Mohon tunggu...
Dina Esterina
Dina Esterina Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta di Gereja Kristen Pasundan. Podcaster dan blogger. Senang nulis dan baca.

Tertarik menyororot dan menautkan makna hidup sebagai seorang yang spiritual dengan berbagai fenomena yang ada di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna dan Panggilan Kependetaan di Era Milenial: Sikap Otentik dan Menjadi Kolaborator

7 Februari 2024   15:40 Diperbarui: 7 Februari 2024   15:46 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

GKP, Gereja Kristen Pasundan tak akan pernah bisa menyempitkan makna dan tugas kependetaan hanya soal kotbah di atas mimbar. Mengapa? Karena sejak dari awal, jemaat-jemaat GKP telah hadir dan bertumbuh melalui pelayanan kotbah sosial, yaitu keterlibatan secara aktif anggotanya dalam menyelesaikan persoalan kemasyarakatan dan memberitaan Firman melalui karya Pembangunan jemaat dalam pendidikan, kesehatan, konsultasi hukum, pendampingan korban ketidakadilan, pemberdayaan ekonomi dan sebagainya.

Baiklah, saya menilik panggilan kependetaan yang saya kaitkan dengan jemaat Kampung Sawah, tempat ketiga saya mutasi. Jemaat ini memulai kiprah kekristenannya sejak tahun 1847 dan menumbuhkembangkan dirinya dalam berbagai relasi yang dibangunnya bersama masyarakat. Jemaat ini tak pernah lepas dari dirinya sendiri dan masyarakat. Anggotanya kebanyakan saudara bersaudara secara darah dan melalui perkawinan. 

Kemudian juga menjadi sodara melalui relasi berteman dan membangun RT, RW, Kelurahan, Kecamatan bahkan Kota. Hidup bersama-sama sebagai warga Kampung Sawah dihayati oleh orang Kristen Kampung Sawah dengan hidup yang peduli, rukun, mau saling bantu dan menopang. Apa yang menjadi kesulitan dia maka itu juga menjadi tanggungjawab saya. Demikian pemberitaan Firman dan Sakramen dihidupi oleh jemaat ini.

Maka, pelayanan saya secara organisatoris sebagai Ketua MJ bidang Keesaan dan Kesaksian menjadi sebuah pelayanan strategis yang sangat bermakna bagi saya melihat konsepsi identitas Kampung Sawah. 

Sebagai Gereja milik Allah, Kampung Sawah terus menjadikan dirinya berdaya dan memberi pengaruh. Sebagai sebuah jemaat dalam konsepsi identitasnya, jemaat Kampung Sawah terus memaknai diri dan panggilan sebagai sebuah Persekutuan Kristen tertua di Kampung Sawah yang menjadi panutan dalam semua karya baiknya bagi dunia. Dan apa peran pendeta dalam itu? Apakah dia yang utama? Apakah dia pusat ? Tidak.

Ada banyak pendeta yang sudah melayani Kampung Sawah. Bahkan sebelum kami para pelayan tertahbis ini, ada guru jemaat yang sudah lebih dulu merintis pelayanan gerejawi dipandu dan ditemani oleh banyak anggota jemaat dan masyarakat. 

Semua orang ini memberi kontribusi yang penting sehingga menjelang 150 tahun usianya, Kampung Sawah hadir sebagai adanya dirinya saat ini. Masing-masing dengan peran yang signifikan. Begitu saya menyebutnya. Penting. Gereja telah memberi percayanya pada kami menjadi rekan sekerja bersama jemaat.

Saat ini, jemaat Kampung Sawah hadir dalam periode dunia yang mendigital. Sebuah dunia yang dihidupi oleh manusia yang mencoba menemukan identitas dalam perkembangan teknologi juga dipengaruhi olehnya. 

Dalam diri dan panggilannya, pendeta memiliki tantangan dalam menunaikan tugasnya. Kini dan mungkin nanti, relasi gereja dengan anggotanya, cara para pemimpin gereja berkomunikasi dengan umat dan dunia, sangat dipengaruhi oleh mental manusia yang dipengaruhi digitalisasi.

Digitalisasi membawa kemudahan pada hidup manusia. Namun di dalam soal memaknai kemanusiaan ada yang patut diwaspadai. Ketika berbagai alat manusia ciptakan dan kendalikan, mestilah disadari bahwa manusia bisa saja melakukan kesalahan dan kelalaian. 

Dehumanisasi bisa terjadi. Kecanggihan teknologi dipergunakan untuk memutus relasi dan bukan membangunnya. Teknologi bisa dipergunakan untuk membunuh manusia dan bukan menopang kehidupannya. Teknologi bisa dipergunankan untuk menghancurkan sebuah peradaban, system sosial dan bukan merawat dan membangunnya ke arah kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun