Diri ini yang sebenarnya mungkin saja menjadi tak lagi sama seperti sebelumnya tapi bertumbuh dan berkembang menurut pengetahuannya yang dihasilkan dari pengalaman dan akal budi untuk memahami dan menghadapi situasi. Keaslian hidup tak selalu mesti sama seperti awal mulanya kita ada, tapi sebuah proses pencarian yang kita dapatkan dari sebuah diskursus yang selalu terjadi dalam diri.Â
Menjadi merdeka sebagai manusia yang bergerak dari titik semulanya dia berasal dan terus bertumbuh. Kadang mungkin mesti kembali ke awal untuk maju ke depan, seperti sebuah tagline dari sebuah film tentang pertunjukan hidup manusia The Truman Show yang populer di tahun 1998.
Jadi, bagaimana kita memaknai merdeka? Tentu menjadi seseorang yang terus bertumbuh melalui pengetahuan dan akal budi. (Foucault). Menjadi penikmat digital yang tidak naif. Memahami bahwa kita mudah dikendalikan dengan hasrat kita sendiri dan memandunya dalam kasih.Â
Kasih yang dimiliki dalam hubungan yang benar bersama dengan Tuhan.(Aquinas) Hubungan yang harus selalu kita uji, apa tetap murni dan mendalam?Â
Supaya kita selalu sadar bahwa di atas langit masih ada langit, di atas algoritma data masih ada kelindan algoritma tak terkenali, di dalam batin ada kekuatan tak terbantahkan dalam diri yang menaungi, yang jika kita menelisiknya jauh ke dalam, kita sadar bahwa dunia digital ini, hanya satu lapisan yang harus dikuliti dan dihadapi untuk menjalani hidup yang berarti.
Selamat merenungkan arti merdeka, kiranya bangsa ini makin siap menghadapi hari-hari dan makin berbudi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H