanamkan pemikiran kritis dalam era digital terkait pentingnya kemampuan berpikir kritis untuk memberdayaan seseorang dalam melihat sisi positif dan sisi negatif segala sesuatu yang dihadapinya sebelum menerima atau menolak informasi. Hal demikian merupakan kecakapan yang sangat diperlukan agar dapat bertahan di era digital.
Generasi digital, generasi muda perlu berpikir secara komprehensif melalui proses yang ketat. Untuk menuju masyarakat yang berpengetahuan, berpikir kritis dan bernalar, maka literasi harus ditingkatkan termasuk di dalamnya yaitu tingkat baca, berpikir kritis dan kecakapan dalam menggunakan teknologi agar menjadi generasi yang melek literasi digital yang kritis.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H