Mohon tunggu...
Dina Esterina
Dina Esterina Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta di Gereja Kristen Pasundan. Podcaster dan blogger. Senang nulis dan baca.

Tertarik menyororot dan menautkan makna hidup sebagai seorang yang spiritual dengan berbagai fenomena yang ada di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Alchemy of Souls dan Nafsu "Memegang Erat"

26 Juli 2022   21:22 Diperbarui: 29 Juli 2022   00:15 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini menjadi sebuah peringatan bagi saya untuk mengamati, segala bentuk relasi kuasa yang sehat yang dihambat karenanya, misalnya oligarki, patriarki, dan gerontarki, dan lainnya. 

tribunnews.com
tribunnews.com

Manusia digeluti dalam filsafat sebagai entitas yang terus mencari makna diri. Dia menggumuli siapa dirinya melalui "kehadiran" dan kesadaran serta bagaimana dia menggumuli relasinya bersama objek lain. 

Di dalamnya, dia berjuang untuk mewujudkan kebebasannya dalam berekspresi dan menyatakan keinginannya, sebagaimana Sartre gumuli, meski dalam babak berikutnya dia akan berhadapan dengan kegagalan untuk melihat hasil akhir dari semua keberadaan hidupnya yang tentunya tak sepenuh-penuhnya bebas juga. 

Saya lebih sepakat dengan kebebasan manusia sebagaimana yang Kierkegaard pahami, yaitu kebebasan yang utuh yang dimulai dari kesadaran dan pilihan atas hidupnya sendiri, mencakup kesiapan untuk memikul konsekuensi logis dari perbuatan dan kesanggupan untuk mengenal diri dan apa yang paling dia kejar dalam hidup. 

Orang yang memiliki kuasa dan kesempatan untuk mengambil jiwa dan energi orang lain, memang memiliki hidup yang nampaknya "kepunyaan" sendiri. 

Namun, itu bukanlah bebas sebebas bebasnya. Keputusannya tidak bebas nilai melainkan berdampak bagi dirinya dan banyak orang. Dan ketika itu merugikan dan mematikan, itu membuktikan bahwa dirinya sama sekali bukan orang yang bebas. 

Dia justru semakin mengikat dirinya pada lingkaran kekuasaan yang membuatnya menjadi "budak". 

Di akhir perpindahan jiwa dalam drama AoS (Alchemy of Souls), seseorang yang berpindah jiwanya, sama sekali tidak bebas, dia akan selalu mengalami kehilangan kendali, dan jika dia tidak menghisap energi orang lain maka dia akan mati dan mengeras menjadi batu. 

Dia tak akan bisa apa-apa, apalagi berenkarnasi dan mengalami kebahagiaan akhirat karena sudah melakukan pelanggaran dosa yang besar. Nyata, bahwa menjadi "bebas" bukan berarti "betul-betul bebas".

Pada akhirnya, kebebasan itu dijalani ketika kita sanggup melepas. Kitab Pengkotbah dalam Kitab Suci, selalu mengindentikan hidup seperti uap yang tak akan pernah bisa dipegang dan dikendalikan. Hidup itu bisa lepas dan pergi dari kita kapan saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun