Mohon tunggu...
Ester Ella
Ester Ella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S-1 Pendidikan Kimia Universitas Negeri Medan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kesetimbangan Kimia

1 April 2024   03:46 Diperbarui: 1 April 2024   04:27 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ASISTEN LABORATORIUM

Agnes Florida Patricia Saragih

Nia Pratiwi Siregar

Halo semua, Saya Ester Ella Eunike Septianne Mahasiswi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Medan dari kelas PSPK 22 B dengan NIM 4223131032 kali ini saya akan membahas mengenai Praktikum Kesetimbangan Kimia. Artikel ini selain menjadi referensi ilmu bagi pembaca sekalian, juga ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Kinetika dan Kesetimbangan Kimia

Secara umum kesetimbangan dalam reaksi kimia dapat dibagi menjadi dua, yaitu kesetimbangan statis dan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan statis terjadi ketika semua gaya yang bekerja pada objek bersifat seimbang, yaitu tidak ada gaya yang dihasilkan. Sementara itu, kesetimbangan dinamis diperoleh ketika semua gaya yang bekerja pada objek bersifat seimbang, tapi objeknya sendiri bergerak. Pada persamaan reaksi kesetimbangan kimia setiap terjadi reaksi ke kanan, maka zat-zat produk akan bertambah, sementara zat-zat reaktan berkurang. Sebaliknya, reaksi juga dapat bergeser ke arah reaktan sehingga jumlah produk berkurang. Akibatnya terjadi lagi reaksi ke arah kanan. Demikian ini terjadi terus-menerus, sehingga secara mikroskopis terjadi reaksi bolak-balik (dua arah) pada reaksi kesetimbangan. Keadaan seperti ini dikatakan bahwa kesetimbangan bersifat dinamis. Keadaan dinamis hanya terjadi dalam sistem tertutup. Contoh kesetimbangan dinamis dalam kehidupan sehari-hari yaitu proses pemanasan air dalam wadah tertutup. Saat suhu mencapai 100C air akan berubah menjadi uap dan tertahan oleh tutup. Apabila pemanasan dihentikan, uap air yang terbentuk akan berubah menjadi air kembali sehingga jumlah air di dalam wadah tidak akan habis. Reaksi yang terjadi adalah H2O(l) H2O(g). Reaksi ke kanan adaIah reaksi penguapan sementara reaksi ke kiri adalah reaksi pengembunan(Sari,2020).

Pada pembentukan endapan senyawa kompleks, bila penurunan suhu dilakukan perlahan maka laju pembentukan inti kristal lebih cepat dibandingkan laju pembentukan kristal, sehingga kristal yang dibebaskan akan berukuran kecil-kecil dan kuat. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk memisahkan residu dengan filtratnya. Dilakukan pencucian dengan akuades yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor polar yang masih terdapat dalam endapan senyawa kompleks(Aziz dkk, 2021).

Konstanta kesetimbangan konsentrasi iodin (Kc) mengacu pada nilai konstanta kesetimbangan yang dinyatakan dalam hal konsentrasi masing-masing spesies iodin dalam suatu reaksi kimia. Kc adalah konsentrasi produk dibagi dengan konsentrasi reaktan zat-zat yang terlibat sewaktu kesetimbangan reaksi. Contohnya, dalam reaksi kesetimbangan pembentukan ion triiodida (I3-) dari Iodin (I2) dan Ion Iodida (I-) dengan persamaan reaksi berikut:

I2 + I- <--> I3-

Dimana I2 dan I- adalah reaktan, sementara I3- adalah produk.

Adapun tujuan dari Praktikum kami yaitu :

1. Mengetahui volume natrium tiosulfat yang digunakan untuk mentitrasi 5 ml lapisan bawah dari reaksi 10 ml Iodida CHCl3 dan 100 ml Air

2. Mengetahui volume natrium tiosulfat yang digunakan untuk mentitrasi 5 ml lapisan bawah dari reaksi 10 ml Iodida CHCl3 dan 100 ml KI

Alat-alat yang digunakan :

1. Erlenmeyer 250 mL 4 buah

2. Gelas ukur 10 mL 1 buah

3. Gelas ukur 25 mL 1 buah

4. Gelas ukur 250 mL 1 buah

5. Pipet gondok 5 mL 1 buah

6. Pipet gondok 25 mL 1 buah

7. Buret 50 mL 1 buah

8. Corong pisah 2 buah

Bahan-bahan yang digunakan :

1. Larutan jenuh iod dalam Klorofom (CHCl3)

2. Larutan standar KI 0,1 M

3. Larutan standar Natrium tiosulfat 0,02 M

4. Larutan amilum 1% (sebagai indiktor)

5. Kristal kalium iodida

Prosedur Kerja :

1. Kedalam dua buah corong pisah yang ditandai dengan tanda A dan B, secara berturutturut masukan 10 mL larutan jenuh I2 dalam CHCl3.

2. Kedalam erlenmeyer A masukan 100 mL air dan kedalam erlenmeyer B masukkan larutan KI 0,1 M.

3. Tutup kedua corong pisah tersebut dengan rapat, kemudian guncangkan secara kuat selama 30-60 menit. Sekali-kali tutup corong pisah ini dikeluarkan setelah diguncangkan.

4. Setelah tercapai kesetimbangan, dari masing-masing erlenmeyer diambil 5 mL larutan dari lapisan CHCl3. (Ingat lapisan CHCl3 berada dibawah lapisan air).

5. Pada masing-masing cuplikan ini, tambahkan 1 gram kristal KI dan 10 mL air, kemudian titrasi dengan larutan Na-tiosulfat dengan indikator 5 mL amilum. (indikator ditambahkan menjelang titik akhir titrasi pada saat larutan berwarna kuning pucat).

6. Dari corong pisah A diambil 25 mL larutan dari lapisan air dan titrasi dengan larutan Na-tiosulfat. Lakukan hal yang sama untuk erlenmeyer B dengan mengambil 10 mL larutan lapisan air.

7. Lalu dicatat hasil titrasi menggunakan Natrium Tiosulfat pada larutan dari lapisan CHCl3 dan dari lapisan H2O tersebut.

Dari Praktikum yang dilakukan didapatkan hasil :

1. Iod jenuh CHCl3 10 ml + 100 ml HO (Guncang) 2 fase (kuning kecoklatan & hitam dibawah) 5mL lapisan bawah + 1 gr KI (s) + 10 ml HO 24,2 mL (fase kuning pucat diatas dan bawah tak berwarna)+ 5 ML C6H10O5 1,6 mL (tak berwarna)

2. Iod jenuh CHCl3 10 ml + 100 mL KI (Goncang) 2 fase (coklat tua diatas 3 ungu pekat dibawah) 5 ml lapisan bawah + 1 gr KI (s) + 10 mL H2O 112,7 ml (fase ungu dibawah dan diatas tak berwarna)+ 5 ml C6H10O5 6,5 mL (Tdk berwarna)

3. Iod jenuh CHCl3 10 ml + 100 ml H2O (Goncang) 2 fase (kuning kcoklatan diatas dan hitam dibawah) 25 ml lapisan atas 4,1 ml (kuning Pucat)

4. Iod jenuh CHCl3 10 ml +100ml KI (Goncang) 2 fase (Coklat tua diatas dan ungu pakat dibawah) 10 mL lapisan atas 16,51 mL (Kuning pucat)

Pembahasan : 

Substrat utama yang digunakan dalam media isolasi dan pertumbuhan adalah Natrium Tiosulfat (Na2S2O3.5H2O), senyawa tiosulfat umum digunakan sebagai substrat dikarenakan secara energi sangat menguntungkan bagi bakteri pengoksidasi sulfur menjadi sulfat sesuai drngan ketersediaan jumlah zat pengoksidasinya (Pokorna & Zabranska, 2015) yang ditunjukkan oleh persamaan 2, serta sifatnya yang mudah larut dalam air dibanding dengan senyawa sulfur lain dan lebih stabil terhadap rentang pH, serta dalam proses degradasinya membentuk koloidal sulfur (Robertson & Kuenen, 2006b). Sehingga pada media cair pertumbuhan isolat K.2 teramati kekeruhan seiring pertambahan waktu inkubasi. Proses konversi tiosulfat menjadi sulfat melibatkan sistem multi enzim, penurunan pH juga terjadi akibat pembentukan produk intermediet yang bersifat asam. Sehingga pada media biotik yang menunjukkan karakter penurunan pH dan penurunan kadar tiosulfat didapat pada isolat K.2. S2O3 2- + H2O + 2O2 2SO4 2- + 2H+

Dari praktikum yang telah dilakukan, praktikan mengetahui:

1. Volume Natrium Tiosulfat yang digunakan untuk mentitrasi 5 ml lapisan bawah dan reaksi 10 ml Iodida CHCl3 dan 100 mi air adalah 25,8 mL

2. Volume Natrium Tiosulfat yang digunakan untuk mentitrasi 5 ml lapisan bawah dan Reaksi 10 ml Iodida CHCl, dan 100ml KI adalah 119,2 ml

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun