Mohon tunggu...
ESSA YAYANGSAGITA
ESSA YAYANGSAGITA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejaksaan Negeri Kepulauan Talaud

essagita in your area

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahun Baru Turun ke Jalan, Masyarakat "Mari Jo Badero"

18 Februari 2023   12:37 Diperbarui: 18 Februari 2023   12:40 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merayakan pergantian tahun baru 2023, ada banyak kebiasaan yang dilakukan oleh beberapa kelompok, keluarga, kantor bahkan daerah tertentu guna meramaikan pergantian tahun. Selain untuk bersenang-senang, hal ini juga tentunya sebagai rasa syukur untuk tahun baru yang lebih baik.

Melonguane adalah salah satu daerah yang begitu ramai saat perayaan tahun baru. Kepulauan kecil yang terdapat di Sulawesi Utara ini memiliki tradisinya sendiri yang sudah dilakukan sejak lama untuk merayakan tahun baru seperti berbaris di jalan sambil menari masal.

"Warga Melonguane biasanya ketika tahun baru akan silahturahmi ke rumah-rumah keluarga sekaligus buat acara syukuran, ibadah, terus ada tradisi Mabaris atau Saraingu Ampania. Yaitu tradisi dimana orang-orang Melonguane melakukan tarian masal di jalan raya untuk menyambut tahun baru." Jelas Daniel Unsong, salah satu pegawai yang bekerja di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Talaud. Ia juga mengatakan, bahwa Mabaris biasa berlangsung selama satu minggu penuh, dimulai dari tanggal 2 hingga tanggal 7 Januari 2023. Karena aktifitas perkantoran pun baru di mulai minggu selanjutnya.

Antusias warga bisa dilihat dari banyaknya barisan jemaat dari gereja yang berbeda-beda, dari yang muda hingga yang sudah lansia. Saat alunan musik mulai terdengar, semua akan membanjar dalam barisan yang panjangnya hingga ratusan meter sambil berpasangan.

Gerakannya mudah sekali, hanya dua kali serong ke kiri lalu dua kali serong ke kanan. Begitu seterusnya sambil bergerak maju dan berkeliling jalanan yang ada di Melonguane. Lagu yang selalu digunakan adalah "Gemu Fa Mi Re", lalu lagu-lagu dengan musik DJ.

Karena sudah hampir dua tahun tradisi ini tidak jalan disebabkan adanya Covid-19, kondisi jalanan tahun ini menjadi begitu ramai. Bahkan warga sudah memenuhi jalan, berbaris rapi dan melakukan Babaris atau lebih sering dibilang Badero beberapa hari setelah Natal.

"Ada kekeliruan sih, Kak. Dero sebenarnya bahasa Palu. Itu merupakan taradisi sana bukan tradisi Melonguane. Tapi banyak orang awam di Talaud memakai kata Badero karna ada persamaan tradisi antara talaud dengan Palu. tapi kata yg pas itu Mabarissa Ate Saraingu Ampania." Tambah Daniel pula.

Biasanya tidak hanya satu gereja yang akan menyiapkan sound system, mobil pick up dan speaker yang diatur sedemikian rupa. Tapi hampir semua gereja. Dan tradisi ini berlangsung sedari siang dimana matahari masih terik-teriknya dan bisa berlangsung hingga malam hari selagi warga masih sanggup melakukannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun