Mohon tunggu...
Esta Sitompul
Esta Sitompul Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja di Universitas Pelita Harapan sebagai Staf

Sedang menempuh pendidikan pascasarjana program studi teknologi pendidikan - program magister pendidikan di Universitas Pelita Harapan. Hobi bermain bulu tangkis dan sedang belajar berenang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teknologi: Menjadi Ancaman atau Justru sebagai Katalisator dalam Pembelajaran

6 Maret 2024   10:19 Diperbarui: 15 Maret 2024   21:33 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan teknologi yang terjadi di era saat ini telah memberikan dampak bagi berbagai bidang kehidupan manusia. Kita sadari atau tidak, teknologi memberikan kemudahan bagi kehidupan kita. Misalnya, dengan perkembangan teknologi kita dapat berkomunikasi dengan orang lain dari jarak yang jauh melalui telepon genggam. Jika kita mengingat kembali, dulunya alat komunikasi jarak jauh yang digunakan adalah telepon besar dan berkabel (tidak dapat dibawa kemana-mana), tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, manusia dapat menciptakan alat komunikasi yang lebih ringkas atau dapat dibawa kemana-mana yaitu handphone atau telepon genggam yang kita kenal saat ini. Handphone memudahkan kita berkomunikasi jarak jauh dengan orang lain, bukan hanya suara yang dapat kita dengar, tetapi kita juga dapat melihat wajah lawan bicara kita secara virtual. Bukan hanya bidang komunikasi, tetapi perkembangan teknologi juga berpengaruh terhadap bidang lain yaitu bidang pertanian, transportasi, kedokteran, dan pendidikan saat ini.

Dalam bidang pendidikan, dampak perkembangan teknologi begitu terasa, apalagi saat terjadinya pandemi covid-19, di mana pada saat itu pendidik maupun peserta didik tidak dapat melakukan proses belajar mengajar dalam ruang dan waktu yang sama, sehingga mau tidak mau proses belajar mengajar dilakukan melalui ruang virtual (Zoom, Ms. Teams, Google Meet, WhatsApp, dan masih banyak lagi). Seperti yang selalu dikatakan oleh orang Indonesia, “beruntung” bahwa pandemi covid-19 melanda saat umat manusia sudah dalam kemajuan teknologi yang canggih, sehingga proses belajar mengajar pun bisa dilakukan dalam bentuk virtual meeting.

Proses belajar mengajar juga diwarnai dengan munculnya ChatGPT, yaitu sejenis Artificial Intelligence (AI) yang dapat digunakan peserta didik untuk memperoleh informasi bahkan dapat menghasilkan tulisan ilmiah. Penggunaan ChatGPT menjadi pro-kontra dalam dunia pendidikan. Juru bicara Departemen Pendidikan Kota New York menyatakan bahwa penggunaan ChatGPT (misalnya untuk mengerjakan tugas) tidak dapat membangun keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, yang merupakan dua hal penting untuk kesuksesan akademik dan hidup seseorang (dikutip dari The Washington Post).

Dalam prakteknya, mungkin ada pendidik yang anti dengan penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas dan lebih menyukai pengajaran yang bersifat konservatif, tetapi ada juga pendidik yang merangkul teknologi dan membuat teknologi menjadi bagian dari pembelajaran, sehingga dengan penggunaan teknologi tersebut, siswa mengalami pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Misalnya saja penggunaan video animasi untuk menyampaikan materi ajar yang dianggap sulit. Pemilihan metode ajar ini dapat membuat siswa termotivasi untuk mempelajari materi tersebut meskipun siswa mengganggapnya sulit, karena materi tersebut disajikan secara menyenangkan. Hal ini dibuktikan dari penelitian Lizra dkk terhadap siswa kelas IV SDN Lhok Pawoh, bahwa penggunaan media animasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (dikutip dari Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 8, No. 3).

Pendidik zaman sekarang dituntut untuk melek teknologi. Salah satu alasannya adalah karena kita mengajari generasi yang sedari kecil sudah terpapar dengan teknologi. Kutipan dari Ruang Edukator yang mengatakan “Teknologi tidak akan menggantikan guru, tetapi guru yang menggunakan teknologi akan menggantikan guru yang tidak menggunakan teknologi”. Kutipan ini saya pandang secara positif, dan sebagai mahasiswa pascasarjana yang mengambil program studi Teknologi Pendidikan, saya merasakan sendiri dampak dari penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar di program studi yang saya ambil saat ini. Teknologi memudahkan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja untuk dapat mengakses materi kuliah dengan mudah, baik dalam bentuk video maupun file PDF atau WORD kapan saja dan di mana saja, serta materi dapat diakses berulang-ulang sampai kita memahaminya dengan baik. Hal ini karena semua materi ajar tersebut dikelola dalam satu tempat, yang disebut dengan Learning Management System (LMS). Jadi, hanya dengan membawa handphone atau tablet atau laptop, kita dapat mengakses materi ajar dari beberapa mata kuliah di mana saja dan kapan saja.

Tambahan lain dari manfaat teknologi dalam bidang pendidikan adalah memberi kemudahan bagi seseorang untuk melakukan pembelajaran heutagogi. Pembelajaran heutagogi adalah pembelajaran yang menekankan kemandirian yang tinggi dan keaktifan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan dan kemampuan yang diinginkannya. Peserta didik dalam heutagogi biasanya adalah orang dewasa yang sudah mampu menentukan nasib pembelajarannya sendiri, namun dalam praktik pendidikan saat ini, heutagogi bisa perlahan-lahan diterapkan di level sekolah menengah pada pembelajaran tertentu. Lisa Marie Blaschke dalam artikel yang diterbitkan oleh Jurnal The International Review of Research in Open and Distributed Learning (IRRODL) menyatakan bahwa heutagogi telah diusulkan sebagai teori untuk diterapkan pada teknologi baru dalam pendidikan jarak jauh dan untuk membimbing praktik dan cara-cara di mana pendidik jarak jauh mengembangkan dan memberikan instruksi menggunakan teknologi baru seperti media sosial maupun LMS. Peserta didik bisa mendapatkan pengetahuan yang diinginkannya dengan mudah dan proses belajar mengajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu lagi. Lebih lanjut, Lisa Marie menuliskan bahwa tujuan jangka panjang dari pendekatan pembelajaran heutagogi adalah untuk menjadikan peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learners).

Jadi, dari beberapa alasan-alasan yang saya tuliskan di atas, disimpulkan bahwa teknologi bukanlah seutuhnya ancaman bagi pendidikan, namun jika kita dapat memanfaatkannya dengan benar, teknologi bisa membawa dampak positif bagi pendidikan kita.

Referensi:

Afrilia, Lizra, dkk (2022). Efektivitas Media Pembelajaran Berbasis Video Animasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas Iv Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 8, No. 3, https://www.ejournal.unma.ac.id/index.php/cp/article/view/2559

Dan Rosenzweig-Ziff. New York City blocks use of the ChatGPT bot in its schools. The Washington Post. 5 Januari 2023, https://www.washingtonpost.com/education/2023/01/05/nyc-schools-ban-chatgpt/

Ruang Edukator. Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=Gj6pw6WNDlE

Lisa Marie Blaschke. Heutagogy and lifelong learning: A review of heutagogical practice and self-determined learning. Journal of The International Review of Research in Open and Distributed Learning (IRRODL), Vol. 13(1), https://www.irrodl.org/index.php/irrodl/article/view/1076

Salam hormat,

Estahayati Sitompul

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun