Mohon tunggu...
Esron Mangatas Siregar
Esron Mangatas Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Berkarya Menjangkau Dunia Dengan Ide Dan Inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Etika di Era Digital Artificial Intelligence (AI)

1 Mei 2024   19:34 Diperbarui: 1 Mei 2024   19:43 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Manusia dan Robot AI (sumber gambar: Andy Kelly)

Artificial Intelligence (AI) adalah sebuah istilah yang akhir-akhir ini menjadi cukup popular.

AI menjadi bahan perbincangan yang cukup banyak dibahas dalam berbagai komunitas.

Artificial Intelegence (AI) lahir dari sebuah kebutuhan tentang efektifas dan efisiensi.

Tak dapat dipungkiri bahwa dalam era digital saat ini teknologi digital tidak dapat dielakkan dan telah mengubah tatanan aspek kehidupan manusia.  

Era digital telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. 

Dengan munculnya teknologi digital, manusia dapat mengakses informasi dengan lebih mudah, berkomunikasi dengan orang yang berada di belahan dunia yang lain, serta melakukan transaksi bisnis dengan lebih efisien.

Namun, era digital juga membawa banyak tantangan, seperti keamanan data, ketergantungan pada teknologi, etika dalam bermedia sosial yang tendensinya justru negatif.

Era digital identik dengan kecepatan dalam menerima dan mengirimkan informasi. 

Berbagai informasi baik tulisan, video dan gambar begitu mudah diakses. 

Ada yang digunakan untuk mengerjakan tugas sekolah dan kuliah. Bagi mereka para pekerja di sana mereka menemukan ide. 

Ada pula yang menggunakannya sebagai media belajar dan mengajar atau menyalurkan hobi memasak, bernyanyi dan lainnya. Semuanya tersedia. 

Namun sangat disayangkan, di tengah hiruk pikuk ea digital dan AI. Netizen saat ini telah terkontaminasi oleh banyaknya informasi, data, dan berita yang salah. Hal ini menyebabkan perilaku yang salah dalam menggunakan teknologi tersebut. 

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Hal ini karena keengganan untuk menyaring dan mengecek kembali berbagai informasi yang diterima. Akhirnya, menerima begitu saja video, berita, dan informasi yang tersebar luas setiap saat tanpa peduli apakah benar atau salah.

Mereka yang terpapar dampak negatif dari berita yang tersebar di media sosial bisa saja berpartisipasi dalam menyebarkan, membagikan, atau menyukai berita yang salah tadi. 

Padahal, Siapapun harus bertanggungjawab bila berpartisipasi di ruang publik.

 

Ilustrasi Manusia dan Robot AI (sumber gambar: Andy Kelly)
Ilustrasi Manusia dan Robot AI (sumber gambar: Andy Kelly)

Seperti kalimat di atas, bahwa efisiensi menjadi alasan utama dan efektifitas menjadi solusi. Di satu sisi memberikan dampak positif yang berlebih, di sisi lain harus mulai awas sebab kehadiran AI mampu membuat keterlibatan manusia menjadi semakin diminimalisir.

Sebab telah digantikan dengan yang namanya kecerdasan buatan atau lazim disebut AI (Artificial Intelligence). 

Tak dapat dipungkiri, AI yang dikemudikan melalui jaringan computer dan internet yang adalah alat-alat kenologi canggih mampu mengerjakan dan menjangkau berbagai wilayah pekerjaan manusia. Hebat.

Selanjutnya, melalui Teknologi informasi yaitu penggunaan media sosial juga bila tidak digunakan dengan tepat akan menimbulkan yang namanya penyalahgunaan teknologi.

Lihatlah, bagaimana netizen menggunakan media sosial menjadi ajang flexing, hatespeech, penyebaran hoax bahkan mempertontonkan yang selama ini terasa tabu menjadi konsumsi publik seperti perceraian yang diumbar, perseteruan keluarga yang diviralkan atau menghina orang lain (bullying). Semuanya menggunakan alat-alat teknologi sebagai medium.

Nilai-nilai etika dan ajaran-ajaran kebersamaan demi kerukunan, kesatuan dan kepedulian tidak lagi ada. Justru perilaku buruk yang dipertontonkan di era digital saat ini.

a. Flexing: Oleh sebab itu, perilaku memamerkan kekayaan adalah tindakan yang penuh kesombongan. Praktik memamerkan kekayaan yang dimiliki demi mendapat kekaguman dan pengakuan orang lain sulit disangkal sebagai buah kesombongan. 

Memang ada perasaan bangga ketika seseorang mampu mencapai suatu prestasi atau menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik. Masalahnya akan muncul jika pujian dan kekaguman orang lain membuat seseorang haus atau gila akan pujian. 

Tentu kesombongan ini dibenci Tuhan dan sesama. Perilaku  buruk  tersebut jikalau tidak segera ditanggulangi dengan nilai-nila etika maka akan menyebabkan terjadinya dekadensi moral di era digital ini

b. Hatespeech: maraknya perkataan-perkataan yang penuh kebencian juga kita temukan di era digital saat ini. Dengan kemudahan teknologi, AI bisa salah dalam penggunaannya yaitu dengan membuat video yang berisi kata-kata cacian, hinaan yang penuh kebencian kepada orang-orang tertentu. Oknum-oknum nakal tersebut bisa saja berselierwan di dunia maya.

c. Hoax: Indonesia pernah mengalami masa-masa kelam tentang berita bohong. demi kepentingan pribadi dan golongan mengumbar berita yang seolah-olah benar namun sesungguhnya adalah kebohongan yang disetting sedemikian rupa. Kita tentu tidak ingin berlaku sama dengan oknum-oknum yang nakal tersebut bukan?

Sehubungan dengan fakta di atas di era digital ini penting untuk menghadirkan etika dalam penggunaannya. 

Etika sangat dibutuhkan untuk membentuk kualitas Netizen yang memiliki karakter yang bukan sekadar baik namun benar.  

Oleh karena itu muncul berbagai pertanyaan:

1. Apa problematika netizen zaman now saat ini dalam menghadapi gempuran informasi dan menggunakan teknologi di era digital ini? 

2. Bagaimana etika yang harus diterapkan  di era digital ini seperti media sosial dan Artificial intelligence? 

Sehebat dan secanggih apapun teknologi saat ini, tentu harus disyukuri. Dipelajari. Diterapkan.

Sebab perkembangan teknologi begitu pesat dan tidak dapat dibendung.

Namun, teknologi adalah buatan manusia, produk manusia.

Maka manusialah yang harus mengontrol atau mengendalikannya. Bukan sebaliknya.

Etika dalam bermedia sosial dan etika dalam penggunaan Informasi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebab, etika secara konsisten mengajarkan tentang prinsip-prinsip moral dan menghasilkan karekater yang baik dan benar.

Selamat berselancar di media sosial.

Selamat ber-AI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun