Mohon tunggu...
drg.  Ester Surbakti
drg. Ester Surbakti Mohon Tunggu... Dokter - Bekerja di Poli Gigi Rumah Sakit dan juga Berpraktik Mandiri

Artikel postingan saya akan membahas seputar kesehatan gigi dan mulut

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Nyeri Rahang, tapi Bukan Karena Gigi?

3 Oktober 2023   09:27 Diperbarui: 4 Oktober 2023   11:31 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Nyeri Rahang. (Sumber: engin akyur via kompas.com)

Dalam praktik sehari-hari tidak jarang dokter gigi menjumpai kasus dimana pasien mengeluh bahwa giginya sakit. 

Ketika ditanya lebih lanjut lokasi gigi yang sakit ada disebelah mana, pasien justru kebingungan dan mengatakan sakitnya ada di mana-mana dan berpindah - pindah kiri dan kanan.

Dalam situasi seperti ini, dokter gigi akan tetap melakukan pemeriksaan menyeluruh dan melakukan perawatan terhadap gigi - gigi yang dapat menjadi penyebab utama nyeri yang dirasakan pasien. 

Namun, jika semua pemeriksaan dan tindakan telah dilakukan dan tidak ada lagi gigi yang dapat menjadi sumber nyeri tetapi pasien masih mengeluh nyeri maka hal yang akan dicurigai menjadi penyebab nyeri adalah sendi temporomandibula.

Sendi Temporomandibula adalah sendi engsel yang menghubungkan tulang rahang atas dengan rahang bawah. 

Sendi temporomandibula (selanjutnya akan disebut TMJ) merupakan sendi yang paling kompleks karena dapat bergerak ke segala arah yakni membuka dan menutup seperti sebuah engsel, bergeser ke depan dan ke belakang dari sisi yang satu ke sisi lainnya serta memiliki peranan penting dalam proses pengunyahan, penelanan, dan pengucapan.

Sendi Temporomandibula. (Sumber: Muzdalifah, 2016)
Sendi Temporomandibula. (Sumber: Muzdalifah, 2016)

Gejala  yang sering dijumpai pada nyeri TMJ adalah : (Kartika dan Himawan, 2007)

  • Rasa nyeri pada sendi rahang
  • Nyeri pada daerah wajah
  • Bunyi sendi ketika membuka mulut
  • Kesulitan dalam membuka dan menutup mulut
  • Gerak rahang yang terbatas 
  • Rasa pegal atau lelah pada otot pengunyahan
  • Nyeri kepala, dan bahkan gangguan pada telinga

Penyebab utama penyakit ini belum diketahui pasti. Walaupun begitu para peneliti dan klinisi menyimpulkan bahwa hal-hal berikut dapat menjadi pemicu, yakni:

1. Trauma akibat jatuh, kecelakaan, pukulan, dan penyebab lainnya seperti membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, dan bernyanyi. (40% dari 90% kasus merupakan akibat trauma)

2. Tekanan psikologi, dan kebiasaan parafungsional seperti bruxism. 

3. Kehilangan gigi terutama gigi belakang (sebagai kunci oklusi/ gigitan) yang tidak diganti dengan gigi palsu 

4. Penyakit seperti osteorthrosis (kondisi degeneratif tanpa peradangan) pada sendi temporomandibula

5. Kebiasaan parafungsional; seperti bruxism (gerakan tanpa sadar yang menyebabkan tekanan kuat pada gigi biasanya ditandai dengan ausnya gigi geligi atas dan bawah), clenching (menggertakkan gigi terutama gigi depan), menggigit - gigit bibir dan pipi

6. Kondisi stres / tertekan karena bekerja berlebih

7. Kebiasaan merokok dan minum alkohol

Pilihan perawatan terhadap kondisi ini belum dapat dipastikan karena penyebab utama juga tidak diketahui pasti. 

Beberapa pilihan perawatan yang dapat dilakukan oleh pasien yang mengalami penyakit ini adalah dengan mengubah kebiasaan, minum obat anti nyeri (setelah konsultasi di dokter) dan tindakan memperbaiki oklusi serta operasi (penelitian menyebutkan bahwa tindakan operasi juga tidak menjamin ksembuhan terhadap penyakit ini).

Kebiasaan yang harus diubah antara lain sebagai berikut:

1. Hati - hati dalam penggunaan rahang, hindari kebiasaan seperti menguap dan tertawa terlalu lebar, hindari mengunyah makanan yang lengket (seperti permen karet) dan makanan yang terlalu keras. 

Potong makanan dalam ukuran kecil sebelum dikunyah untuk menghindari stres/ tekanan besar pada otot - otot  pengunyahan.

2. Mengevaluasi diri sendiri apakah dalam keseharian jika sedang fokus bekerja atau melakukan suatu hal apakah pasien cenderung melakukan kebiasaan parafungsional seperti clenching, grinding pada gigi.

3. Minta orang terdekat untuk membantu melihat apakah dimalam hari saat tidur lelap pasien melakukan bruxism.

4. Perbaiki postur tubuh, hindari tindakan menopang dagu.

5. Kompres dengan handuk hangat area yang sering nyeri selama 10 - 20 menit setiap hari

Antinyeri yang dapat diminum jika nyeri tiba - tiba muncul adalah kandungan acetaminophen seperti paracetamol atau obat - obat antinyeri lain golongan NSAIDs. 

Sebaiknya dalam pemilihan obat antinyeri selalu berkonsultasi dengan dokter gigi atau dokter umum agar pasien memperoleh jenis dan dosis yang tepat sehingga memaksimalkan manfaat obat dan meminimalisir efek samping yang dapat timbul.

Perbaikan oklusi (gigitan) yang dimaksud adalah tindakan untuk memperbaiki tekanan pengunyahan yang diterima oleh setiap gigi dan rahang agar seimbang. 

Dokter gigi mungkin menyarankan pasien untuk memakai splint oklusal yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Tindakan operasi dilakukan hanya pada 4% kasus nyeri TMJ dan dilakukan oleh dokter spesialis. 

Contoh Splint Oklusal. (Sumber: Burket's Oral Medicine 11th Edition)
Contoh Splint Oklusal. (Sumber: Burket's Oral Medicine 11th Edition)

Nyeri yang hilang timbul pada area gigi, mulut, sekitar rahang dan kadang menyebar ke area telinga dan kepala tidak boleh diabaikan begitu saja karena hal ini dapat mengganggu aktifitas sehari - hari dan kondisi psikososial orang yang mengalaminya. 

Berkunjung dan berkonsultasi ke dokter gigi untuk memastikan sumber nyeri merupakan hal yang paling direkomendasikan untuk segera dilakukan.

--drg.estersurbakti--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun