Aku menulis risauku dalam dentuman syukur
Aku yang diam, tertohok rangkaian kata yang melagukan diri
Tidak dengarkah kau seberapa keras ratap lara para pelatuk ?
Tidak lihatkah kau seberapa enggan esok menyambut ?
Mungkinkah malaikat merapal namaku dalam sehelai kertas?
Mungkinkah semesta menitik simpati dalam semalam?
Ada bisik bisu menidurkanku yang beralas kardus
Ada gemuruh tak berirama yang membangunkanku lebih pagi dari mentari
Mengapa aku marah?
Mengapa aku kesal?
Aku merintih meski langit sudi menjadi atap
Aku meraung meski debu malam menyelimutiku dalam diam
Kini sudah jauh aku berlayar
Dan lambaian malam memikat hatiku sangat dalam
Namun,
Sudahkah luka mengering?Â
(esterayu 23/08/20)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H