”Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Dan 3:17-18).
Menarik, mereka berani menyatakan iman kesetiaan mereka pada Allah Yahweh sekalipun Yahweh tidak menyelamatkan mereka (tidak terjadi mujizat). Di atas salib golgota seorang penjahat menjadi percaya pada Yesus dan jaminan Yesus ”Hari ini engkau bersama-sama dengan Aku di taman Firdaus” membuat dialah orang pertama yang dibasuh dengan darah Yesus. Ia percaya pada Yesus. Tetapi mujizat apakah yang ia lihat? Sama sekali tidak ada mujizat. Yang ia lihat hanyalah Kristus yang tergantung, yang ditinggalkan oleh Allah dan manusia. Kembali ke BHN, justru kita melihat bahwa setelah Nayla mati justru ada kesaksian dari orang-orang yang telah membaca buku harian Nayla. Mereka dikuatkan, dihibur, diberi semangat baru dalam menghadapi hidup ini. Bukankah ini juga sebuah mujizat? Munculnya hidup yang baru, hati yang remuk disembuh-kan, kecewa dan putus asa menjadi sirna, munculnya harapan baru, hadirnya semangat hidup adalah mujizat yang jauh lebih besar dari melihatnya seorang buta, berjalannya seorang lumpuh, mendengarnya seorang tuli, bicaranya seorang bisu bahkan bangkitnya seorang mati.
Pelajaran tentang hidup
Pelajaran terakhir yang dapat kita terima dari kisah BHN adalah pelajaran tentang hidup. BHN memberitakan kepada kita bahwa makna hidup yang sesungguhnya tidak terletak pada BERAPA LAMA KITA HIDUP tetapi APA YANG KITA BUAT DALAM HIDUP. Usia Nayla dalam hidup ini begitu singkat, begitu pendek Jika mengacu pada kisah aslinya maka Aya Kitou pun tidak diijinjkan oleh Sang Pencipta hidup ini untuk menatap mentari lebih lama. Ia tidak diijinkan untuk dapat lagi melihat gemerlapnya bintang langit dan merdunya kicauan burung di pagi hari. Ia tidak diijinkan untuk dapat lagi tersenyum pada orang-orang yang dicintainya. Ia hanya diijinkan untuk menarik nafas selama 25 tahun itu pun ia lakukan dalam penderitaan selama 10 tahun terakhirnya. Meskipun demikian Aya Kitou (IRnN) atau Nayla (BHN) telah melakukan sesuatu yang sangat berharga bagi orang-orang yang ia tingglkan. Buku hariannya. Buku harian yang telah memberi inspirasi bagi banyak orang, buku harian yang telah membangkitkan semangat hidup, optimisme dan jiwa besar, buku harian yang membuka mata untuk melihat hidup dengan cara yang berbeda. Buku harian yang mengajarkan bahwa hidup ini lebih dari sekedar tarikan-tarikan nafas.
Ya, makna hidup yang sesungguhnya tidak terletak pada berapa lama kita hidup melainkian pada apa yang kita buat dalam hidup ini. Untuk apa bangga dengan umur 100 tahun jika yang bisa kita hadirkan dalam dunia ini hanyalah kekacauan, kehancuran dan keonaran? Untuk apa bangga dengan umur 100 tahun jika kita tidak pernah menghasilkan nilai-nilai hidup yang dapat diwariskan pada generasi selanjutnya. Hidup Nayla begitu singkat tapi ia telah memberikan nilai-nilai yang sangat berharga bagi orang-orang di sekitarnya bahkan orang-orang yang tidak pernah ia kenali. Firman Tuhan menasihati kita :
”Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus” (Efs 5:15-21).
Nayla (atau lebih tepatnya Aya Kitou) sudah kembali kepada penciptanya namun keteguhannya, kegigihannya, semangat hidupnya, tetap hidup dalam sanubari setiap orang yang pernah mengenalnya. Terima kasih Nayla, terima kasih Aya Kitou.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H