Hal ini didukung pula dengan keadaan sesungguhnya dalam jejaring sosial twitter ini. Terdapat cukup banyak perusahaan media, baik media penyiaran, media cetak, maupun media berbasis online sekalipun memiliki akun Twitter.
Tidak sampai di situ, jejaring sosial Twitter terus meng-update layanannya agar semakin mumpuni untuk memfasilitasi kepentingan para pemilik media ini dalam menyampaikan informasi yang ditujukan untuk khalayak. Dilansir dari situs liputan6.com, Twitter melakukan pembaruan pada kuota jumlah karakter dan pengaturan lini masa.
Twitter yang dikenal dengan batasan jumlah karakter yaitu sejumlah 140, yang mendorong penggunanya untuk dapat berpikir kreatif dalam 'berkicau' (mengunggah sebuah tweet). Namun, hal ini didapati sulit dilakukan untuk bahasa tertentu yang mana 140 karakter membuat kicauan kurang tersampaikan dengan maksimal. Maka, sekarang Twitter hadir dengan kuota sejumlah 280 karakter guna mendukung penyampaian yang maksimal dari pengguna jejaring sosial ini.
Tahun 2016, Twitter mengubah model algoritma untuk lini masanya. Tidak lagi menampilkan sesuai unggahan terbaru, Twitter menyesuaikan unggahan yang ditampilkan dengan preferensi penggunanya. Namun, untuk pengguna yang ingin lini masa berdasarkan waktu mengunggah, maka pengguna dapat mengubah pengaturan tersebut secara manual.
Berdasarkan fakta-fakta yang Penulis paparkan di atas, berikut pendapat Penulis mengenai Twitter sebagai sarang portal berita. "Mengapa Twitter??"
1. Twitter berfokus pada teks, live streaming, dan breaking Hal ini mungkin menjadi faktor terbesar portal berita memiliki kemauan untuk menayangkan program, dan konten mereka pada jejaring sosial ini. Sifat yang Twitter nyatakan sendiri pada CNN Indonesia, membedakan Twitter dengan jejaring sosial lainnya yang lebih berfokus pada kategori hiburan, yang kemudian membuat Twitter menjadi jejaring sosial yang paling click! untuk menayangkan berita.
2. Pengguna Twitter yang Spesifik
Dengan sifat Twitter yang ia nyatakan secara spesifik, secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam pemetaan pengguna jejaring sosial. Jejaring sosial lainnya tentu memiliki pengguna yang banyak, namun dengan sifat yang cenderung mengarah pada sifat platform terkait. Mis : Instagram dengan pengguna yang suka fotografi dan hiburan.
Dengan pengguna yang banyak, namun tidak sesuai dengan sifat dari berita sendiri, tentu berita tersebut akan menjadi kenyataan dari peribahasa "bagaikan emas di tengah kawanan hewan." Meski berkualitas, khalayaknya tidak tertarik. Twitter yang membedakan dirinya, otomatis digunakan oleh khalayak dengan sifat serupa, maka pemilik media memanfaatkan hal tersebut.
3. Twitter menjadi Sarana Low Budget dalam Memperkenalkan Media medis