Mohon tunggu...
Ibana S. Ritonga
Ibana S. Ritonga Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Musik, bagus untuk kesehatan....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Essei: TOA

21 Juli 2015   16:39 Diperbarui: 21 Juli 2015   16:59 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TOA adalah nama sekaligus merek pengeras suara terkenal berbentuk corong, berharga relatif murah. Meskipun murah, suara yang dihasilkannya nyaring luar biasa. Karena itu TOA banyak digunakan untuk berbagai keperluan 'halo-halo'. Tukang obat, tukang sulap, tukang es krim, lumrah pakai TOA. Juga tempat ibadah, sampai mushalla terkecil sekalipun, tanpa TOA tak lengkap rasanya.

Tetapi belakangan ini penggunaan TOA di tempat ibadah dipermasalahkan. Tak terkecuali Wapres Yusuf Kalla yang juga Ketua Dewan Mesjid se-Indonesia menyatakan 'perang TOA' ini telah mengakibatkan polusi suara.

Di jaman Nabi, TOA belum ada sehingga hadis mengenai TOA ini tak ada. Ketika itu, agar kumandang azan terdengar sampai jauh, Nabi mengajarkan setiap musjid dilengkapi menara. Ke menara itulah Bilal naik menggunakan tangga, untuk mengumandangkan azan.

Tetapi sekarang ini bilal tak pernah lagi turun-naik tangga. Yang dinaikkan ke menara itu adalah TOA. Bilal pun tidak mesti mengumandangkan azan secara langsung, melainkan memutarkan rekaman. Fungsi bilal tinggal menghidupkan TOA, menyetel volume pada posisi maksimum, lalu tiduran lagi.

Saya sendiri tak pernah terganggu dengan suara TOA itu, malah menyukainya, karena saya seorang Muslim. Lebih-lebih jika yang diputarkan adalah suara rekaman Al-Ghusairy "Asshalatuasshalamu alaik......". Kebetulan pula rumah saya selalu jauh dari TOA, sehingga terdengar sayup-sayup. Tetapi jika ada orang merasa terganggu olehnya, apapun agamanya, saya dapat memakluminya!

Saya pernah membaca riwayat, ketika Nabi hendak shalat ada kucing tertidur di tikar sembahyangnya. Nabi memilih memotong tikar itu dan pergi menjauh, agar tidur kucing itu tak terganggu. Jika kucing saja diperlakukan seindah itu, apatah lagi bayi-bayi atau orang sakit yang tengah tidur?

Di semua dinding mesjid terdapat tulisan "Matikan HP Anda!" Artinya dering HP saja dapat mengganggu ketenangan orang beribadah. Di sisi lain, di luar sana, mungkin saja ada orang sedang khusuk melaksanakan ibadah sesuai keyakinan masing-masing; semacam menyembah batu akik atau menyembah buldozer...

Karena itu, untuk mengontrol agar TOA ramah terhadap warga sekitar, sebaiknya suara yang keluar dari menara mesjid hanyalah suara azan. Selebihnya, kegiatan shalat, dakwah, belajar mengaji, dll, TOA-nya menghadap ke dalam. Toh, suara imam hanya ditujukan kepada jemaahnya. Begitu pula guru mengaji kepada murid-muridnya dan juru dakwah kepada majelisnya.

Ada kawan berkata, "Suara dangdutan seantero kampung tidak keberatan, tetapi suara dari Mesjid dipermasalahkan..!" Saya jawab: "Jika orgen tunggal tiap hari ada di depan rumah saya, itu menjadi masalah juga..."

Lagi pula, kegiatan ibadah bukan riya-riya. Diperlukan ketenangan, keheningan dalam rangka ber-kontemplasi dengan Tuhan Semesta Alam. Dan satu hal, tanpa TOA makan Umat Islam tidak rugi. TOA hanyalah alat elektronik. Sebagai alat ia bisa mendatangkan manfaat maupun mudharat. Bermanfaat jika digunakan secara proporsional, menjadi mudharat jika digunakan secara melampaui batas. 

Yang jelas, perlu penataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun